Kamis, 29 Maret 2012

Cerpen : My April

My April


3 April 1990, tanggal kelahiranku tepatnya pada bulan puasa dan muncullah nama Mohammad Shoimus Sholeh. Nama yang sangat indah bila dilihat dari segi bacaan dan arti. Shoimus, bila di ucap terasa unik dengan arti yang begitu mulia yaitu orang yang berpuasa. Sholeh, berarti identik dengan baik dan mempunyai makna positif. Bersyukur sekali hati ini dengan nama yang melekat pada diriku meskipun meninggalkan beban karena aku belum mampu menjadi seorang yang sesuai dengan nama ini. Aku tinggal di pulau terpencil, tempatnya indah nan sejuk, budaya disana masih melekat erat, kebersamaan masih di pegang teguh dan saya sebut tempat itu dengan nama Madura. Dari kecil aku selalu di kelilingi kebahagiaan, ketentraman canda dan tawa meski terkadang harus merasakan duka dan kesedihan hingga saat ini saya telah menginjakkan kaki di atas seragam SMA. Saya sekolah di SMA terpopuler di Kota Pamekasan tepatnya di SMAN 2 Pamekasan Madura. Dan sekarang sudah duduk di kelas 2 IPA 3. 

“Soimus....,!! bangun... bangun... sudah subuh..!!” suara ibuku menggelitik telingaku. “ya mi...” ku jawab dengan rasa ngantuk yang masih membebani badanku. Saya langsung mengambil wudhu’ dan sholat berjama’ah bersama bapak, ibu serta adekku. Habis subuh, kami semua kembali pada kegiatan masing-masing. Ibu memasak, Bapak menyelesaikan pekerjaannya, Adikku belajar, sedangkan aku meononton berita di TV. ...................................................

Jam sudah menunjuk pukul 6:30 WIB. “Bos..... ayok berangkat” suara temenku terdengar di depan rumah yang bernama Dani. Kami berteman sejak kecil, TK, SD, SMP sampai kita bersama-sama masuk dalam dunia remaja SMA, tetapi kali ini saya tidak sekelas dengan ia karena ia beda jurusan denganku. Berangkat sekolah dan bermain selalu bersama-sama. Saya sudah menganggap ia sebagai saudara sendiri. Saya langsung mengampiri dengan tergesa-gesa. “ayok tancap.....!!” jawab saya. Jam 6:45 kami sudah di depan pintu kelas. Aku belum sempat duduk tiba-tiba ada suara perempuan menyapaku. “Mus, tugasmu sudah pa belum?” tanyak fina sembari mengampiriku. Ia merupakan salah satu temenku yang sering ku ajak bercanda. Orangnya suka ketawa dan selalu ngerjain aku. “sudah donk......!!” jawabku dengan penuh riang. Fina langsung duduk di sampingku untuk mengerjakan tugasnya. Perasaan saya waktu itu tidak bisa di ungkapkan karena pertama kali duduk berdua dengan seorang perempuan. 

“Mus”!!, teman bangkuku mengagetkanku dari belakang dengan sedikit tepukan ke bahuku namanya Rosi. “kurang hajar.., ganggu aku saja”. Hati kecilku berbicara. Kemudian Fina pindah ke bangkunya karena Rosi mau duduk. Bunga yang sudah mau mekar di hatiku kembali layu. “Mus besok ya?”. Kata Rosi sambil menggelitikku. “Kamu ini ganggu saja, gak lihat tadi suasananya sudah mendukung, Emanya besok ada apa?”. Tanyaku yang kebingungan. “masak kamu lupa? Awas lupa beneran”. Jawab Rosi sambil ketawa. “oh ya chuy... aku hampir lupa kalau besok aku harus ke Amerika untuk studytour, hahaha”. Kataku dengan nada bercanda. Rosi kemudian mengeluarkan selembar kertas kosong sambil berkata “ya sudahlah, besok pasti kamu tau kalau kamu......”. Tring.......................................... bel tanda masuk kelas sudah berbunyi. Aku langsung merapikan tempat duduk karena pelajaran jam pertama gurunya tidak begitu disukai oleh teman-teman.

