MANAJEMEN KEUANGAN
PENDAHULUAN
Konsep operating dan financial
Leverage adalah bermanfaat untuk analisis, perencanaan dan pengendalian
keuangan. Dalam manajemen keuangan, Leverage adalah penggunaan assets dan
sumber dana (sources of founds) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap
(beban tetap) dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang
saham. Jika semua biaya bersifat variabel, maka akan memberikan kepastian bagi
perusahaan dalam menghasilkan laba. Tapi karena sebagai biaya perusahaan bersifat
biaya tetap, maka untuk menghasilkan laba diperlikan tingkat penjualan minimum
tertentu.
Biaya tetap adalah biaya yang
tidak terkait dengan operasi perusahaan, sehingga tidak ada kaitannya dengan
penjualan perusahaan. Karena biaya tetap tidak terkait dengan penjulan
perusahaan, maka biaya ini menjadi risiko yang hasus ditanggung oleh
perusahaan. Biaya tetap perusahaan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1.
Biaya tetap
operasi
Adalah biaya
tetap dari aktivitas operasional perusahaan. Risiko yang ditimbulkan dari biaya
ini disebut risiko operasional. Biaya ini seperti biaya sewa gudang, biaya
tenaga kerja bagian administrasi, dan lain-lain.
2.
Biaya tetap
keuangan
Adalah biaya
tetap karena perusahaan menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan perusahaan.
Risiko yang ditimbulkan dari biaya ini disebut risiko keuangan. Biaya ini
berupa biaya bunga.
3.
Biaya tetap
total
Adalah
penjumlahan dari biaya tetap operasi dan keuangan. Risiko yang ditimblkan dari
biaya ini disebut risiko bisnis atau perusahaan.
Perusahaan menggunakan
operating dan financial leverage dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh
lebih besar daripada biaya assets dan sumber dananya, dengan demikian akan
meningkatkan keuangan pemegang saham. Sebaliknya leverage juga menigkatkan
variabilitas (risko) keuntungan, karena jika perusahaan ternyata mendapatkan
keuntungan yang lebih rendah dari biaya tetapnya maka penggunaan leverage akan
menurunkan keuntungan pemegang saham.
PENGERTIAN
ANALISIS LEVERAGE
Anaisis Leverage adalah analisis dimana untuk mengukur
sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Analisis ini digunakan
untuk mengukur seberapa banyak dana yang disupply oleh pemilik perusahaan dalam
proporsinya dengan dana yang diperoleh dari kreditur perusahaan atau untuk
mengukur sampai berapa jauh perusahaan telah dibiayai dengan utang-utang jangka
panjang.
Leverage
adalah sarana untuk meningkatkan sesuatu. Dalam ilmu pembelanjaan dengan leverage dimaksudkan peluang yang tersedia
untuk menarik manfaat dari struktur modal perusahaan. Dengan memperhitungkan
tingkat biaya modal sumber equity dan tingkat biaya modal sumber debt, struktur
modal perusahaan dapat diatur sedemikian rupa, sehingga para pemegang saham
dapat menarik manfaat yang optimum daripadanya. Oleh sebab itu, masalah
leverage mempunyai beberapa implikasi:
1.
Para
kreditur akan memperhatikan berapa besar jumlah equity atau dana yang
disediakan para pemilik perusahaan, karena jumlah tersebut merupakan batas
jaminan terakhir atau “margin of safety”
bagi mereka. Bila para pemilik hanya menyediakan sejumlah kecil saja dari
pembelanjaan yang diperlukan, maka
bagian terbesar dari resiko perusahaan dipikul oleh para kreditur.
2.
Para
pemegang saham sebenarnya menarik manfaat dari penarikan dana melalui modal
luar. Mereka tetap memiliki hak pengawasan penuh atas kegiatan perusahaan, akan
tetapi dengan jumlah investasi yang relative kecil.
3.
Bilamana
laba yang diperoleh atas dana pinjaman lebih besar dari bunga yang harus
dibayar, laba atas equity akan meningkat.
Leverage dapat didekati dengan dua cara:
1.
Dengan jalan meneliti ratio dalam Neraca untuk
menentukan sampai berapa jauh dana pinjaman dari luar telah dipergunakan untuk
membelanjai kegiatan perusahaan.
2.
Dengan jalan mengukur sampai berapa jauh resiko
para kreditur berkenaan dengan bunga pinjaman yang harus diterimanya. Ini dapat
dilakukan dengan jalan menghitung berapa kali biaya tetap (bunga pinjaman dan
kewajiban-kewajiban tetap lainnya) tertutup oleh laba usaha.
Kedua
macam leverage ratios tersebut bersifat saling melengkapi atau komplementer.
Oleh sebab itu, dalam meneliti leverage suatu perusahaan, seorang analis
keuangan seharusnya memperhitungkan kedua leverage ratios tersebut. Analisa ini
terdiri dari Ratio of Total Debt to Total Assets, Times Interest Karned, Fixed
Charger Coverage.
Ratio
of Total Debt to Total Assets
Ratio
ini juga dikenal sebagai debt ratio mengukur presentasi kebutuhan dana yang
dibelanjai dengan debt. Dalam hal ini dengan debt dimaksudkan, baik utang-utang
jangka pendek (current liabilities),
maupun pinjaman jangka panjang (long term
debt).

