1.
Inspeksi
merupakan bagian penting dalam program oengawasan kualitas. Jelaskan bagaimana
umumnya pedoman pelaksanaan inspeksi dan
sebutkan referensinya.
Inspeksi merupakan bagian penting dari
program pengawasan kualitas, inspeksi mencakup penentuan mengenai apakah suatu
input memenuhi standar kualitas yang mengakibatkan terjadinya kerusakan input
atau output. Untuk dapat menilai input maupun output, dapat dilakukan dengan
cara berikut :
a.
Teknik
Sampling
Dapat dilakukan dengan mengambil
sampel acak dari input atau output dengan anggapan bahwa sampel acak dengan
jumlah yang memadai wakil dari semua kualitas item yang diteliti. Teknik
sampling ini sangat tepat digunakan apabila (1) volume item begitu besar dan
bersifat homogen, (2) waktu sangat terbatas, (3) inspeksi merusak item,
(4) biaya kerusakan (defect cost)
tinggi. Akan tetapi penggunaan teknik sampling ini akan menimbulkan resiko,
baik yang ditanggung oleh produsen maupun resiko yang ditanggung konsumen,
sebagai akibat dari kesalahan sampling ( sampling eror)
b.
Teknik
Pemeriksaan Lengkap
Teknik ini menghendaki agar input dan
output diperiksa kualitasnya. Teknik pemeriksaan lengkap, dapat menggunakan
waktu yang cukup panjang bahkan mungkin berulang-ulang yang dapat melelahkan
pemeriksa. Untuk melaksanaakan proses pengawasan yang tepat dalam proses
transformasi terdapat beberapa titik penting dimana letak pengawasa harus dilakukan
yaitu :
-
Pada
saat menerima input
-
Sebelum
prose transformasi
-
Pada
saat proses transformasi
-
Setelah
proses transformasi
-
Ketika
para konsumen mengeluh
(Zulian
Yamit, 2003)
Teknik
dan Alat – Alat Pengawasan Mutu
Cara
– Cara Menjalankan Pengawasan Mutu
Pada setiap
tahap dan siklus dari pemeriksaan tentang hasil sampai kepercayaan pengumpulan
bahan – bahan pengolahan,pengepakan, penjualan dan lamanya suatu hasil dapat
dipergunkan, maka perlu dijalankan pengawasan terhadap mutu, yang dalam hal ini
dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu inspeksi, pemberian keterangan dan
penyelidikan. Dengan inspeksi dapatlah ditemukan mengenai sampai mana
barang memiliki mutu yang dikehendaki.
Apabila keterangan – keteraangan yang didapat selaa inspeksi diteruskan ke
bagian lain, maka bagian tersebut akan
diberi kepastian bahwa kegiatan bagian mereka dalam proses telah dilakukan
dengan baik atau perlu diperingati tentang penyimpanan – penyimpanan yang harus
dibetulkan. Dengan menyelidiki jalannya penyimpanan, sehingga kemungkinan
kegiatan yang mungkin salah terdapat pada suatu bagian, maka kegiatan produksi
selanjutnya dihentikan dengan cara – cara untuk menghindari terjadinya
kesalahan perlu diberikan
Kegiatan
inspeksi hanya dapat dilakukan dengan membuat contoh atau sampel dan mengukur
atau menilai. Kegiatan pemberian keterangan diperlukan kegiatan pencatatan,
penyingkatan, mempertunjukkan dan member komentar, mungkin perlu memutuskan
pengambilan tindakan –tindakan yang diperlukan. Kegiatan penyelidikan
membutuhkan penganalisaan catatan-catatan ( biasanya tentang pengawasan ) dan
mungkin memimpin pelaksanaan percobaan – percobaan pada proses atau mungkin
dalam laboratorium.
(Assauri,
1978)
2. Pada modul ini telah disebutkan tujuh
konsep pelaksanaan program Total Quality Management (TQM) yang efektif.