Suasana hening dan ribut silih berganti menghiasi kelasku sampai mata pelajaran sekolah selesai jam 13:30. Saat aku keluar selangkah dari kelasku teman-temanku menyapa silih berganti. “Besok ya mus...”, besok ya.., ya jangan lupa?”. Aku langsung bingung dengan perkataan teman-temanku sambil tersenyum dan berfikir dengan apa yang dimaksud teman-temanku. 

Waktu mau pulang Fina mencegatku di depan pagar sekolahan. Aku masih menunggu Dani yang sedang mengambil sepeda motor. “Door.......”. Tapi aku sudah terbiasa di kejutkannya. “kamu jualan petasan ya Fin? Tiap aku pulang sekolah selalu Daar.... Door....Darr...Dorr.... .” sanggahku. “Ehm... Awas besok jangan lupa?”. Tanyak Fina sambil tersenyum. “Emangnya kenapa? Da tugas sekolah ya besok?”, Jawab dan tanyaku. Kemudian Fina lewat di depanku sembari pulang dan berkata “Duh.... ya lihat saja deh besok”. Aku tambah penasaran dan bertanya-tanya memangnya besok ada acara apa yah. “Ayo bos tancap”, suara Dani sambil mengegas sepeda motornya. Kemudian kita pulang. ................................................................................. 

Jam 15:30, aku, Dani dan teman-teman kampungku bermain bola. “Gool......” ekpresiku daat mencetak gol terakhir dengan score kemenangan 3-1. Kami beristirahat sejenak untuk melepaskan rasa penat yang sangat. Aku dan teman-teman pulang dan seperti biasa aku di anter pulang sama Dani. Sesudah di depan rumah, ia berkata ”Bos...... jangan lupa ya besok??” sembari ia menancapkan gas untuk pulang. Saya tambah bingung dengan perkataan besok. Aku bertanya-tanya sendiri dan berfikir memangnya besok ada apa?. Aku langsung menuju ruang dapur. “Mi, besok hari apa?” tanyaku sambil tersenyum untuk menghapus lelahnya Ibuku yang sedang memasak. “kamis”. Jawaban Ibuku yang sangat singkat dan terlalu singkat menurutku untuk menjawab pertanyaanku. Aku langsung menuju kamar untuk beres-beres dan istirahat sejenak. .................................................................................. 

Jam 23:30, aku belum memejamkan mata hanya berfikir tentang besok. Pasti ada maksud di balik perkataan yang selalu berulang-ulang. Besok hari apa ya? Ada apa ya? Kenapa ya?. Aku tak mampu lagi dengan apa yang di maksud teman-temanku. Kemudian aku teringat sesuatu dan langsung melihat calender. Ternyata besok tanggal 1 April, saya kira tanggal kelahiranku. Aku keluar rumah untuk menenangkan hati sambil melihat bintang-bintang. Tapi saat itu langit mendung, tidak ada 1 bintangpun yang ku lihat, Bulanpun tak nampak cahayanya, hanya angin malam dan suara-suara hewan yang jadi penghias malam itu. Aku kembali masuk rumah dan pergi ke kamarku. Mataku belum mengantuk. Aku langsung duduk di depan komputer kemudian secara tidak sengaja aku berfikir untuk membuat sebuah cerpen. 

