Sabtu, 02 Juni 2012

PENGAWASAN KUALITAS DAN TOTAL QUALITY MANGEMENT (TQM) DALAM PERUSAHAAN AGRIBISNIS


1.    Inspeksi merupakan bagian penting dalam program oengawasan kualitas. Jelaskan bagaimana umumnya pedoman pelaksanaan  inspeksi dan sebutkan referensinya.
Inspeksi merupakan bagian penting dari program pengawasan kualitas, inspeksi mencakup penentuan mengenai apakah suatu input memenuhi standar kualitas yang mengakibatkan terjadinya kerusakan input atau output. Untuk dapat menilai input maupun output, dapat dilakukan dengan cara berikut :
a.    Teknik Sampling
Dapat dilakukan dengan mengambil sampel acak dari input atau output dengan anggapan bahwa sampel acak dengan jumlah yang memadai wakil dari semua kualitas item yang diteliti. Teknik sampling ini sangat tepat digunakan apabila (1) volume item begitu besar dan bersifat homogen, (2) waktu sangat terbatas, (3) inspeksi merusak item, (4)  biaya kerusakan (defect cost) tinggi. Akan tetapi penggunaan teknik sampling ini akan menimbulkan resiko, baik yang ditanggung oleh produsen maupun resiko yang ditanggung konsumen, sebagai akibat dari kesalahan sampling ( sampling eror)
b.    Teknik Pemeriksaan Lengkap
Teknik ini menghendaki agar input dan output diperiksa kualitasnya. Teknik pemeriksaan lengkap, dapat menggunakan waktu yang cukup panjang bahkan mungkin berulang-ulang yang dapat melelahkan pemeriksa. Untuk melaksanaakan proses pengawasan yang tepat dalam proses transformasi terdapat beberapa titik penting dimana letak pengawasa harus dilakukan yaitu :
-          Pada saat menerima input
-          Sebelum prose transformasi
-          Pada saat proses transformasi
-          Setelah proses transformasi
-          Ketika para konsumen mengeluh
(Zulian Yamit, 2003)
Teknik dan Alat – Alat Pengawasan Mutu
Cara – Cara Menjalankan  Pengawasan Mutu
Pada setiap tahap dan siklus dari pemeriksaan tentang hasil sampai kepercayaan pengumpulan bahan – bahan pengolahan,pengepakan, penjualan dan lamanya suatu hasil dapat dipergunkan, maka perlu dijalankan pengawasan terhadap mutu, yang dalam hal ini dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu inspeksi, pemberian keterangan dan penyelidikan. Dengan inspeksi dapatlah ditemukan mengenai sampai mana barang  memiliki mutu yang dikehendaki. Apabila keterangan – keteraangan yang didapat selaa inspeksi diteruskan ke bagian lain, maka bagian tersebut  akan diberi kepastian bahwa kegiatan bagian mereka dalam proses telah dilakukan dengan baik atau perlu diperingati tentang penyimpanan – penyimpanan yang harus dibetulkan. Dengan menyelidiki jalannya penyimpanan, sehingga kemungkinan kegiatan yang mungkin salah terdapat pada suatu bagian, maka kegiatan produksi selanjutnya dihentikan dengan cara – cara untuk menghindari terjadinya kesalahan perlu diberikan
Kegiatan inspeksi hanya dapat dilakukan dengan membuat contoh atau sampel dan mengukur atau menilai. Kegiatan pemberian keterangan diperlukan kegiatan pencatatan, penyingkatan, mempertunjukkan dan member komentar, mungkin perlu memutuskan pengambilan tindakan –tindakan yang diperlukan. Kegiatan penyelidikan membutuhkan penganalisaan catatan-catatan ( biasanya tentang pengawasan ) dan mungkin memimpin pelaksanaan percobaan – percobaan pada proses atau mungkin dalam laboratorium.
(Assauri, 1978)





2.    Pada modul ini telah disebutkan tujuh konsep pelaksanaan program Total Quality Management (TQM) yang efektif. Jelaskan masing-masing konsep TQM tersebut dan sebutkan sumber referensinya