Jelaskan masing-masing konsep TQM tersebut dan sebutkan sumber referensinya
MANAJEMEN
MUTU TERPADU
Manajemen mutu terpadu (Total Quality Management)
menggambarkan penekanan mutu yang memacu seluruh organisasi, mulai dari pemasok
ke konsumen. TQM menekankan pada komitmen menajemen untuk memiliki keinginan
yang berkisambungan bagi perusahaan untuk mencapai kesempurnaan di segala aspek
barang dan jasa yang penting bagi konsumen.
Membangun lingkungan manajemen mutu terpadu merupakan hal
yang penting, karena keputusan mengenai mutu mempengaruhi setiap tahap
pembentukan dan pengelolaan operasi yang berkelas internasional. Ahli mutu W.
Edwards Deming mengembangkan 5 konsep dari program MMT/TQM yang efektif adalah:
(1) perbaikan yang terus menerus, (2) pemberdayaan karyawan, (3) perbaikan
kinerja, (4) penyediaan kebutuhan yang tepat pada waktunya, (5) pengetahuan
mengenai peralatan.
Perbaikan
Yang Terus Menerus
MMT
membutuhkan proses tanpa akhir yang disebut perbaikan yang terus menerus,
dimana kesempurnaan tidak pernah di peroleh namun harus selalu dicari.
Masyarakat
jepang menggunakan kata Kaizen menggambarkan proses perbaikan yang berlanjut
ini. Masyarakat Amerika menggunakan kata MMT, zero-defects (tanpa kerusakan produk), dan six sigma (6∑) untuk
menggambarkan usaha
1.
Ciptakan
konsistensi tujuan.
2.
Arahkan
untuk perubahan yang lebih baik.
3.
Realisasikan
mutu dalam produk; hentikan ketergantungan pada pemeriksaan yang menemukan
masalah.
4.
Ciptakan
hubungan jangka panjang yang berdasarkan ukuran harga.
5.
Lakukan
perbaikan terus-menerus, baik pada produk maupun jasa.
6.
Mulailah
pelatihan karyawan.
7.
Tekankan
setiap kepemimpinan.
8.
Hilangkan
ketakutan.
9.
Hilangkan
hambatan-hambatan antar-departemen.
10. Hindari memberikan nasihat tak perlu
pada karyawan.
11. Dukung, bantu, dan perbaikan.
12. Hilangkan perasaan bangga akan
pekerjaannya.
13. Bentuk berbagai program pendidikan dan
perbaikan diri.
14. Usahakan agar setiap orang di
perusahaan bekerja dalam kegiatan perubahan perusahaan.
Perbaikan
yang berkelanjutkan yang mereka lakukan. Kalimat khusus atau kata apa pun yang
di pakai, manajer operasi merupakan pemain kunci dalam menciptakan budaya kerja
yang mendorong perbaikan yang berkelanjutan ini. Pencarian mutu yang lebih
tinggi merupakan kegiatan tanpa akhir.
Pemberdayaan
Karyawan
Pemberdayaan Karyawan berarti manajemen perusahaan
melibatkan karyawan dalam setiap tahap proses produksi. Karena itu, ada suatu
literatur yang mengemukan bahwa 85% masalah mutu itu berkaitan dengan bahan
pembentuk produk dan proses, dan bukan kinerja karyawan. Dengan demikian itu,
tugas yang harus di selesaikan adalah merancang peralatan dan proses yang dapat
menghasilkan mutu yang di inginkan. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan
sebagian besar dari mereka untuk mengerti kelemahan dari sistem yang ada.
Mereka yang setiap hari berurusan dengan sistem memiliki pemahaman yang lebih
baik dibandingkan dengan yang lain. Bila ada ketidak sesuaian dengan yang
seharusnya, maka jarang sekali karena kesalahan karyawan. Kemungkinannya adalah
bahwa produk tersebut dirancang dengan tidak benar, sistem produksi yang
dirancang dengan tidak benar, atau karyawan tidak di latih secara tepat.
Walaupun karyawan mungkin dapat membantu memecahkan masalah tersebut, namun
mereka bukan penyebabnya.