Jam 12:00 aku mulai mengetik membuat cerpen. Cerpen yang kubuat adalah kejadian tadi pagi mulai saat ibuku membangunkanku untuk sholat subuh. Tidak sulit untuk memulainya karena yang ku tulis adalah yang ku alami. Tapi tangan ini berhenti bergerak dan tak bisa mengetik lagi saat ceritanya sampai di saat dimana tangan ini berhenti bergerak dan tak bisa mengetik lagi. Karena yang ingin ku tulis adalah kejadian yang benar-benar terjadi aku tidak bisa melanjutkannya karena hari besok belum tiba. Untuk menyelesaikan cerpenku terpaksa aku melanjutkannya dengan imajinasiku dan khayalku sampai tulisan ini berhenti di titik terakhir. Sebelum aku melanjutkan, teringat bahwa cerpen ini belum ku beri judul. Sekarang kebingunganku bertambah karenah hal kecil yaitu judul cerpen yang akan ku cantumkan. Kini fikiranku fokus pada judul cerpen. Sejenak mukaku menjadi berseri karena aku ingin cerpen ini merupakan hadiah dari ulang tahunku. “My April” judul yang ku pilih sesuai dengan tanggal lahirku meskipun kejadian tersebut bukan pada tanggal My April melainkan pada tanggal 1 April, tapi menurutku sama saja yaitu sama-sama pada bulan april. Dan disini dapat ku simpulkan bahwa isi cerpen ini merupakan kejadian sebenarnya sebelum ku menulis judul My April dan merupakan kejadian khayalan setelah ku menulis My April. 

Umumnya pada tanggal lahir seseorang di rayakan dengan berbagai bentuk dan berakhir dengan kebahagiaan karena mereka berkumpul dan bercanda tawa dengan keluarga, kerabat dan teman. Disini aku menulis hal yang berbeda pada cerpen ini, dimana pada ulang tahunku berakhir dengan duka dan tangis. Tidak ada kebahagiaan dan senyuman, hanya sebuah ratapan penyesalan. Aku mulai mengetik sampai tertidur di depan komputer. 

“Bangun 3x.....!!! seperti biasa suara ibuku. Aku bangun dan menjalankan aktivitas seperti biasa. Aku teringat bahwa cerpenku tadi malam belum ku save. Untung bisa di repair dan aku langsung menyimpannya. Di dekat komputer aku melihat buku kimia yang terbuka dan aku terkejut. PRku belum ku kerjakan. Tidak masalah, karena aku cukup pintar dalam pelajaran kimia. 30 menit cukup untuk menyelesaikannya. HPku berbunyi. “Mus jangan lupa ya... aku buatin surat tidak masuk sekolah? Doain mudah-mudahan menang”. SMS dari Rosi. Aku sadar bahwa yang dimaksud besok adalah jangan lupa besok buatin surat. Karena aku tahu hari ini ia ada pertandingan badminton dan sudah mencapai final. “Siap chuy..” ku balas SMSnya. 

“Bos..... cepat..!!! Dani memanggilku dengan tancapan gas sepeda motor yang agak berbeda. Aku keluar dengan sepotong roti di tangan kananku, langsung aku melihat ke arahnya dan terkejut. Dia tersenyum lebar dengan wajah yang berseri-seri dengan kebahagiaanya. Wah, rupanya dia baru di belikan sepeda motor baru. Aku baru mengerti bahwa maksudnya besok adalah ia besok akan mempunyai motor baru. “huh... gaya sekarang..” kataku sambil mengejek. Kemudian kita lansung tancap ke sekolahan. 

Di depan pintu aku sudah melihat anak-anak dan mereka fokus ke arahku. Aku sedikit bingung dengan tatapan mereka. “Mana tugasmu? Sudah kan..? ayo nyontek..!!” Ucap sebagian temanku. Aku baru faham yang di maksud besok oleh teman-temanku. Ternyata mereka lagi menunggu jawaban PR kimia karena aku lumayan pintar dalam hal kimia dan aku juga di anggap anak kesayangan ibu guru kimia. Tapi dalam mata pelajaran yang lain aku seperti semut yang kelaparan. Fina baru masuk ke kelas. Wajahnya yang sekarang sepertinya berbeda. Jika di ibaratkan bulan seperti tanggal 15 dengan bulan puranama. Semua teman-teman menghampirinya dan bersalaman. “Selamat ulang tahun ya, mudah-mudahan berkah dan sukses”. Aku mengerti maksudnya besok yang dikatakan Fina. Ternyata hari ini ia ulang tahun. Aku berdiri dan tersenyum sambil merayu dengan ucapan “Selamat ulang tahun friend mudah-mudahan tambah cantik hatinya”. Ucapku dengan nada sedikit bercanda. Dia hanya membalas dengan senyuman dan berkata. “Cuma itu? Kadonya mana nih?”. Aku hanya membalas dengan candaan. “ lihat saja nanti”. Jawabku. Bell masuk sudah berbunya. Kami menjalankan aktivitas sebagai anak sekolahan yaitu belajar sampai dengan jam 13:00. Dan kami pulang. ........................................................................... 