MANAJEMEN MUTU TERPADU
Manajemen mutu terpadu (Total Quality Management) menggambarkan penekanan mutu yang memacu seluruh organisasi, mulai dari pemasok ke konsumen. TQM menekankan pada komitmen menajemen untuk memiliki keinginan yang berkisambungan bagi perusahaan untuk mencapai kesempurnaan di segala aspek barang dan jasa yang penting bagi konsumen.
Membangun lingkungan manajemen mutu terpadu merupakan hal yang penting, karena keputusan mengenai mutu mempengaruhi setiap tahap pembentukan dan pengelolaan operasi yang berkelas internasional. Ahli mutu W. Edwards Deming mengembangkan 5 konsep dari program MMT/TQM yang efektif adalah: (1) perbaikan yang terus menerus, (2) pemberdayaan karyawan, (3) perbaikan kinerja, (4) penyediaan kebutuhan yang tepat pada waktunya, (5) pengetahuan mengenai peralatan.

Perbaikan Yang Terus Menerus
MMT membutuhkan proses tanpa akhir yang disebut perbaikan yang terus menerus, dimana kesempurnaan tidak pernah di peroleh namun harus selalu dicari.
Masyarakat jepang menggunakan kata Kaizen  menggambarkan proses perbaikan yang berlanjut ini. Masyarakat Amerika menggunakan kata MMT, zero-defects (tanpa kerusakan produk), dan six sigma (6∑) untuk menggambarkan usaha
1.    Ciptakan konsistensi tujuan.
2.    Arahkan untuk perubahan yang lebih baik.
3.    Realisasikan mutu dalam produk; hentikan ketergantungan pada pemeriksaan yang menemukan masalah.
4.    Ciptakan hubungan jangka panjang yang berdasarkan ukuran harga.
5.    Lakukan perbaikan terus-menerus, baik pada produk maupun jasa.
6.    Mulailah pelatihan karyawan.
7.    Tekankan setiap kepemimpinan.
8.    Hilangkan ketakutan.
9.    Hilangkan hambatan-hambatan antar-departemen.
10.  Hindari memberikan nasihat tak perlu pada karyawan.
11.  Dukung, bantu, dan perbaikan.
12.  Hilangkan perasaan bangga akan pekerjaannya.
13.  Bentuk berbagai program pendidikan dan perbaikan diri.
14.  Usahakan agar setiap orang di perusahaan bekerja dalam kegiatan perubahan perusahaan.
Perbaikan yang berkelanjutkan yang mereka lakukan. Kalimat khusus atau kata apa pun yang di pakai, manajer operasi merupakan pemain kunci dalam menciptakan budaya kerja yang mendorong perbaikan yang berkelanjutan ini. Pencarian mutu yang lebih tinggi merupakan kegiatan tanpa akhir.

Pemberdayaan Karyawan
Pemberdayaan Karyawan berarti manajemen perusahaan melibatkan karyawan dalam setiap tahap proses produksi. Karena itu, ada suatu literatur yang mengemukan bahwa 85% masalah mutu itu berkaitan dengan bahan pembentuk produk dan proses, dan bukan kinerja karyawan. Dengan demikian itu, tugas yang harus di selesaikan adalah merancang peralatan dan proses yang dapat menghasilkan mutu yang di inginkan. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan sebagian besar dari mereka untuk mengerti kelemahan dari sistem yang ada. Mereka yang setiap hari berurusan dengan sistem memiliki pemahaman yang lebih baik dibandingkan dengan yang lain. Bila ada ketidak sesuaian dengan yang seharusnya, maka jarang sekali karena kesalahan karyawan. Kemungkinannya adalah bahwa produk tersebut dirancang dengan tidak benar, sistem produksi yang dirancang dengan tidak benar, atau karyawan tidak di latih secara tepat. Walaupun karyawan mungkin dapat membantu memecahkan masalah tersebut, namun mereka bukan penyebabnya.

