Minum Teh Setelah Makan, Bahaya!

Siapa
 tak suka minum es teh? Rasanya yang manis menyegarkan, berpadu dengan 
harga murah membuat es teh menjadi minuman favorit di segala suasana, 
termasuk saat berbuka puasa.
Popularitas es teh terbukti dengan 
kehadirannya di hampir semua tempat makan, mulai dari kelas warung 
hingga restoran mahal. Mungkin banyak yang setuju dengan jargon es teh 
kemasan, "Apapun makanannya, minumnya tetap es teh."
Tapi
 tahukah Anda, di balik kenikmatannya, es teh menyimpan potensi 
merugikan bagi kesehatan. Penelitian Loyola University Chicago Stritch 
School of Medicine mengungkap bahwa konsumsi es teh berlebih 
meningkatkan risiko menderita batu ginjal.
Seperti diberitakan 
dari laman Times of India, es teh mengandung konsentrasi tinggi oksalat,
 salah satu bahan kimia kunci yang memicu pembentukan batu ginjal. "Bagi
 mereka yang memiliki kecenderungan sakit batu ginjal, es teh jelas 
menjadi minuman terburuk," kata Dr John Milner, asisten profesor 
Departemen Urologi, yang tergabung dalam penelitian.
Milner 
mengatakan, teh panas sebenarnya juga menyimpan efek buruk yang sama. 
Hanya, takaran penyajian teh panas biasanya lebih kecil. Logikanya, 
orang meminum teh panas tak akan sebanyak minum es teh. Jarang orang 
yang mengonsumsi teh panas saat haus. Berbeda dengan es teh, di mana 
banyak orang sanggup meminumnya lebih dari segelas saat haus dan udara 
panas.
Pria, wanita posmenopause dengan tingkat estrogen rendah, 
dan wanita yang pernah menjalani operasi pengangkatan indung telur 
paling rentan terpapar dampak buruk es teh. Oleh karenanya, Milner 
menyarankan, mengganti konsumsi minuman itu dengan air putih, atau 
mencampurnya dengan lemon. "Lemon kaya kandungan citrates, yang dapat 
menghambat pertumbuhan batu ginjal," kata Milner.
Batu ginjal 
adalah kristal kecil yang terbentuk dari mineral dan garam yang biasanya
 ditemukan dalam air seni, ginjal atau saluran kemih. Mineral tak 
terpakai itu umumnya bisa keluar dari tubuh bersama urin, tapi dalam 
kondisi tertentu bisa mengendap dan membatu di dalam saluran kemih.
Peneliti
 juga mengungkap sejumlah makanan lain yang berpotensi menyimpan efek 
buruk. Mereka menyebut antara lain: bayam, cokelat, kacang-kacangan, 
garam, dan daging.
Sebaiknya, konsumsi es teh dan makanan-makanan
 itu secara moderat demi kesehatan ginjal. Padukan pula dengan makanan 
tinggi kalsium yang dapat mereduksi oksalat. Dan, tentu saja perbanyak 
minum air putih.
Begitu juga jika minum teh setelah makan. Minum 
teh setelah makan terbukti bisa mengakibatkan anemia. Hal tersebut 
berdasarkan riset dari Bagian Kesehatan Ibu dan Anak Fakultas Kedokteran
 Universitas Diponegoro, Semarang.
Minum teh paling tidak sejam 
sebelum atau setelah makan akan mengurangi daya serap sel darah terhadap
 zat besi sebesar 64 %. Pengurangan daya serap akibat teh ini lebih 
tinggi daripada akibat sama yang ditimbulkan oleh minum segelas kopi 
setelah makan. Kopi mengurangi daya serap hanya 39 %.
Pengurangan
 daya serap zat besi itu diakibatkan oleh zat tanin dalam teh. Selain 
mengandung tanin, teh juga mengandung kafein, polifenol, albumin, dan 
vitamin. Tanin bisa mempengaruhi penyerapan zat besi dari makanan 
terutama yang masuk kategori heme non-iron, misalnya padi-padian, 
sayur-mayur, dan kacang-kacangan.
“Bila kita makan menu standar plus segelas teh, zat besi yang diserap hanya setengah dari yang semestinya”
Menurut
 Dr. Rachmad Soegih, ahli gizi dari RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, zat 
tanin itu sendiri memang menghambat produksi hemoglobin. Kalau memang 
mau menghindari teh dan mendapatkan banyak zat besi, sebaiknya teh 
digantikan air jeruk sebagai peneman makan.
“Makan nasi pecel dengan jeruk memperbesar penyerapan zat besi bila dibandingkan dengan minum es teh”
Kenapa? Vitamin C ternyata memperbesar penyerapan zat besi oleh tubuh.
Apakah
 fakta ini membuat minum teh harus ”diharamkan” sama sekali? Jangan 
salah. Soalnya, teh mengandung zat lain yang berfungsi positif.
Ada kiat minum teh yang tepat, agar minuman ini tidak menghambat produksi zat besi dalam sel darah:
*
 Teh akan berefek baik bagi tubuh bila dikonsumsi pada pagi dan sore, 
disertai karbohidrat dan protein, misalnya roti dan biskuit.
* Kiat lain, memberikan jeda minum teh setelah makan, misalnya dua jam setelah makan.
Jeda
 itu diperlukan karena rentang waktu itu diperkirakan cukup bagi usus 12
 jari dan usus halus bagian atas untuk melakukan proses penyerapan 
makanan.
Jadi, boleh-boleh saja menyeruput teh kapan pun, asal 
tidak setelah makan. So, tunggu apalagi, buat secangkir teh hangat 
sekarang dan nikmatin deh. (fn/vs/kb) 
www.suaramedia.com