Setelah sampai di rumah aku langsung menuju ke depan komputerku. Aku hapus semua cerita yang kutulis setelah ku menulis judul 3 April karena cerita itu merupakan cerita khayalan dan ingin ku ganti dengan kejadian hari ini. Hampir sempurna tulisan ini. Pada akhir cerpenku ku ungkapkan sebuah kejadian yang berujung pada kebahagiaan karena memang benar kebahagiaan menyelimuti hari ini. Dani memperoleh sepeda baru, Rosi juara badminton se Pamekasan tingakat SMA, Fina ulang tahun dan temen-temanku sangat senang karena bisa mengerjakan PR kimia meskipun harus sedikit menyontek. Tapi aku ingin cerpenku berbeda. ”sekarang kan tanggal 3 Februari bukan tanggal 3 April, judul cerpen ini kan 3 April sesuai tanggal lahirku. Aku ingin akhir cerita ini berkahir duka dan tangis biar cerpen ini mengenang”. Bisik hatiku. Aku langsung melanjutkan cerpennya dengan akhir yang menyedihkan. Aku mulai mengarang kejadian setelah jam menunjukkan 14:00 karena sekarang sudah menunjukkan pukul 14:00. Jadi dapat saya simpulkan bahwa cerpen ini adalah kejadian nyata sebelum pukul 14:00 dan hanya sebuah khayalan setelah pukul 14:00. ..................................................................................... 

Untuk kedua kalinya aku tertidur di depan komputer gara-gara membuat cerpen. Aku bangun dari tidur, dan aku tak sengaja melihat Jam dinding menunjukkan pukul 21:00, aku terkejut karena lupa kalau hari ini ada acara festival di Gedung Serba Guna di kota Pamekasan yang diadakan oleh SMAN 2 Pamekasan yang dilaksanakan mulai jam 18:30 – 22:00. Aku lihat HP ada 16 miscall dan 14 pesan dari teman-teman. Ternyata arti besok dari Dani, Rosi, Fina dan teman-temanku adalah besok aku akan di panggil ke atas panggung untuk menerima penghargaan prestasi. Dan aku lupa akan hal itu. Aku baca sebagian sms dari temaku. “Benar kan qm lupa, kok qm gak datang?”. SMS dari Fina. “Mus lupa ya kamu kalau hari ini da festifal? Padahal kemaren udah tak ingetin”. SMS Rosi. “Aku berangkat dulu bos, kamu di bangunin sama aku dan ibumu tapi tidak bangun-bangun. Kata ibumu sudah biarin saja mungkin ia kecapean”. SMS Dani. 

Aku tergesa-gesa karena pukul 21:30 merupakan moment yang sangat ku tunggu karena sesi pembagian penghargaan dan aku mendapatkan juara ke-3 lomba kimia se SMAN 2 Pamekasan yang diikuti seluruh siswa kelas 1, 2 dan 3. Aku tak ingin melewatkan saat aku di sebut Mohammad Shoimus Sholeh kelas 2 IPA3. Aku langsung cuci muka dan bergegas mengeluarkan sepeda motor setelah berpakaian rapi. Dengan kecepatan yang tak biasanya ku melaju. Setengah perjalanan sudah ku tempuh.
Tiba-tiba...Brraaak.......