Teknik untuk membangun pemberdayaan karyawan mencakup tindakan:
1)    Membentuk jaringan komunikasi yang melibatkan karyawan,
2)    Mendorong penyelia untuk bersifat terbuka dan sebagai motivater
3)    Memidahkan tanggung jawab manajerial dan staff kepada para karyawan bagian produksi,
4)    Membangun organisasi dengan sikap mental tinggi, dan (5) menggunakan teknik-teknik formal seperti pembentukan tim (team building) dan gugus kendali mutu (quality circles).
Suatu tim dapat di bangun untuk memecahkan berbagai masalah. Pendekatan yang populer adalah Gugus Kendali Mutu. Gugus Kendali Mutu telah terbukti merupakan cara yang efektif dalam hal biaya untuk meningkatkan produktivitas dan mutu. Gugus Kendali Mutu adalah kelompok yang terdiri dari 6-12 karyawan, mereka secara suka rela menggadakan pertemuan untuk memecahkan masalah –masalah yang berkaitan dengan perkerjaan. Anggotanya, yang berasal dari kelompok kerja yang sama, mendapatkan pelatihan mengenai perencanaan kelompok, pemecahan masalah, dan pengendalian mutu secara statistik. Mereka secara bersama bertemu sekitar 4 jam/bulan (biasanya setelah jam kerja, tetapi terkadang pada saat jam kerja). Walaupun anggota Gugus Kendali Mutu tidak di berikan kopensasi berupa uang, mereka memperoleh perhatian dari perusahaan. Seorang menajer yang secara khusus di latih, di sebut juga fasilitator, biasanya membantu pelatihan anggota Gugus Kendali Mutu dan menjaga agar pertemuan berjalan lancar.
Pembandingan Kinerja (Benchmarking)
Pembandingan kinerja merupakan elemen lain dari program MMT suatu perusahaan. Pembandingan kinerja ini mencakup seleksi standar kinerja yang ada, yang mewakili kinerja proses atau kegiatan terbaik lain yang sangat serupa dengan proses atau kegiatan pihak lain. Inti dari pembandingan kinerja adalah pengembangan target yang akan dicapai, untuk kemudian mengembangkan suatu standar atau tolak ukur tertentu agar kita dapat mengukur kinerja sendiri (lewat perbandingan antara berbagai kinerja, dengan prestasi kerja sendiri). Langkah untuk mengembangkan tolak ukur ini adalah sebagai berikut:
·         Tentukan apa yang akan dibandingkan.
·         Bentuk kelompok penentu tolak ukur.
·         Lakukan identifikasi atas kinerja pihak lain.
·         Kumpulkan dan analisis informasi mengenai kinerja tersebut.
·         Ambil tindakan untuk menyesuaikan atau melebihi kinerja pihak lain tersebut.
Dalam situasi yang ideal, akan ditemukan satu atau lebih organisasi yang operasinya serupa dengan organisasi kita. Lalu kita membandingkan kinerja kita dengan kinerja mereka. Perusahaan yang kita jadikan tolak ukur tidak perlu berkecimpung di industri yang sama dengan perusahaan kita; bahkan, untuk membentuk standar kelas dunia, yang terbaik dilakukan adalah mencari perusahaan di luar industri yang kita geluti. Melalui cara ini berarti mencari industri yang paling hebat dalam bidang tertentu untuk dibandingkan. Bila satu industri tertentu telah mengetahui bagaimana bersaing melalui pengembangan produk yang cepat, sedangkan industri kita belum, maka pihak lain tidak ada gunanya mempelajari industri kita.