Teknik untuk
membangun pemberdayaan karyawan mencakup tindakan:
1)
Membentuk
jaringan komunikasi yang melibatkan karyawan,
2)
Mendorong
penyelia untuk bersifat terbuka dan sebagai motivater
3)
Memidahkan
tanggung jawab manajerial dan staff kepada para karyawan bagian produksi,
4)
Membangun
organisasi dengan sikap mental tinggi, dan (5) menggunakan teknik-teknik formal
seperti pembentukan tim (team building) dan
gugus kendali mutu (quality circles).
Suatu tim
dapat di bangun untuk memecahkan berbagai masalah. Pendekatan yang populer
adalah Gugus Kendali Mutu. Gugus Kendali Mutu telah terbukti merupakan cara
yang efektif dalam hal biaya untuk meningkatkan produktivitas dan mutu. Gugus
Kendali Mutu adalah kelompok yang terdiri dari 6-12 karyawan, mereka secara
suka rela menggadakan pertemuan untuk memecahkan masalah –masalah yang
berkaitan dengan perkerjaan. Anggotanya, yang berasal dari kelompok kerja yang
sama, mendapatkan pelatihan mengenai perencanaan kelompok, pemecahan masalah,
dan pengendalian mutu secara statistik. Mereka secara bersama bertemu sekitar 4
jam/bulan (biasanya setelah jam kerja, tetapi terkadang pada saat jam kerja).
Walaupun anggota Gugus Kendali Mutu tidak di berikan kopensasi berupa uang,
mereka memperoleh perhatian dari perusahaan. Seorang menajer yang secara khusus
di latih, di sebut juga fasilitator, biasanya membantu pelatihan anggota Gugus
Kendali Mutu dan menjaga agar pertemuan berjalan lancar.
Pembandingan Kinerja (Benchmarking)
Pembandingan
kinerja merupakan elemen lain dari program MMT suatu perusahaan. Pembandingan
kinerja ini mencakup seleksi standar kinerja yang ada, yang mewakili kinerja
proses atau kegiatan terbaik lain yang sangat serupa dengan proses atau
kegiatan pihak lain. Inti dari pembandingan kinerja adalah pengembangan target
yang akan dicapai, untuk kemudian mengembangkan suatu standar atau tolak ukur
tertentu agar kita dapat mengukur kinerja sendiri (lewat perbandingan antara
berbagai kinerja, dengan prestasi kerja sendiri). Langkah untuk mengembangkan
tolak ukur ini adalah sebagai berikut:
·
Tentukan
apa yang akan dibandingkan.
·
Bentuk
kelompok penentu tolak ukur.
·
Lakukan
identifikasi atas kinerja pihak lain.
·
Kumpulkan
dan analisis informasi mengenai kinerja tersebut.
·
Ambil
tindakan untuk menyesuaikan atau melebihi kinerja pihak lain tersebut.
Dalam situasi
yang ideal, akan ditemukan satu atau lebih organisasi yang operasinya serupa
dengan organisasi kita. Lalu kita membandingkan kinerja kita dengan kinerja
mereka. Perusahaan yang kita jadikan tolak ukur tidak perlu berkecimpung di
industri yang sama dengan perusahaan kita; bahkan, untuk membentuk standar
kelas dunia, yang terbaik dilakukan adalah mencari perusahaan di luar industri
yang kita geluti. Melalui cara ini berarti mencari industri yang paling hebat
dalam bidang tertentu untuk dibandingkan. Bila satu industri tertentu telah
mengetahui bagaimana bersaing melalui pengembangan produk yang cepat, sedangkan
industri kita belum, maka pihak lain tidak ada gunanya mempelajari industri
kita.
Hal ini yang
dilakukan Xerox dan Chrysler pada saat mereka meneliti L.L. Bean untuk
melakukan pembandingan kinerja dalam pemenuhan order. Apa yang merupakan
kesamaan antara bisnis fotocopy dan mobil dengan bisnis semacam perusahaan L.L.
Bean? Tidak ada. Akan tetapi Bean telah mengajarkan pada Xerox bagaimana “menggaet”
order tiga kali lebih cepat dan menunjukkan pada Chrysler bagaimana menggunakan
bagan alir untuk mendeteksi kegiatan yang tidak berguna.