Ku tak tahu apa yang terjadi. Hanya teringat semua masa lalu yang terekam dalam memori ini. Seperti sedang memutar kejadian yang ku alaim. Warna yang kulihat hanya hitam dan putih. Kepala ini seperti berputar-putar dengan beberapa benturan yang kurasakan kemudian mata ini tertutup dengan sedikit tetesan air mata.
Saya tidak tahu apa yang terjadi padaku. Tak ada cahaya dan hanya kegelapan yang kurasakan. Badanku terasa tidak bisa di gerakkan dan tak ada angin yang berhembus waktu itu. Aku sangat takut, takut yang sangat ku rasakan. Tidak tahu harus berbuat apa karena ku tak mengerti aku lagi dimana dan aku sendiri lagi ngapain. Tiba-tiba ku mendengar gemuruhan suara seperti orang yang lagi menangis, tapi ku tak tahu apa yang terjadi, aku hanya merasakan hal itu. Aku bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Aku tak mampu mengungkapkannya. Waktu se akan begitu lama karena ku tak bisa melakukan hal apapun.

Tangan ini ingin bergerak tapi tak mampu dan kakipun terasa lumpuh. Aku tak mampu merasakan gerak-gerik badanku ini. Aku semakin penasaran dan berusahan mencari warna selain warna hitam yang ku rasakan. Secara perlahan-lahan mata ini terbuka. Aku melihat keluarga, kerabat dan teman-teman mengelilingiku. Semua menangis dan sedih melihatku, tapi ku hanya membalas dengan senyuman. Aku menatap oarang tuaku yang duduk disampingku dengan geluyuran air mata yang membasahi sebagian tubuh ini. Aku mencoba memegang ibuku tapi tangan ini tak bisa digerakkan. Dan ibu langsung merangkulku. Aku mengela nafas dan merasakan rasa sakit.

“Nak....!” teriak ibuku dengan tangisan kasih sayang. “Nak” sapa keluarga-keluargaku dengan tangisan dan wajah yang begitu sedih. “Shoimus” tegur teman-temanku yang tak mampu menampung kesedihannya. Aku menangis sambil tersenyum melihat mereka semua. Aku senang sekali malam ini. Semua orang berkumpul untuk melihatku. Memang semua orang bersedih dan menangis melihatku tapi semua itu menjadi kebahagiaan di saat kita berkumpul bersama-sama dan saling bercanda tawa dan berbagi cerita untuk mengganti kesedihan tersebut menjadi kebahagiaan. Dengan sinar bintang dan cahanya bulan pada malam itu kami semua merasakan arti sebuah kesediahan dan kebahagiaan. Memang tak selamanya kita bahagia dan tak sepatutnya kita bersedih terus-menerus. Kesediaan dan kebahagiaan akan mewarnai hidup ini silih berganti. Kesedihaan mengajarkan kita untuk bersabar dan kebahagiaan menhajarkan kita untuk bersyukur.

Aku senang sekali karena akhir dari cerita ini sesuai dengan cerpen yang ku buat dan yang ku inginkan yaitu berakhir dengan kesedihan akan tetapi dalam kesedihan tersebut timbul rasa kebersamaan yang akan menghasilkan kebahagiaan. Cerpen ini ku buat dengan khayalanku sendiri. Ini semua hanya sebuah cerita bukan kejadian yang benar-benar terjadi. Aku mulai mengetik dan membuat cerpen ini di saat terlintas dalam pikiranku sebuah kata My April dan sebuah judul yang ku pakai untuk membuat cerpen ini. Judul yang membuat aku bisa menulis dan menyelesaikan cerpen ini. Akhirnya ku selesai membuat cerpen yang berjudul My April. Memang benar cerita ini merupakan sebuah khayalan dan imajinasi dan memang benar bulan April merupakan bulan kelahiranku. Dan memang benar, cerpen ini ku buat dan ku hadiahkan untuk keluarga-keluargaku dan teman-temanku semuanya sebagai hadiah dari ulang tahunku.

“(^_^)”  Terima Kasih > Mator Sakalangkong
Karya: Mohammad Shoimus Sholeh