Hal ini yang dilakukan Xerox dan Chrysler pada saat mereka meneliti L.L. Bean untuk melakukan pembandingan kinerja dalam pemenuhan order. Apa yang merupakan kesamaan antara bisnis fotocopy dan mobil dengan bisnis semacam perusahaan L.L. Bean? Tidak ada. Akan tetapi Bean telah mengajarkan pada Xerox bagaimana “menggaet” order tiga kali lebih cepat dan menunjukkan pada Chrysler bagaimana menggunakan bagan alir untuk mendeteksi kegiatan yang tidak berguna.
Pembandingan kinerja dapat dan harus dibentuk dalam berbagai bidang kegiatan. Manajemen mutu terpadu membutuhkan indikator yang dapat diukur.
Penyediaan Kebutuhan yang Cukup pada waktunya (Just-In-Time)
Filsafat yang mendasari hal tersebut adalah pemikiran mengenai perbaikan yang terus menerus dan pemecahan masalah yang cepat. Dengan cara tersebut memaksa terciptanya mutu, baik pada pemasok maupun pada setiap tahap proses manufaktur dan jasa, karena tidak ada persediaan yang dapat menyerap variasinya. Sebagai konsekuensinya, sistem tersebut harus memproduksi mutu yang tinggi. Karena teknik tersebut menghilangkan kemungkinan adanya variasi, tidak ada lagi sisa material, pengerjaan ulang, investasi persediaan dan kegiatan yang tidak perlu dalam proses produksi/jasa.
Pengetahuan Mengenai perangkat MMT
Karena ingin memberdayakan karyawan dalam implementasi MMT, dan mengingat MMt merupakan usaha yang tidak ada putus-putusnya, maka setiap orang dalam organisasi harus dilatih menggunakan teknik-teknik MMT. Peralatan MMT bermacam-macam dan semakin hari semakin bertambah. Pada kesempatan berikutnya uraian akan memfokuskan pada beberapa peralatan dan teknik-teknik yang berguna dalam manajemen mutu terpadu.
Alat-alat dalam MMT
Ada 6 alat yang membantu usaha manajemen mutu terpadu, yakni: (1) Penyebaran Fungsi mutu, (2) Teknik Taguchi, (3) Diagram Pareto, (4) Diagram Proses, (5) Diagram Sebab-Akibat, (6) Pengendalian Proses Statistik.
Penyebaran Fungsi Mutu
Program MMT yang efektif yaitu mewujudkan keinginan konsumen dalam suatu karakteristik yang spesifik dan dapat dibuat rancangannya. Penyebaran fungsi mutu merupakan istilah yang dipakai untuk: (1) Menentukan rancangan fungsional yang dapat memuaskan konsumen, (2) Mewujudkan keinginan konsumen ke dalam suatu target rancangan.
Bangunan Mutu (House of Quality) merupakan teknik untuk mendefinisikan hubungan antara keinginan konsumen ke dalam atribut-atribut barang atau jasa. Hanya dengan mendefinisikan hubungan ini secara tepat, seorang manajer operasi dapat menciptakan produk atau proses sesuai yang diinginkan konsumen. Pendefinisian hubungan ini merupakan langkah pertama dalam pembentukan sistem produksi bertaraf internasional. Untuk membangun House of Quality ada enam langkah yang harus dilakukan, yaitu:
1.    Menentukan keinginan konsumen.
2.    Mendefinisikan atribut-atribut barang atau jasa.
3.    Membuat hubungan antara keinginan konsumen dengan cara barang atau jasa memenuhinya.
4.    Mengevaluasi produk-produk saingan.
5.    Mengembangkan spesifikasi kinerja atas cara barang atau jasa memenuhi keinginan konsumen tersebut.
6.    Menerapkan cara-cara tersebut pada tahap transformasi (perubahan input menjadi output yang tepat).