Pembandingan
kinerja dapat dan harus dibentuk dalam berbagai bidang kegiatan. Manajemen mutu
terpadu membutuhkan indikator yang dapat diukur.
Penyediaan Kebutuhan yang Cukup pada
waktunya (Just-In-Time)
Filsafat
yang mendasari hal tersebut adalah pemikiran mengenai perbaikan yang terus
menerus dan pemecahan masalah yang cepat. Dengan cara tersebut memaksa
terciptanya mutu, baik pada pemasok maupun pada setiap tahap proses manufaktur
dan jasa, karena tidak ada persediaan yang dapat menyerap variasinya. Sebagai
konsekuensinya, sistem tersebut harus memproduksi mutu yang tinggi. Karena
teknik tersebut menghilangkan kemungkinan adanya variasi, tidak ada lagi sisa
material, pengerjaan ulang, investasi persediaan dan kegiatan yang tidak perlu
dalam proses produksi/jasa.
Pengetahuan Mengenai perangkat MMT
Karena ingin
memberdayakan karyawan dalam implementasi MMT, dan mengingat MMt merupakan
usaha yang tidak ada putus-putusnya, maka setiap orang dalam organisasi harus
dilatih menggunakan teknik-teknik MMT. Peralatan MMT bermacam-macam dan semakin
hari semakin bertambah. Pada kesempatan berikutnya uraian akan memfokuskan pada
beberapa peralatan dan teknik-teknik yang berguna dalam manajemen mutu terpadu.
Alat-alat dalam MMT
Ada 6 alat yang membantu usaha
manajemen mutu terpadu, yakni: (1) Penyebaran Fungsi mutu, (2) Teknik Taguchi,
(3) Diagram Pareto, (4) Diagram Proses, (5) Diagram Sebab-Akibat, (6)
Pengendalian Proses Statistik.
Penyebaran Fungsi Mutu
Program MMT
yang efektif yaitu mewujudkan keinginan konsumen dalam suatu karakteristik yang
spesifik dan dapat dibuat rancangannya. Penyebaran fungsi mutu merupakan
istilah yang dipakai untuk: (1) Menentukan rancangan fungsional yang dapat
memuaskan konsumen, (2) Mewujudkan keinginan konsumen ke dalam suatu target
rancangan.
Bangunan
Mutu (House of Quality) merupakan teknik untuk mendefinisikan hubungan antara
keinginan konsumen ke dalam atribut-atribut barang atau jasa. Hanya dengan
mendefinisikan hubungan ini secara tepat, seorang manajer operasi dapat
menciptakan produk atau proses sesuai yang diinginkan konsumen. Pendefinisian
hubungan ini merupakan langkah pertama dalam pembentukan sistem produksi
bertaraf internasional. Untuk membangun House of Quality ada enam langkah yang
harus dilakukan, yaitu:
1.
Menentukan
keinginan konsumen.
2.
Mendefinisikan
atribut-atribut barang atau jasa.
3.
Membuat
hubungan antara keinginan konsumen dengan cara barang atau jasa memenuhinya.
4.
Mengevaluasi
produk-produk saingan.
5.
Mengembangkan
spesifikasi kinerja atas cara barang atau jasa memenuhi keinginan konsumen
tersebut.
6.
Menerapkan
cara-cara tersebut pada tahap transformasi (perubahan input menjadi output yang
tepat).
Contoh :
Melalui
penelitian pasar yang ekstendif, Great Cameras, Inc. menentukan keinginan
konsumen. Keinginan-keinginan tersebut ditunjukan pada sisi dari bangunan mutu
(huose of quality) yaitu: bersifat ringan, mudah untuk di pegang, penacahayaan
tidak dobel, mudah di gunakan, dan dapat diandalkan. Selanjutnya, tim
pengembangan produk menentukan bagaimana organisasi akan mewujudkan keinginan
konsumen ke dalam suatu produk dan target-target atribut proses. Tim
pengembangan kemudian menerjemahkan keinginan konsumen tersebut dalam
atribut-atribut yang spesifik atau diterjemahkan sebagai (cara-cara pemuasan
keinginan konsumen) di letakkan menyilang pada bagian atas dari bangunan mutu
(house of quality). Atribut-atribut tersebut adalah: kebutuhan listrik yang
rendah, komponen-komponen almunium, dapat menentukan fokus secara otomatis,
dapat membuka secara otomatis, dapat mengulang secara otomatis, dan rancangan
ergonomis.