|
Debt Ratio =


Para
kreditur tentu saja lebih menyukai debt ratio yang sedang-sedang saja, karena
ratio yang rendah akan memberikan perisai yang lebih baik bagi mereka bila
perusahaan harus dilikuidasi. Sebaliknya, para pemegang saham akan mengusahakan
debt ratio yang tinggi, karena hal itu akan menaikkan tingkat laba yang mereka
peroleh, tanpa mengorbankan hak pengawasan atas perusahaan yang mereka miliki.
Times
Interest Earned
Ratio
Times Interest Earned dapat dihitung
dengan jalan membagi laba sebelum bunga dan pajak (Earnings Before Interest and
Taxes disingkat EBIT) dengan biaya bunga (interest
charges).
Ratio
ini dapat digunakan untuk mengukur sampai di mana laba perusahaan dapat menutup
biaya bunga. Bagi para kreditur, ratio yang tinggi memberikan jaminan bahwa
bunga atas pinjaman yang mereka berikan kan dapat dibayar perusahaan.
Sebaliknya, bilamana jumlah EBIT lebih kecil dari biaya bunga yang harus
dibayar, para kreditur menghadapi resiko bahwa bunga atas pinjaman yang mereka
berikan tidak akan dibayar seluruhnya. Dalam hal demikian, mereka mungkin akan
mengambil jalan hukum, dan hal ini besar kemungkinan akan mengakibatkan
kebangkrutan perusahaan. Karena EBIT sama dengan Operating Income (laba usaha), Times Interest Earned dapat dihitung
sebagai berikut:

Times Interest Earned =
atau 


Fixed
Charge Coverage
Pada
dasarnya ratio Fixed Charge Coverage sama dengan Times Interest Earned. Bedanya
adalah bahwa dalam Fixed Charge Coverage selain bunga dimasukkan pula
beban-beban dan kewajiban-keajiban perusahaan lainnya terhadap pihak ketiga
yang bersifat tetap. Beban dan kewajiban tetap itu antara lain dapat berupa
sewa tahunan atas aktiva yang dikontrak sewa untuk jangka panjang (annual long term lease obligations).
Fixed
Charge Coverage dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Fixed
Charge Coverage = 

RUMUS
ANALISIS LEVERAGE
1.
Total Debt to Equity Ratio
![]() |

Bagian dari setiap rupiah modal
sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang.
2.
Total Debt to Total Capital Assets
![]() |

Beberapa bagian dari keseluruhan
kebutuhan dana yang dibelanjai dengan utang atau berapa bagian dari aktiva yang
digunakan untuk menjamin utang.
3.
Long Term
Debt to Equity Ratio


Bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk
hutang jangka panjang.
4.
Tangible Assets Debt Coverage
![]() |

Besarnya aktiva tetap tangible yang digunakan untuk menjamin hutang
jangka panjang setiap rupiahnya.
5.
Time Interest Earned Ratio


Besarnya jaminan keuntungan untuk membayar bunga hutang jangka panjang.
Contoh : Total
Debt to Total Capital Assets
Struktur pembelanjaan suatu perusahaan adalah
:
a.
Equity …………….. Rp
50 juta
b.
Debt ………………. Rp
50 juta

Jumlah …………….. Rp 100 juta
Bunga
Debt adalah 10 % setahun
Perkiraan Rugi-Laba perusahaan
tersebut untuk tahun 2009
(dalam jutaan rupiah)
Laba
sebelum bunga dan pajak…………………………. 13
Bunga:
10% dari Rp 50 juta…………………………….. 5
Laba
sebelum pajak……………………………………... 8
Pajak:
50% dari 8 juta…………………………………... 4

Tingkat laba yang dinikmati para pemegang saham
adalah
4/50
x 100% = 8%
Sekiranya struktur pembelanjaan
diubah, sehingga lebih banyak digunakan debt sebagai sumber pembelanjaan,
tingkat laba yang diterima para pemegang saham akan naik. Misalnya struktur
pembelanjaan diubah sebagai berikut:
a.
Equity …………….. Rp
30 juta
b.
Debt ………………. Rp
70 juta

Jumlah …………….. Rp 100 juta
Bunga
Debt adalah 10 % setahun
Perkiraan Rugi-Laba perusahaan
(dalam jutaan rupiah)
Laba
sebelum bunga dan pajak…………………………. 13
Bunga:
10% dari Rp 70 juta…………………………….. 7
Laba
sebelum pajak……………………………………... 6
Pajak:
50% dari 6 juta…………………………………... 3

Tingkat laba yang dinikmati para pemegang saham
adalah
3/30
x 100% = 10%
Contoh di atas dengan jelas menunujukkan bagaimana
tingkat laba yang diterima para pemegang saham dapat ditingkatkan dengan jalan
menggunakan lebih banyak sumber dana pinjaman. Pada waktu struktur pembelanjaan
hanya mengandung 50% debt tingkat laba
yang dinikmati para pemegang saham adalah 8 %. Dengan meningkatkan sumber dana
pinjaman menjadi 70%, tingkat laba tersebut naik menjadi 10%.
LEVERAGE DAN
LAPORAN RUGI LABA
PT SUBUR MAKMUR
Laporan Rugi Laba
1 Januari – 31 Desember 1989
( dalam Rp 000,- )

BIAYA TETAP
DAN VARIABEL
Biaya variable adalah biaya
yang dalam jangka pendek berubah karena perubahan operasi persuahaan. Biaya
variable tersebut meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya pemasaran langsung.
Biaya tetap adalah biaya yang
dalam jangka pendek tidak berubah karena variabilitas operasi (tingkat output
yang dihasilkan) maupun penjualan. Biaya-biaya tersebut meliputi depresiasi
bangunan kantor dan pabrik, kendaraan, peralatan kantor, asuransi kecelakaan,
kesehatan dan gaji manajer.
Biaya semivariabel adalah
biaya yang menigkat secara bertahap dengan kenaikan output. Contohnya adalah
gaji manajer







(a)
Variabel
(b) Tetap

SVC
![]() |

Output
(
c ) Semivariabel
Dengan adanya biaya tetap pada
struktur biaya perusahaan, maka untuk mencapai tingkat keuntungan tertentu,
perusahaan harus mampu menghasilkan penjualan inimum tertentu. Jika sebua biaya
perusahaan bersifat variable, maka tidak ada risiko bagi perusahaan. Biaya
tetap itu dapat diklasivikasikan menjadi:
- Biaya tetap operasi
- Biaya tetap keuangan
- Biaya tetap total
Biaya tetap operasi
menimbulkan risiko operasi bagi perusahaan. Biaya ini timbul dari kegiatan
operasi keuangan. Biaya tetap keuangan menimbulkan risiko keuangan. Biaya ini
timbul karena penggunaan hutang sebagai sumber dana perusahaan. Biata tetap
total adalah penjumlahan dari biaya tetap operasi dengan biaya tetap keuangan.
Seluruh biaya tetap itu
menimbulkan risiko bagi perusahaan. Risiko yang ditimbulkan oleh biaya tetap
operasi disebut risiko operasi. Tingkat risiko tersebut secara kuantitaif dapat
diukur dengan leverage operasi. Risiko yang ditimbulkan dari biaya tetap
keuangan disebut risiko keuangan. Tingkat risiko tersebut secara kuantitatif
dapat diukur dengan leverage keuangan. Secara keseluruhan risiko operasi dan
risiko keuangan disebut risiko bisnis atau risiko perusahaan. Tingkat risiko
tersebut secara kuantitatif dapat diukur dengan leverage total.
OPERATING
LEVERAGE
Apabila perusahaan memiliki
biaya operasi tetap atau biaya modal tetap, maka dikatakan perusahaan
menggunakan leverage. Dengan menggunakan operating leverage, perusahaan
mengharapkan bahwa perubahan penjualan akan mengakibatkan perubahan laba
sebelum bunga dan pajak yang lebih besar. Multiplier effect hasil penggunaan
biaya operasi tetap terhadap laba sebelum bunga dan pajak disebut dengan degree
of operating leverage atau disingkat menjadi DOL.
Sementara itu perusahaan yang
menggunakan sumber dana dengan beban tetap dikatakan bahwa perusahaan mempunyai
financial leverage. Penggunaan financial leverage ini dengan harapan agar
terjadi perubahan laba per lembar saham (EPS) yang lebih besar daripada
perubahan laba sebelum bungan dan pajak (EBIT). Multiplier effect yang
dihasilkan karena penggunaan dana denga biaya tetap ini disebut dengan degree of financial leverage (DFL).

DOL PADA X = %
PERUBAHAN EBIT
% PERUBAHAN PENJUALAN
ATAU
∆EBIT


∆Penjualan
![]() |
Penjualan
Atau:

(P-V) Q

(P-V) Q – F
Setelah menghitung nilai DOL,
selanjutnya menganalisis hasil dari perhitungan DOL. DOL dapat diartikan, jika
volume penjualan berubah (naik/turun) sebesar m%, maka EBIT akan berubah searan
sebesar m% x DOL. Jadi DOL menunjukkan tingkat sensitivitas volume penjualan
terhadap laba operasinya.
FINANCIAL
LEVERAGE
Financial leverage adalah
penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan
memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya
sehingga akan meningkat keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Financial
leverage dengan demikian menunjukan perubahan lab per lembar saham (earning per
share atau EPS) sebagai akibat perubahan EBIT.

% Perubahan EPS

% Perubahan EBIT
Yang dapat diformulasikan menjadi :

∆
EPS

EPS

∆ EBIT
![]() |
EBIT
Atau:

(P-V) Q - F

(P-V) Q – F – I
Setelah menghitung nilai DFL,
selanjutnya menganalisis hasil dari perhitungan DFL. DFL dapat diartikan, jika
EBIT berubah (naik/turun) sebesar n%, maka EPS akan berubah searah sebesar n% x
DFL. Jadi DFL menunjukkan tingkat sensitivitas EBIT terhadap EPS.
COMBINED
LEVERAGE
Leverage kombinasi terjadi
apabila perusahaan memiliki baik operating leverage maupun financial leverage
dalam usahanya untuk meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham biasa. Degree
combined leverage adalah multiplier atas perubahan laba per lembar saham (EPS)
karena perubahan penjualan. Dengan kata lain degree of combined leverage adalah
rasio antara persentase perubahan EPS dengan persentase perubahan penjualan.

% Perubahan
EPS

% Perubahan Penjualan
Yang dapat diformulasikan menjadi :

∆EPS


∆ Penjualan
![]() |
Penjualan
ATAU

Setelah menghitung nilai DCL,
selanjutnya menganalisis hasil dari perhitungan DCL. DCL dapat diartikan, jika
volume penjualan berubah (naik/turun) sebesar m%, maka EPS akan berubah searah
sebesar m% x DCL. Jadi DCL menunjukkan tingkat sensitivitas volume penjualan
terhadap EPS.
Seperti halnya degree of
operating leverage dan degree of financial leverage, maka degree of combined
leverage juga mengukur resiko perusahaan secara keseluruhan, baik risiko bisnis
maupun risiko financial. Bagi investor yang ingin menanamkan dananya dalam hubungannya untuk menentukan tingkat
keuntungan yang diminta. Apabila DCL tinggi berarti resiko perusahaan secara
keseluruhan juga tinggi maka investor juga akan tingkat keuntungan yang tinggi
pula. Dengan kata lain perusahaan yang menggunakan excessive leverage akan
menanggung beban tetap yang lebih tinggi pula kemudian beban tetap yang lebih
tinggi ini cenderung akan offset keuntungan karean penggunaan leverage, dan akhirnya
penggunaan leverage yang excessive akan menyebabkan harga pasar saham menurun
yang berarti nilai perusahaan juga kemakmuran pemegang saham menurun.
Contoh Soal
The Corciva Inc. mempunyai data penjualan payung sebagai
berikut :
-
Harga jual
payung $50/unit.
-
Harga
variabel sebesar 10% dari harga jual dan biaya tetap sebesar $3000.
Hitunglah :
- Jika pada tahun 2004 terjual 1000 unit payung, berapakah DOL ?
- Jika interest yang harus dibayar sebesar $5000, berapakah DFL ?
- Berapakah DCL perusahaan ?
Jawab :
DOL = CM = 1.000($50-$5) = 45.000 = 1,07
EBIT 1.000(45)-3000 45.000-3.000
Artinya : perubahan te rhadap 1% penjualan akan
mempengaruhi perubahan sebesar 1,07% pada operating
income.
DFL = EBIT = 42.000 = 1,14
EBIT – INTEREST 42.000 – 5.000
Artinya :
perubahan 1% pada EBIT mempengaruhi perubahan EPS sebesar 1,14%.
- DCL = DOL x DFL = 1,07 x 1,14 = 1,22
Artinya :
setiap perubahan 1% penjualan akan mempengaruhi perubahan pada EPS sebesar
1,22%.
- Jika ditargetkan penjualan naik 10% pada satu tahun mendatang, maka diperkirakan EBIT perusahaan naik sebesar 10,7% (1,07 x 10%) dan EPSnya diperkirakan naik sebesar 12,2% (1,22 x 10%, atau 1,14 x 10,7%)
Ilmu Pengetahuan: Analisis Leverage >>>>> Download Now
BalasHapus>>>>> Download Full
Ilmu Pengetahuan: Analisis Leverage >>>>> Download LINK
>>>>> Download Now
Ilmu Pengetahuan: Analisis Leverage >>>>> Download Full
>>>>> Download LINK