Contoh :
Melalui penelitian pasar yang ekstendif, Great Cameras, Inc. menentukan keinginan konsumen. Keinginan-keinginan tersebut ditunjukan pada sisi dari bangunan mutu (huose of quality) yaitu: bersifat ringan, mudah untuk di pegang, penacahayaan tidak dobel, mudah di gunakan, dan dapat diandalkan. Selanjutnya, tim pengembangan produk menentukan bagaimana organisasi akan mewujudkan keinginan konsumen ke dalam suatu produk dan target-target atribut proses. Tim pengembangan kemudian menerjemahkan keinginan konsumen tersebut dalam atribut-atribut yang spesifik atau diterjemahkan sebagai (cara-cara pemuasan keinginan konsumen) di letakkan menyilang pada bagian atas dari bangunan mutu (house of quality). Atribut-atribut tersebut adalah: kebutuhan listrik yang rendah, komponen-komponen almunium, dapat menentukan fokus secara otomatis, dapat membuka secara otomatis, dapat mengulang secara otomatis, dan rancangan ergonomis.
Tim produk kemudian mengevaluasi setiap keinginan konsumen dan membandingkan dengan cara memenuhinya. Dalam matriks berbentuk bangunan tersebut tim produk mengevaluasi seberapa jauh rancangan mereka dapat memenuhi keinginan konsumen. Demikian pula, dengan ‘atap’ bangunan, tim pengembangan produk mengembangkan hubungan antar-atribut. Akhirnya, tim tersebut mengembangkan prosedur pemberian renking berdasarkan penting tidaknya atribut rancangan dan prosedur pemberian ranking mengenai bagaimana melanjutkan pekerjaan perancangan produk dan proses.
Metode Taguchi
Kebanyakan masalah mutu merupakan akibat dari rancangan produk dan proses. Oleh karena itu, diperlukan alat-alat untuk mengkaji hal ini. Salah satu dari alat-alat tersebut adalah Metode Taguchi yang merupakan suatu teknik peningkatan mutu yang khusus ditujukan untuk peningkatan rancangan produk dan proses.
Konsep-Konsep Taguchi
Ada 3 konsep yang penting untuk memahami pendekatan dan metode taguchi, yaitu ketegaran mutu produk (quality robustness), fungsi kehilangan mutu (quality loss function), dan spesifikasi target (target spessification).
a.    Tegar Mutunya
Metode taguchi mengharuskan kita untuk membuat produk dan proses yang bersifat tegar dalam kondisi apapun. Produk-produk yang tegar mutunya adalah produk-produk yang dapat diproduksi seragam dan konsisten dalam kondisi manufaktur dan lingkungan yang tidak terlalu ideal kondisinya. Tujuannya adalah untuk menghilangkan akibat-akibat yang disebabkan oleh kondisi yang merugikan tersebut pada waktu produk digunakan dan bukan menghilangkan sebabnya.
            Taguchi mengemukakan bahwa lebih mudah untuk menghilangkan akibat daripada menghilangkan penyebab, dan dalam memproduksi produk yang tegar mutunya, tindakan tersebut lebih efektif. Dengan cara demikian, variasi-variasi kecil dalam bahan-bahan dan proses tidak akan merusak mutu produk.
b.    Quality Loss Function
Taguchi juga mendefinisikan apa yang disebut sebagai: fungsi kehilangan mutu (quality loss function_QLF). Fungsi kehilangan mutu mengidentifikasi semua biaya yang berhubungan dengan rendahnya mutu dan menunjukkan bagaimana biaya-biaya tersebut meningkat seiring dengan semakin jauhnya produk dari apa yang diinginkan konsumen. Biaya-biaya tersebut mencakup bukan hanya ketidakpuasan konsumen tetapi juga biaya-biaya garansi dan layanan; biaya-biaya pemeriksaan internal, perbaikan, dan sisa material; serta biaya-biaya yang secara tepat dapat dideskripsikan sebagai biaya-biaya yang ditanggung masyarakat. Perhatikan bahwa gambar 3.5 (a) menunjukkan fungsi kehilangan mutu sebagai sebuah kurva dengan tingkatan yang menaik; fungsi tersebut mengambil bentuk umum formula kuadrat sederhana