Tim
produk kemudian mengevaluasi setiap keinginan konsumen dan membandingkan dengan
cara memenuhinya. Dalam matriks berbentuk bangunan tersebut tim produk
mengevaluasi seberapa jauh rancangan mereka dapat memenuhi keinginan konsumen.
Demikian pula, dengan ‘atap’ bangunan, tim pengembangan produk mengembangkan
hubungan antar-atribut. Akhirnya, tim tersebut mengembangkan prosedur pemberian
renking berdasarkan penting tidaknya atribut rancangan dan prosedur pemberian
ranking mengenai bagaimana melanjutkan pekerjaan perancangan produk dan proses.
Metode Taguchi
Kebanyakan
masalah mutu merupakan akibat dari rancangan produk dan proses. Oleh karena
itu, diperlukan alat-alat untuk mengkaji hal ini. Salah satu dari alat-alat
tersebut adalah Metode Taguchi yang merupakan suatu teknik peningkatan
mutu yang khusus ditujukan untuk peningkatan rancangan produk dan proses.
Konsep-Konsep Taguchi
Ada 3
konsep yang penting untuk memahami pendekatan dan metode taguchi, yaitu
ketegaran mutu produk (quality robustness), fungsi kehilangan mutu (quality
loss function), dan spesifikasi target (target spessification).
a.
Tegar
Mutunya
Metode
taguchi mengharuskan kita untuk membuat produk dan proses yang bersifat tegar
dalam kondisi apapun. Produk-produk yang tegar mutunya adalah produk-produk
yang dapat diproduksi seragam dan konsisten dalam kondisi manufaktur dan lingkungan
yang tidak terlalu ideal kondisinya. Tujuannya adalah untuk menghilangkan
akibat-akibat yang disebabkan oleh kondisi yang merugikan tersebut pada waktu
produk digunakan dan bukan menghilangkan sebabnya.
Taguchi mengemukakan bahwa lebih mudah
untuk menghilangkan akibat daripada menghilangkan penyebab, dan dalam
memproduksi produk yang tegar mutunya, tindakan tersebut lebih efektif. Dengan
cara demikian, variasi-variasi kecil dalam bahan-bahan dan proses tidak akan
merusak mutu produk.
b.
Quality
Loss Function
Taguchi juga
mendefinisikan apa yang disebut sebagai: fungsi kehilangan mutu (quality
loss function_QLF). Fungsi kehilangan mutu mengidentifikasi semua biaya
yang berhubungan dengan rendahnya mutu dan menunjukkan bagaimana biaya-biaya
tersebut meningkat seiring dengan semakin jauhnya produk dari apa yang
diinginkan konsumen. Biaya-biaya tersebut mencakup bukan hanya ketidakpuasan
konsumen tetapi juga biaya-biaya garansi dan layanan; biaya-biaya pemeriksaan
internal, perbaikan, dan sisa material; serta biaya-biaya yang secara tepat
dapat dideskripsikan sebagai biaya-biaya yang ditanggung masyarakat. Perhatikan
bahwa gambar 3.5 (a) menunjukkan fungsi kehilangan mutu sebagai sebuah kurva
dengan tingkatan yang menaik; fungsi tersebut mengambil bentuk umum formula
kuadrat sederhana
Dimana
L =
Loss/Kerugian
D2 = Kuadrat deviasi nilai target
C =
Biaya menghindari deviasi
Semua
kerugian masyarakat yang disebabkan oleh keburukan kinerja dimasukkan ke dalam
QLF. Semakin kecil kerugian, produk akan semakin diminati. Semakin jauh produk
itu dari nilai target, semakin besar kerugiannya.
Taguchi mengarahkan pada target, karena produk yang
diproduksi di dekat spesifikasi yang bisa diterima atas dan bawah menghasilkan
QLF yang lebih tinggi.