Dimana
            L          = Loss/Kerugian
            D2          = Kuadrat deviasi nilai target
            C         = Biaya menghindari deviasi

Semua kerugian masyarakat yang disebabkan oleh keburukan kinerja dimasukkan ke dalam QLF. Semakin kecil kerugian, produk akan semakin diminati. Semakin jauh produk itu dari nilai target, semakin besar kerugiannya.
Taguchi mengarahkan pada target, karena produk yang diproduksi di dekat spesifikasi yang bisa diterima atas dan bawah menghasilkan QLF yang lebih tinggi.
Taguchi mengamati bahwa cara lama melihat spesifikasi (yaitu bahwa suatu produk itu baik sampai melewati batas toleransi merupakan cara yang terlalu sederhana. Kualitas yang berorientasi pada penyesuaian (pemenuhan target) menghasilkan semakin banyak unit yang jauh dari target; sehingga, kerugian (biaya) menjadi lebih besar bila kita memasukkan unsur kepuasan konsumen dan manfaat bagi masyarakat.
           

c.    Nilai Target
Nilai target merupakan filsafat mengenai peningkatan mutu yang berkelanjutan untuk memproduksi produk yang benar-benar sesuai target.

Diagram Petro
Diagram petro merupakan metode untuk mencari sumber kesalahan, masalah-masalah, atau kerusakan produk, untuk membantu memfokuskan diri pada usaha-usaha pemecahannya. Diagram Pareto didasarkan pada hasil kerja Alfredo Pareto, seorang ahli ekonomi pada abad-19. Joseph M. Juran mempopulerkan akibat kerja Pareto ini saat ia mengemukakan bahwa 80% masalah-masalah yang dihadapi perusahaan merupakan akibat dari 20% penyebabnya.
(Heizer dan Render, 2001)


3.    Pengukuran kualitas atau Penerapan TQM pada suatu jasa, Faktor – faktor yang menentukan kualitas dari suatu jasa / pelayanan. Antara lain :
a.    Pasar / Tingkat Persaingan
Persaingan sering merupakan penentu dalam menetapkan tingkat kualitas suatu pelayan jasa. Semakin tinggi tingkat persaingan akan memberi pengaruh pada pelayanan jasa yang berkualitas. Dalam masa sekarang, diharapkan konsumen mendapat pelayanan jasa yang memuaskan.
b.    Tujuan Organisasi
Perusahaan bertujuan untuk menghasilkan tingkat pelayanan yang tinggi, berharga terjangkau dan kepuasan maksimal yang diterima konsumen.

c.    Umpan Balik Konsumen
Mengingat pada dasarnya manusia pasti tidak pernah merasa puas dan peka terhadap kekurangan dari apa yang didapatkan. Maka perusahaan harus tanggap dan sergap terhadap keluhan konsumen atas pelayanan dajsa yang diberikan.
(Zulian Yamit, 2003)
d.    Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan sebagai persepsi terhadap pelayanan jasa yang telah memenuhi harapannya. Bila kinerja suatu jasa melebihi harapan pelanggan maka pelanggan pun akan sangat puas. Namun bila kinerja jasa kurang, maka pelanggan pun merasa kurang puas.
(Irawan, 2003)
e.    Kualitas Pelayanan
Hal ini sangat bergantung pada tiga komponen yakni sistem, teknologi, dan manusia. Faktor manusia sangat menentukan keberhasilan pemberian pelayanan yang memuaskan bagi pelanggan.
f.     Nilai Perasaan
Perasaan bangga, percaya diri, dan kebahagiaan adalah simbol dari keberhasilan bagi seseorang yang menikmati pelayanan jasa perusahaan.
g.    Harapan Pelanggan
Merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan diterimanya. Terdapat dua tingkat harapan pelanggan yaitu :
1.    Desired Expectation
Mencerminkan adanya kombinasi dari apa yang dapat dilakukan dengan yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk konsumen.
2.    Adequate Expectation
Mencerminkan apa yang minimal dapat diberikan oleh perusahaan (jasa) kepada pelanggannya.
Pelanggan akan sangat puas apabila desired expectation terpenuhi walau tidak maksimal karena adequate expectation sudah terpenuhi.
Sumber : Artikel Ilmiah
“Analisis Faktor – Faktor Penentu Kualitas Pelayanan yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan Pemilik Member Card pada Pasar Swalayan Tiara Dewata Denpasar”
Oleh ; I Gusti Nyoman Kaler Suputra dan I Wayan Wardita (Forum Manajemen, Vol.6, No.1, 2008)