Taguchi mengamati bahwa cara lama melihat spesifikasi (yaitu
bahwa suatu produk itu baik sampai melewati batas toleransi merupakan cara yang
terlalu sederhana. Kualitas yang berorientasi pada penyesuaian (pemenuhan
target) menghasilkan semakin banyak unit yang jauh dari target; sehingga,
kerugian (biaya) menjadi lebih besar bila kita memasukkan unsur kepuasan
konsumen dan manfaat bagi masyarakat.
c.
Nilai
Target
Nilai target
merupakan filsafat mengenai peningkatan mutu yang berkelanjutan untuk
memproduksi produk yang benar-benar sesuai target.
Diagram Petro
Diagram petro merupakan metode untuk
mencari sumber kesalahan, masalah-masalah, atau kerusakan produk, untuk
membantu memfokuskan diri pada usaha-usaha pemecahannya. Diagram Pareto
didasarkan pada hasil kerja Alfredo Pareto, seorang ahli ekonomi pada abad-19.
Joseph M. Juran mempopulerkan akibat kerja Pareto ini saat ia mengemukakan
bahwa 80% masalah-masalah yang dihadapi perusahaan merupakan akibat dari 20%
penyebabnya.
(Heizer
dan Render, 2001)
3.
Pengukuran kualitas atau Penerapan TQM
pada suatu jasa, Faktor – faktor yang menentukan kualitas dari suatu jasa /
pelayanan. Antara lain :
a. Pasar / Tingkat Persaingan
Persaingan sering merupakan penentu
dalam menetapkan tingkat kualitas suatu pelayan jasa. Semakin tinggi tingkat
persaingan akan memberi pengaruh pada pelayanan jasa yang berkualitas. Dalam
masa sekarang, diharapkan konsumen mendapat pelayanan jasa yang memuaskan.
b. Tujuan Organisasi
Perusahaan bertujuan untuk
menghasilkan tingkat pelayanan yang tinggi, berharga terjangkau dan kepuasan
maksimal yang diterima konsumen.
c. Umpan Balik Konsumen
Mengingat pada dasarnya manusia pasti
tidak pernah merasa puas dan peka terhadap kekurangan dari apa yang didapatkan.
Maka perusahaan harus tanggap dan sergap terhadap keluhan konsumen atas
pelayanan dajsa yang diberikan.
(Zulian Yamit, 2003)
d.
Kepuasan
Pelanggan
Kepuasan pelanggan sebagai persepsi
terhadap pelayanan jasa yang telah memenuhi harapannya. Bila kinerja suatu jasa
melebihi harapan pelanggan maka pelanggan pun akan sangat puas. Namun bila
kinerja jasa kurang, maka pelanggan pun merasa kurang puas.
(Irawan, 2003)
e.
Kualitas
Pelayanan
Hal ini sangat bergantung pada tiga
komponen yakni sistem, teknologi, dan manusia. Faktor manusia sangat menentukan
keberhasilan pemberian pelayanan yang memuaskan bagi pelanggan.
f.
Nilai
Perasaan
Perasaan bangga, percaya diri, dan
kebahagiaan adalah simbol dari keberhasilan bagi seseorang yang menikmati
pelayanan jasa perusahaan.
g.
Harapan
Pelanggan
Merupakan perkiraan atau keyakinan
pelanggan tentang apa yang akan diterimanya. Terdapat dua tingkat harapan
pelanggan yaitu :
1.
Desired
Expectation
Mencerminkan
adanya kombinasi dari apa yang dapat dilakukan dengan yang harus dilakukan oleh
perusahaan untuk konsumen.
2.
Adequate
Expectation
Mencerminkan
apa yang minimal dapat diberikan oleh perusahaan (jasa) kepada pelanggannya.
Pelanggan akan sangat puas apabila desired expectation terpenuhi walau
tidak maksimal karena adequate
expectation sudah terpenuhi.