4. a. Pengawasan kualitas produk pada UD. Nusantara
Pengawasan kualitas produk di UD Nusantara dengan cara mencoba produk emping yang sudah jadi, jika produk tersebut sesuai dengan selera maka produk tersebut di kemas dan siap di pasarkan, tidak ada pengawasan yag terlalu menoton. Pada proses produksi pengawasan tidak terlalu sering di lakukan, karena karyawan berasal dari keluarga sendiri maka semua merasa punya tanggung jawab masing-masing. Pengawasan agar kualitas produk tidak menurun maka Pak Edi selaku pemilik perusahaan memeriksa peralatan yang akan di pakai apakah ada kendala atau kerusakan sebelum di operasikan sehingga tidak merusak kualitas produk. Bahan baku yang digunakan juga dilihat terlebih dahalu apakah layak untuk dipakai atau tidak.
Jadi yang dilakukan oleh UD. Nusantara dalam pengawasan kualitas produk
1)    Mealakukan pemeriksaan terhadap peraltan
2)    Melakukan perbaikan terhadap peralatan yang rusak
3)    Menyeleksi terlebih dahulu bahan baku yang akan digunakan
4)    Melewati proses pembuatan emping jagung sesuai dengan runtutannya
5)    Memeriksa apakah bahan baku sudah di siapkan sesuai dengan kebutuhan
6)    Mencoba produk sebelum di kemas dan dipasarkan
b. Penerapan konsep TQM pada UD.Nusantara
Menurut kelompok kami perusahaan UD. Nusantara belum sepenuhnya menerapkan konsep TQM. Alasan:
1)    Praktek Organisasi
ü  Belum adanya misi yang jelas dan tertulis dalam perusahaan. Menurut pak Edi yang penting menciptakan produk yang beda dengan pesaing sehingga menarik konsumen untuk mencobanya, halal dan aman untuk dikunsumsi masyarakat sehingga produk tersebut mudah dikenal oleh masyarakat.
ü  Belum adanya prosedur operasi yang efekif. Tidak ada ketentuan secara tertullis bagaimana proses produksi yang baik, akan tetapi setipa karyawan sudah tahu apakan yang dikerjakan tersebut sudah sesuai atau tidak dalam menciptakan emping jagung yang memiliki kualitas yang baik
ü  Pelatihan hanya saat awal permulaan usaha emping jagung, seterusnya karyawan mengembangkan sendiri kecuali jika ada menu baru maka pak Edi hanya member pengarahan saja selanjutnya untuk proses produksinya tetap berjalan sebagaimana semestinya
2)    Prinsip Kualitas
ü  Tidak ada perbaikan yang berkesinambungan seperti pada karyawan, peralatan atau manajemennya. Mereka melaukan perbaikan jika ada suatu masalah seperti kerusakan peralatan, kekurangan bahan baku dan sebagianya
ü  Tidak ada pembandingan kerja (benchmarking)
3)    Pemenuhan Pekerja
ü  Pemberdayaan tidak terlalu di perhatiakan dalam perusahaan UD. Nusantara. Menurut pak edi yang penting karyawan mengerjakan apa yang harus dikerjakan.
ü  Tidak ada komitmen organisasional karena belum adanya struktur organisasi



DAFTAR PUSTAKA
Heizer, Jay and Barry Render. 2001. Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi. Salemba Empat. Jakarta.
Sofjan Asaauri.2008.Manajemen Produksi dan Operasi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta
Yamit, Zulian. 2003. Manajemen Produksi dan Operasi. Ekonosia. Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta
I Gusti Nyoman Kaler Suputra dan I Wayan Wardita (Forum Manajemen, Vol.6, No.1, 2008). “Analisis Faktor – Faktor Penentu Kualitas Pelayanan yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan Pemilik Member Card pada Pasar Swalayan Tiara Dewata. Denpasar


Tidak ada komentar:

Posting Komentar