Sumber : Artikel Ilmiah
“Analisis Faktor – Faktor Penentu
Kualitas Pelayanan yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan Pemilik Member Card
pada Pasar Swalayan Tiara Dewata Denpasar”
Oleh ; I Gusti Nyoman Kaler Suputra
dan I Wayan Wardita (Forum Manajemen, Vol.6, No.1, 2008)
4. a. Pengawasan kualitas produk pada
UD. Nusantara
Pengawasan kualitas produk di UD Nusantara dengan cara mencoba produk
emping yang sudah jadi, jika produk tersebut sesuai dengan selera maka produk
tersebut di kemas dan siap di pasarkan, tidak ada pengawasan yag terlalu
menoton. Pada proses produksi pengawasan tidak terlalu sering di lakukan,
karena karyawan berasal dari keluarga sendiri maka semua merasa punya tanggung
jawab masing-masing. Pengawasan agar kualitas produk tidak menurun maka Pak Edi
selaku pemilik perusahaan memeriksa peralatan yang akan di pakai apakah ada
kendala atau kerusakan sebelum di operasikan sehingga tidak merusak kualitas
produk. Bahan baku yang digunakan juga dilihat terlebih dahalu apakah layak
untuk dipakai atau tidak.
Jadi yang dilakukan oleh UD. Nusantara dalam
pengawasan kualitas produk
1) Mealakukan
pemeriksaan terhadap peraltan
2) Melakukan
perbaikan terhadap peralatan yang rusak
3) Menyeleksi
terlebih dahulu bahan baku yang akan digunakan
4) Melewati
proses pembuatan emping jagung sesuai dengan runtutannya
5) Memeriksa
apakah bahan baku sudah di siapkan sesuai dengan kebutuhan
6) Mencoba
produk sebelum di kemas dan dipasarkan
b. Penerapan konsep TQM pada
UD.Nusantara
Menurut
kelompok kami perusahaan UD. Nusantara belum sepenuhnya menerapkan konsep TQM.
Alasan:
1)
Praktek
Organisasi
ü
Belum
adanya misi yang jelas dan tertulis dalam perusahaan. Menurut pak Edi yang
penting menciptakan produk yang beda dengan pesaing sehingga menarik konsumen
untuk mencobanya, halal dan aman untuk dikunsumsi masyarakat sehingga produk
tersebut mudah dikenal oleh masyarakat.
ü
Belum
adanya prosedur operasi yang efekif. Tidak ada ketentuan secara tertullis
bagaimana proses produksi yang baik, akan tetapi setipa karyawan sudah tahu
apakan yang dikerjakan tersebut sudah sesuai atau tidak dalam menciptakan
emping jagung yang memiliki kualitas yang baik
ü
Pelatihan
hanya saat awal permulaan usaha emping jagung, seterusnya karyawan
mengembangkan sendiri kecuali jika ada menu baru maka pak Edi hanya member
pengarahan saja selanjutnya untuk proses produksinya tetap berjalan sebagaimana
semestinya
2)
Prinsip
Kualitas
ü
Tidak
ada perbaikan yang berkesinambungan seperti pada karyawan, peralatan atau
manajemennya. Mereka melaukan perbaikan jika ada suatu masalah seperti
kerusakan peralatan, kekurangan bahan baku dan sebagianya
ü
Tidak
ada pembandingan kerja (benchmarking)
3)
Pemenuhan
Pekerja
ü
Pemberdayaan
tidak terlalu di perhatiakan dalam perusahaan UD. Nusantara. Menurut pak edi
yang penting karyawan mengerjakan apa yang harus dikerjakan.
ü
Tidak
ada komitmen organisasional karena belum adanya struktur organisasi
DAFTAR PUSTAKA
Heizer,
Jay and Barry Render. 2001. Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi. Salemba Empat.
Jakarta.
Sofjan
Asaauri.2008.Manajemen Produksi dan Operasi. Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. Jakarta
Yamit,
Zulian. 2003. Manajemen Produksi dan Operasi. Ekonosia. Fakultas Ekonomi UII.
Yogyakarta
I Gusti
Nyoman Kaler Suputra dan I Wayan Wardita (Forum Manajemen, Vol.6, No.1, 2008).
“Analisis Faktor – Faktor Penentu Kualitas Pelayanan yang Mempengaruhi Kepuasan
Pelanggan Pemilik Member Card pada Pasar Swalayan Tiara Dewata. Denpasar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar