PERILAKU KONSUMEN
1.
Perilaku
Konsumen dan Strategi Produk
Pengertian produk baru dapat meliputi
produk orosinil, produk yang disempurnkan, produk yang dimodifikasi, dan merek
baru yang dikembangkan melaui usaha riset dan pengembangan. Selain itu juga
dapat didasarkan pada pandangan konsumen mengenai produk tersebut, apakah baru
bagi mereka atau tidak.
Kategori produk baru, berdasarkan
‘kebaruan’nya (newness) (Booz, Allen, dan Hamilton (dalam Hiam dan Schewe, 1994;
Kotler, et al., 1996; Stanton, et al., 1994)):
1. Produk-produk yang
benar-benar baru (baru bagi dunia). Dalam hal ini, produk baru sebagai hasil
dari inovasi yang menciptakan pasar baru.
2. Lini produk baru.
Produk baru yang memungkinkan perusahaan untuk memasuki pasar yang sebelumnya
telah ada untuk pertama kali.
3. Tambahan pada lini
produk yang sudah ada. Produk baru yang melengkapi lini produk yang sudah ada
(misalnya: ukuran kemasan baru, rasa yang berbeda, dan lain-lain).
4. Penyempurnaan sebagai
revisi terhadap produk yang sudah ada. Dilakukan dengan cara: menambah
ciri-ciri atau model baru, mengubah persyaratan/kebutuhan pemrosesan, mengubah
kandungan/unsur-unsur produk.
5. Repositioning.
Produk yang sudah ada dijual pada pasar atau segmen pasar yang baru.
6. Pengurangan biaya.
Produk baru yang menghasilkan unjuk kerja yang sama pada tingkat biaya yang
lebih rendah.
Tujuan penciptaan produk baru adalah:
1. Untuk
memenuhi kebutuhan baru dan memperkuat reputasi perusahaan sebagai inovator,
yaitu dengan menawarkan produk yang lebih baru daripada produk sebelumnya.
Dalam hal ini strategi produk baru merupakan strategi ofensif.
2. Untuk
mempertahankan daya saing terhadap produk yang ada, yaitu dengan jalan
menawarkan produk yang dapat memberikan jenis kepuasan yang baru. Bentuknya
bisa tambahan terhadap lini produk yang sudah ada maupun revisi terhadap produk yang
telah ada. Dalam hal ini strategi produk baru merupakan strategi defensif.
Marketing sering disamakan dengan
penjualan. Tentu, marketing adalah marketing dan penjualan ialah penjualan.
Penjualan merupakan bagian dari marketing dalam dimensi taktik. Marketing kita
kenal sebagai grand theory berbagai kajian didalamnya termasuk strategi produk.
Hal tersebut, memberikan rasionalisasi marketing berkontribusi terhadap
strategi produk secara deduktif. Melalui ringkasan ini dapat diketahui tiga
kontribusi marketing terhadap strategi produk.
Kontribusi pertama, analisis pasar
dituntut pada semua tahap perencanaan produk yang menyediakan informasi agar
ide sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Pengetahuan, pengalaman,
dan metode penelitian pasar menjadi hal sangat mendasar dalam pengembangan
strategi produk. Informasi konsumen pun diperlukan untuk menemukan dan
mendeskripsikan kebutuhan dan keinginan yang belum dipenuhi, mengevaluasi
produk saat pengembangan, perkenalan, dan pemantauan kinerja produk yang sudah
ada. Beberapa metode dan pengujian produk tersedia di dalam portfolio produk.
Dengan demikian kontribusi marketing berkenaan dengan konsep daur hidup produk.
Kontribusi kedua, berkenaan dengan
spesifikasi produk. Secara bertahap top manajemen mengharapkan para manajemen
lainnya mengidentifikasi ciri khas dan kinerja produk. Hal tersebut, menuntut
penjabaran informasi kebutuhan dan keinginan konsumen ke dalam spesifikasi
produk berbasis manajemen kualitas total. Adaftasi kebutuhan dan keinginan
konsumen dengan kapabilitas produk adalah sangat krusial dalam merancang dan
mengimplementasikan strategi produk.
Kontribusi ketiga adalah dalam memutuskan
target pasar dan strategi penentuan posisi. Manajemen pemasaran mencari
strategi dan mengambil keputusan terbaik untuk menargetkan dan memasarkan
produk. Keputusan tersebut, seringkali sangat penting dalam pencapaian
keberhasilan baik produk baru maupun prosuk yang sudah ada. Karena pilihan
spesifikasi dan penentuan posisi produk berkaitan erat, maka posisi produk
perlu dipertimbangkan pada tahap awal proses perencanaan marketing. Keputusan
penentuan posisi dapat mencakup satu produk atau merek, satu lini produk atau
bauran lini produk di dalam satu unit bisnis.
Strategi produk merupakan salah satu
keputusan penting dalam ruang lingkup marketing. Jadi, apa yang ada dan sesuai
dalam marketing di serap oleh strategi produk. Singkatnya marketing berkontribusi
terhadap strategi produk dalam hal daur hidup produk, spesifikasi produk,
penentuan target dan memasarkan produk.
Kepuasan
Konsumen setelah melakukan pembelian suatu
produk akan mengevaluasi
apakah produk sesuai dengan yang di bayangkan
atau diharapkan tidak. Hal ini terjadi karena sebelum melakukan
pembelian konsumen sudah mempunyai gambaran produk yang akan di beli atau yang sering disebut harapan
prapembelian. Harapan
prapembelian adalah
kepercayaan tentang kinerja
suatu produk yang diperkirakan akan muncul. Harapan pra pembelian dapat
dipenuhi saat kinerja suatu produk sesuai dengan
apa yang diharapkan dan tidak cocok ketika yang terjadi adalah sebaliknya. perbedaan
antara harapan prapembelian dan persepsi pasca pembelian
itulah yang dinamakan dengan
ketidakcocokan.
Ketidakcocokan yang terjadi bisa bersifat negative atau bersifat positif.
Ketidakcocokan negative terjadi ketika kinerja kurang dari yang diharapkan
atau lebih. Ketidakcocokan positif terjadi ketika kinerja produk ternyata lebih baik dari yang
diharapkan. Kepuasan terjadi
ketika kinerja produk paling tidak sama seperti yang diharapkan, ketidakpuasan terjadi
ketika kinerjanya lebih buruk dari apa yang
diharapkan. Dengan demikian kepuasan
adalah hasil pengalaman terhadap produk. Ini adalah sebuah perasaan konsumen setelah membandingkan harapan dengan kinerja aktual.
Ketika konsumen mengalami kepuasan
maka konsumen akan melakukan pembelian ulang serta selalu menggunakannya dan memberitahu orang lain tentang
pengalaman mereka yang menyenangkan dengan produk tersebut.
Dan sebaliknya jika konsumen tidak puas maka akan menceritakan kepada konsumen lainnya, beralih ke merek lain dan mengajukan keberatan kepada produsen serta pengecer. Kepuasan konsumen perlu diperhatikan
karena akan mempengaruhi
pada respon konsumen selanjutnya.
Konsumen yang puas kemungkinan akan
membeli kembali serta memberikan suara-suara positif
tentang produk. Ini pula
yang menjadi kunci loyalitas, karena kita tahu loyalitas merupakan komponen
paling penting ekuitas merek.
Perilaku produk
Tujuan dilakukan
pemasaran salah satunya adalah bagaimana
meningkatkan kemungkinan dan frekuensi konsumen melakukan kontak dengan
produk, membeli dan menggunakannya dan melakukan pembelian ulang. Strategi yang bisa dilakukan adalah dengan melalui kontak produk dan menciptakan serta
meningkatkan loyalitas
merek. Kontak produk terjadi
saat konsumen bersentuhan
dengan produk yang ditawarkan. Kontak produk
dapat berupa seperti
perilaku mencari lokasi suatu produk di dalam toko,mempelajarinya dan membawanya ke kasir. Hal ini terjadi pada saat konsumen melakukan
kunjungan ke toko.
Selain itu kontak
produk dapat terjadi
seperti melalui
menerima contoh gratis di pusat perbelanjaan, mengenali komputer pada saat di sekolah, melihat
orang lain menggunakan produk tersebut. Dengan demikian konsumen dapat mengelami kontak dan terlibat dengan suatu produk melalui
berbagai cara yang berbeda.Strategi yang dibutuhkan saat ini adalah berkaitan dengan loyalitas merek
agar perusahaan tetap bertahan hidup. Sebagai suatu fenomena kognisi, loyalitas merek merupakan
komitmen internal untuk membeli dan membeli ulang suatu merek tertentu.Sebagai fenomena perilaku, loyalitas merek adalah sekedar perilaku pembelian yang berulang.
Loyalitas merek menurut Peter (2000) adalah keinginan melakukan dan
perilaku pembelian ulang. Loyalitas merek terdiri
dari berbagai macam antara lain
1) loyalitas merek tak terbagi yaitu karena alasan-alasan
tertentu, konsumen benar-benar hanya mau membeli satu macam merek saja dan membatalkan pembelian jika merek tersebut ternyata tidak tersedia.
2) Loyalitas merek
berpindah sesekali, hal ini terjadi konsumen kadang-kadang berpindah merek
untuk berbagai macam alasan tertentu.
Misalnya merek yang biasa dipakai sedang habis, ada merek baru masuk ke pasar dan konsumen mencoba-coba untuk memakainya, merek pesaing
ditawarkan dengan harga khusus atau merek yang berbeda dibeli untuk kejadian-kejadian tertentu saja.
3) Loyalitas merek
berpindah, disini konsumen pindah untuk membeli merek pesaing.hal ini terjadi pada sasaran bersaing di pasar yang pertumbuhannya lamban atau sedang menurun.
4) loyalitas merek terbagi
adalah pembelian
dua atau lebi merek secara
konsisten, misalnya rumah tangga membeli berbagai
macam merek sapho untuk anggota keluarga yang berbeda
atau tujuan yang berbeda.
5) pengabaian merek,
pembelian yang tidak memiliki
pola pembelian ulang yang jelas.
Menumbuh kembangkan loyalitas
merek yang tinggi pada konsumen adalah
sasaran penting untuk strategi pemasaran. Ada suatu gambar yang dapat digunakan sebagai perangkat
strategis untuk memplot konsumen merek perusahaan maupun merek pesaing dengan dasar loyalitas merek dan tingkat penggunaan.
Gambar 1. Loyalitas merek dan tingkat penggunaan
Loyalitas Merek
Loyalitas merek
Pengguna ringan
Loyalitas Merek
Pengguna berat
Pengabai Merek
Pengguna ringan
Pengabai Merek
Pengguna ringan
Pengabai Merek
Ada beberapa strategi
yang dapat digunakan
untuk menumbuhkembangkan loyalitas merek antara lain :
1. jika saru-satunya segmen yang paling
menguntungkan adalah pengguna
berat loyal merek, berfokuslah pada pengalihan loyalitas
konsumen kepada merek
perusahaan.
2. jika ada pengguna sedang loyal merek yang cukup besar jumlahnya,
berfokuslah untuk meningkatkan tingkat
penggunaan mereka
atas merek perusahaan.
3. jika ada pengguna berat pengabai merek dengan jumlah yang cukup besar, cobalah untuk membuat nama merek perusahaan sebagai ciri utama
dan/atau kembangkan keunggulan
relatif
4. jika ada pengguna sedang pengabai merek dalam jumlah yang cukup, upayakan membuat nama merek perusahaan sebagai
suatu ciri yang utama dan tingkatkan penggunaan merek perusahaan di antara konsumen,
mungkin dengan menemukan keunggulan
relatif yang dapat bertahan lama.
Lingkungan Produk
Lingkungan produk adalah
rangsangan yang berkaitan dengan produk yang ditujukan
ke dan dipahami seluruhnya oleh konsumen.Lingkungan produk terdiri dari ciri produk dan pengepakan (kemasan).
Produk dan ciri-ciri
produk bisa mempengaruhi kognisi (pikiran), afeksi (perasaan) dan perilaku dari konsumen. Ciri-ciri produk dapat dievaluasi oleh konsumen dalam hal kesesuaian dengan tata nilai, kepercayaan dan pengalaman masa lampau mereka.
Pemasaran dan informasi lainnya juga mempengaruhi
apakah pembelian dan penggunaan suatu
produk akan menjanjikan sesuatu
yang bermanfaat. Konsumen dalam membli tidak hanya diadsarkan pada ciri-ciri produk akan tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti harga,
citra toko, kemasan, nama merek dan identitas
merek juga dapat menjadi faktor yang
dipertimbangkan. Citra merek tercipta melalui variabel non produk seperti harga,
promosi, dan saluran distribusi.
Kemasan juga harus
dipertimbangkan karena
1) kemasan harus dapat melindungi produk
disepanjang perjalananya melalui saluran
distribusi hingga mencapai
sasaran. 2) kemasan harus
ekonomis dan tidak menambah biaya yang
tidak dibutuhkan
pada produk, 3) kemasan harus memungkinkan konsumen menyimpan dan menggunakannya dengan mudah. 4) kemasan secara efektif dapat digunakan untuk mempromosikan
produk pada konsumen. Kemasan yang dapat
mempengaruhi
kognisi, afeksi serta perilaku adalah bentuk serta warna dari kemasan. Identifikasi
merek dan informasi label pada kemasan memberikan rangsangan tambahan untuk
dipertimbangkan oleh konsumen.Identifikasi merek dapat mempermudah pembelian konsumen dan memungkinkan terjadinya proses pengembangan loyalitas.
Label informasi terdiri dari instruksi penggunaan, kandungan, daftar bahan pembentuk atau bahan baku, peringatan
penggunaan dan pemeliharaan produk.
Strategi produk dibuat untuk mempengaruhi konsumen baik untuk jangka
pendek maupun
jangka panjang. Untuk
jangka pendek, strategi
produk baru dibuat untuk
mempengaruhi konsumen agar mau mencoba produk.
Untuk jangka panjang, strategi produk dibuat untuk mengembangkan
loyalitas merek dan mendapatkan pangsa pasar yang besar.Pada saat membuat strategi produk membutuhkan
penganalisisan hubungan antar
konsumen dengan
produk. Hal ini berarti bahwa afeksi,kognisi serta perilaku dan lingkungan konsumen yang berkait
dengan produk harus dipertimbangkan secara seksama pada saat peluncuran produk baru dan harus dipantau di
sepanjang siklus hidup suatu produk.
Dalam menganalisis hubungan konsumen produk harus memperhatikan karakteristik konsumen dan karakteristik produk.
Karakteristik konsumen perlu
diperhatikan karena konsumen itu beragam dalam keinginan
untuk mencoba suatu produk baru.Berbagai
jenis konsumen yang berbeda dapat mengadopsi suatu produk
baru pada tahapan
siklus hidup produk yang berbeda
pula. Pengadopsi dibagi dalam beberapa bagian :
1. inovator adalah mereka yang suka berpetualang
dan mau mengambil
resiko
2. pengadopsi
awal adalah mereka yang dihormati dan sering mempengaruhi
mayoritas awal.
3. Mayoritas awal menghindari
resiko dan terinci dalam pembelian mereka
4. mayoritas akhir adalah mereka yang skeptis dan berhati-hati
terhadap sebuah ide baru
5. pengekor adalah mereka yang sangat tradisional dan berpaku pada tata
nilai mereka sendiri.
Strategi produk harus berubah di sepanjang waktu agar tetap dapat menarik
berbagai jenis konsumen.
Karakteristik produk dapat mempengaruhi keberhasilan suatu produk atau merek.Karakteristik
produk terdiri dari beberapa seperti :
1. kompatibilitas adalah sejauhmana suatu produk konsisten
dengan afeksi,kognisi, dan perilaku konsumen saat ini.misalnya, jika kondisi- kondisi lainnya dianggap sama, jika suatu produk ternyata tidak
membutuhkan
perubahan penting pada nilai-nilai
dan kepercayaan konsumen atau pada perilaku pembelian dan penggunaan
konsumen maka
konsumen tersebut akan lebih cenderung mencoba produk tersebut ketimbangn produk lainnya.
2. kemampuan untuk ujicoba ini menjelaskan sejauh mana suatu produk dapat
dicoba dalam jumlah yang terbatas,
atau dipilah ke dalam jumlah- jumlah yang kecil jika untuk melakukan uji cioba ternyata
membutuhkan biaya yang tinggi.misalny, jika kondisi lainnya dianggap sama, jika suatu
produk memungkinkan dilakukannya uji coba tanpa
harus membeli atau
uji coba pembelian dengan jumlah terbatas,
cenderung lebih mempengaruhi
konsumen untuk mencoba.
3. kemampuan untuk diteliti mengacu pada sejauh mana produk atau dampak yang
dihasilkan produk tersebut dapat dirasakan oleh konsumen lain. Produk
baru yang dikenal
masyarakat dan sering didiskusikan cenderung diadopsi lebih cepat.
4. kecepatan adalah seberapa cepat manfaat suatu produk dipahami oleh
konsumen. karena sebagian konsumen masih berorientasi pada kepuasan yang dengan cepat dirasakan
ketimbang yang ditunda, produk yang dapat memberikan manfaat lebih cepat cenderung
berkemungkinan lebih tinggi
untuk paling tidak dicoba oleh konsumen.
5. kesederhanaan adalah sejauh mana suatu produk dengan mudah
dimengerti dan digunakan konsumen.misalnya
jika kondisi lainnya dianggap sama, sebuah produk yang pada saat merakitnya tidak membutuhkan
upaya yang rumit serta pelatihan konsumen yang mendalam cenderung lebih berpeluang untuk
dicoba.
6. manfaat relative
adalah sejauh mana suatu produk memiliki keunggulan
bersaing yang bertahan atas kelas produk, bentuk produk, dan merek
lainnya.
7. simbolisme produk adalah apakah makna suatu produk atau merek bagi
konsumen dan bagaimanakah
pengalaman konsumen ketika
membeli dan menggunakannya.
8. strategi pemasaran,
kualitaas strategi pemasaran
yang digunakan juga memiliki peran apakah suatu produk itu
berhasil dan berkemampulabaan.
Pengukuran dan
Penilaian Kualitas Jasa
Pada hakikatnya pengukuran kualitas suatu jasa atau
produk dapat diperoleh melalui pengukuran atas kepuasan pelanggannya yang
ditunjukkan melalui variabel harapan dan kinerja yang dirasakan pelanggan atau perceived
performance. (Fandy Tjiptono, 2001:46). Kotler (1997: 95) menjelaskan bahwa
jasa dapat diperingkat menurut kepentingan pelanggan (costumer importance)
dan kinerja perusahan (company performance). “Namun demikian
kualitas jasa lebih sukar didefinisikan, dijabarkan, dan diukur bila
dibandingkan dengan kualitas barang. Bila ukuran kualitas dan pengendalian
telah lama ada untuk barang-barang berwujud (tangible goods), maka untuk
jasaa berbagai upaya telah dan sedang dikembangkan untuk merumuskan ukuran-ukuran semacam itu” (Fandy
Tjiptono, 2000:51). Selanjutnya, Parasuraman, et al., (1988:12)
mendefinisikan penilaian kualitas jasa sebagai sikap yang berhubungan dengan
keunggulan suatu jasa pelayanan, atau pertimbangan konsumen tentang keunggulan secara
keseluruhan suatu perusahaan.
Demikian pula Wyckof yang melihat keunggulan jasa pelayanan
sebagai suatu tingkat kesempurnaan yang diharapkan dan pengendalian atas
kesempurnaan tersebut untuk memenuhi seperangkat keinginan dan kebutuhan
pelanggan (Wyckof, dalam Lovelock,1988:45). Berdasarkan pemahaman diatas
dapatlah dikatakan, bahwa pengukuran dan penilaian kualitas jasa tidaklah
berbeda, akan tetapi dalam pelaksanaannya agak sukar dibandingkan pada produk
fisik. Pada dasarnya inti dari pengukuran dan penilaian kualitas terletak pada
dua sisi, yaitu dari sudut pandang konsumen dalam hal ini harapannya, dan
disatu sisi terletak pada sudut pandang manajemen perusahaan dalam hal ini
kinerja atas kualitas jasa secara keseluruhan. Dengan kata lain, seperti yang
dikemukakan oleh Parasuraman, et al. (1985:43) bahwa terdapat dua faktor
utama yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu; jasa yang diharapkan (expected
service) dan jasa yang dipersepsikan (perceived service). Sejalan
dengan pendapat tersebut, menurut Rush,et al. (1996) dalam Fandy
Tjiptono, (2000:51-52)bahwa:“Harapan pelanggan dapat berupa tiga tipe. Pertama,
will expectation, yaitu tingkat kinerja yang diprediksi atau
diperkirakan konsumen akan diterimanya, berdasarkan semua informasi yang
diketahuinya. Kedua, should expectation, yaitu tingkat kinerja yang
dianggap sudah sepantasnya diterima konsumen. Ketiga, ideal expectation,
yaitu kinerja optimum atau terbaik yang diharapkan dapat diterima konsumen”.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Gronroos (1990)
dalam Fandy Tjiptono, (2000:51-52) menyatakan bahwa persepsi pelanggan terhadap
kualitas total suatu jasa terdiri atas dua dimensi utama. Dimensi pertama,
yakni technical quality (outcome dimension) yang berkaitan dengan
kualitas output jasa yang dipersepsikan pelanggan. Dan dimensi kedua, yaitu functional
quality (process-related dimension) berkaitan dengan kualitas cara
penyampaian jasa atau menyangkut proses transfer kualitas teknis, output atau
hasil akhir jasa dari penyedia jasa kepada pelanggan.
Jika penyedia jasa memiliki citra positif di dalam benak
pelanggan, kesalahan minor yang terjadi sangat mungkin dimaafkan. Apabila
kesalahan kerap terjadi, maka citra positif tersebut akan rusak.
Sebaliknya,jika citra organisasi sudah negatif terlebih dahulu,maka pengaruh
atau efek dari setiap kesalahan yang dilakukannya kerapkali jauh lebih besar
daripada bila citranya positif. Dalam kaitannya dengan persepsi terhadap
kualitas, citra dapat dipandang sebagai filter (Fandy Tjiptono, 2000:51-52).
Model dan
Dimensi Kualitas Jasa
Model kualitas jasa yang sangat populer dan hingga
kini banyak dijadikan acuan dalam riset pemasaran adalah Model SERVQUAL (singkatan dari service quality)
yang dikembangkan oleh Parasuraman, V.A. Zeithhaml, dan L.L. Berry. Model ini
meliputi analisis terhadap lima kesenjangan (gap) yang berpengaruh
terhadap kualitas jasa, sebagai penyebab kegagalan service delivery seperti
yang tersaji pada Gambar 2.2: Adapun kelima kesenjangan yang dikutip oleh Fandy
Tjiptono, 2001:46-48) yaitu:
a). Kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen.
Manajemen tidak selalu dapat merasakan apa yang diinginkan oleh para pelanggan
secara tepat.
b). Kesenjangan antara persepsi manajemen dan
spesifikasi kualitas jasa Mungkin manajemen mampu merasakan secara tepat apa
yang diinginkan oleh para pelanggan, namun tidak menyusun suatu standar kinerja
tertentu.
c). Kesenjangan antara spesifikasi jasa dan
penyampaian jasa Karyawan perusahan mungkin kurang dilatih atau bekerja
melampaui batas dan tidak dapat dan tidak mau untuk memenihi standar.
d). Kesenjangan antara penyampaian jasa dan komunikasi
eksternal Harapan konsumen dipengaruhi oleh pernyataanpernyataan yang dibuat
oleh wakil (representatives) dan iklan perusahaan.
e). Kesenjangan antara jasa yang dirasakan dan jasa yang
diharapkan Hal ini dapat terjadi bila konsumen mengukur kinerja perusahaan
dengan cara yang berlainan dan salah mempersepsikan kualitas jasa tersebut.
Dimensi kualitas
jasa yang dikutip Kotler (2000:440), yaitu:
a). Realibility; The ability to perform the
promised service dependably and accurately. (Kehandalan; yaitu
kemampuan menyajikan kinerja layanan seperti yang dijanjikan dengan
handal dan akurat).
b). Responsiveness; The willingness to help
costumers and to provide prompt service. (Daya tanggap; kesediaan
untuk membantu para pelanggan dan menyediakan layanan dengan cepat).
c). Assurance; The knowledge and courtesy of
employees and their ability to convery trust and confidence. (Jaminan;
mencakup pengetahuan, kesopanan, dan kemampuan para staff untuk membangun
kepercayaan pelanggan).
d). Empathy; The provision of caring,
individualized attention to costumers. (Empati; merupakan bentuk
kepedulian dan perhatian pribadi kepada konsumen).
e). Tangibles; The appear of phisical facilities,
eguipment, personnel, and communication materials. (Bukti fisik;
meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, tampilan fisik pegawai, serta
sarana komunikasi).
Kepuasan Konsumen
Roda
analisis konsumen yang terdiri dari lingkungan produk, afeksi, kognisi dan
perilaku produk selalu dpelajari pemasar untuk menentukan strategi produk.
Untuk menentukan hal tersebut, bisa dilihat dari ciri-ciri produk, kemasan,
kepuasan dan ketidakpuasaan konsumen terhadap produk, kontak produk dan
loyalitas.
Suatu perusahaan perlu mengadakan
riset kepada konsumen untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen terhadap
produk yang telah diluncurkan. Pendekatan yang digunakan untuk melihat
ketidakpuasan dihasilkan dari dua variable kognisi yaitu harapan pra pembelian
dan ketidakcocokan. Harapan prapembelian adalah kepercayaan tentang kinerja
suatu produk yang diperkirakan akan muncul sedangkan ketidakcocokan adalah
perbedaan antara harapan pra pembelian dan persepsi pasca pembelian.
Ketidakcocokan ada dua jenis yaitu ketidakcocokan negatif dan positif. Ketidakcocokan
negatif terjadi ketika kinerja produk ternyata lebih baik dari apa yang
diharapkan.
Kepuasan
konsumen oleh Anwar (1995:53) diartikan sebagai sesuatu yang dipengaruhi oleh
nilai-nilai suatu layanan (service) yang disuguhkan pegawai kepada
pelanggan. Nilai pelanggan tersebut tercipta karena tingkat kepuasan,
loyalitas, dan produktifitas yang disumbangkan oleh pegawai. Adanya kepuasan
kerja yang dinikmati oleh para pegawai merupakan upaya yang mendukung
terciptanyakualitas layanan yang prima; serta kebijakan perusahaan yang baik
akan memungkinkan pegawai memberikan layanan terbaik kepada para pelanggan.
Pada dasarnya
kepuasan merupakan tingkat perasaan konsumen setelah membandingkan antara kinerja
layanan yang diterimanya dengan kinerja layanan yang diharapkannya. Ini berarti
bahwa tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara harapan dengan
kinerja layanan. Apabila kinerja layanan di bawah harapan, maka konsumen akan kecewa. Bila kinerja layanan sesuai dengan harapan,
maka konsumen akan merasa puas. Patut diingat pula bahwa layanan yang memuaskan
merupakan bagian masa depan perusahaan (Budiono,1996:4).
2.
Perilaku
Konsumen dan Strategi Promosi
Pengertian Promosi
Promosi
adalah suatu usaha dari pemasar dalam menginformasikan dan mempengaruhi orang
atau pihak lain sehingga tertarik untuk melakukan transaksi atau pertukaran
produk barang atau jasa yang dipasarkannya.
Tujuan Promosi
1. Menyebarkan informasi produk kepada target
pasar potensial
2. Untuk mendapatkan kenaikan penjualan dan profit
3. Untuk mendapatkan pelanggan baru dan menjaga
kesetiaan pelanggan
4. Untuk menjaga kestabilan penjualan ketika
terjadi lesu pasar
5. Membedakan serta mengunggulkan produk dibanding
produk pesaing
6. Membentuk citra produk di mata konsumen sesuai
dengan yang diinginkan
Promotional Mix /
Bauran Promosi
Bauran
promosi merupakan gabugan dari berbagai jenis promosi yang ada untuk suatu
produk yang sama agar hasil dari kegiatan promo yang dilakukan dapat memberikan
hasil yang maksimal. Sebelum melakukan prmosi sebaiknya dilakukan perencanaan
matang yang mencakup bauran promosi sebagai berikut :
1. Iklan seperti
iklan koran, majalah, radio, katalog, poster, dll.
2. Publisitas
positif maksimal dari pihak-pihak luar.
3. Promosi dari
mulut ke mulut dengan memaksimalkan hal-hal positif.
4. Promosi penjualan
dengan ikut pameran, membagikan sampel, dll.
5. Public relation /
PR yang mengupayakan produk diterima masyarakat.
6. Personal selling
/ penjualan personil yang dilakukan tatap muka langsung.
Kegiatan
promosi biasanya merupaka komponen prioritas dari kegiatan pemasaran. Dengan
adanya promosi maka konsumen akan mengetahui bahwa perusahaan meluncurkan
produk baru yang akan menggoda konsumen untuk melakukan kegiatan pembelian.
Kegiatan promosi banyak yang mengatakan identik dengan dana yang dimiliki oleh
perusahaan. Semakin besar dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan maka umumnya
akan menghasilkan tingkatan promosi yang juga sangat gencar untuk dapat
dilakukan. Namun dana bukan diatas segala-galanya. Dana yang terbatas dapat
diatasi dengan inovasi yang lebih pintar dan tepat. Salah satu solusi yang
dapat dilakukan dengan menganalisis keungulan produk, modal lain yang dimiliki
oleh perusahaan, dan segmen pasar yang dibidik. Dengan mempertimbangkan faktor
strategi pemsaran diatas, maka promosi dapat dilakukan lebih pintar dan efisien
serta tepat sasaran.
Kegiatan
promosi sangat erat kaitannya dengan penyebaran informasi untuk disampaikan ke
konsumen. Dalam penyampaian strategi informasi ini ada beberapa hal penting
yang hendaknya diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
- Program periklanan yang dijalankan, kegiatan periklanan merupakan sebagai media utama bagi perusahaan untuk menunjangan kegiatan promosi dimana promosi memiliki tujuan utama untuk menarik konsumen agar mau melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan. Saat ini periklanan yang sering digalakan adalah melalui kegiatan media cetak dan elektronik. Dunia iklan sendiri telah mengalami perkembangan yang amat pesat. Salah satunya adalah dengan mulai maraknya iklan dengan melalui media internet.
- Promosi dengan mengutamakan penjualan yang dilakukan secara pribadi atau lebih dikenal dengan istilah ‘Personal Selling’. Kegiatan promosi yang satu ini bisa dikatakan sebagai ujung tombak dari kegiatan promosi. Karena kegiatan personal selling adalah kegiatan promosi yang mengharuskan berhadapan dengan konsumen dengan secara langsung. Melalui kegiatan promosi personal selling secara professional akan sangat membantu untuk tercaipanya penjualan yang secara fantastis. Personal selling yang dilakukan secara besar meruapakan salah satu alternative solusi yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan jika memilki modal yang cukup besar.
- Promosi yang dilakukan dengan mengedepankan kualitas promosi penjualan. Promosi penjualan mengedepankan aspek penambahan intensitas terhadap strategi dalam pemasaran produk. Penambahan intensitas disini dalam meliputi berbagai aspek manajemen pemasaran, meliputi peningkatan kualitas produk, kualitas pelayanan distribusi, menambah kualitas pelayanan agar menjadi lebih baik dan masih banyak aspek lainnya yang dapat ditingkatkan demi tercapainya kepuasan pelanggan atas produk yang telah dipasarkan.
- Promosi dengan cara meningkatkan publisitas, cara ini lebih condong untuk membentuk sebuah image yang lebih positif terhadap produk yang ditawarkan. Pembentukan image positif ini dapat dilakukan dengan iklan atau promosi yang memiliki karakteristik tertentu yang tidak dapat dimiliki oleh strategi pemasaran produk lainnya. Bisa saja dapat dilakukan dengan cara menciptakan suatu produk yang memiliki poin lebih, karakteristik unik, dan mempunyai manfaat lebih yang dapat menjadi pemikiran positif dihadapan konsumen. Jika hal ini dapat dilakukan maka image atau gambaran positif yang berkembang di masyarakat akan terbentuk dan mendatangkan beberapa faktor positif untuk mendongkrak penjualan.
Menetapkan Strategi Dasar Promosi
- Promosi itu Menyangkut Komunikasi
Bagian yang tajam dari instrumen pemasaran adalah
pesan ( message ) yang dikomukasikan langsung kepada calon pembeli melalui
berbagai unsur yang terdapat dalam program promosi. Apabila calon pembeli telah
mengetahui produk perusahaan tersebut, berarti kesan tertentu telah disampaikan
( baik kesan positif maupun negatif ) dengan demikian suatu produk bisa
dikatakan sebagai simbol komunikasi.
Memang pada kenyataannya produk mempunyai suatu
“citra” dalam pikiran calon si pembeli, jadi merk dagang atau nama barang itu
adalah simbol yang menyampaikan pesan kepada calon pembeli. Kemasan barang juga
menkomunikasikan ide yang dapat meningkatkan atau menurunkan citra produk
tersebut. Harga pun menunjukan gagasan mengenai mutu, dan citra konsumen terhadap
produk yang dijual tersebut.
Realisasi cara – cara dimana aspek – aspek program pemasaran ini
meningkatkan atau menurunkan citra terhadap produk itu menegaskan pentingnya
nilai komunikasi factor – faktor ini dan pentingnya membentukunya sedemikian
rupa sehingga memberikan kesan yang diinginkan. Walaupun demikian, program
promosilah yang merupakan saluran komunikasi yang utama terhadap calon pembeli.
Ia akan membantu kita merencanakan program promosi yang efektif, jika kita
tinjau sebentar teori komunikasi dan kita tunjuan penerapannya terhadap
pengembangan strategi promosi.
- Bagaimana Komunikasi Bekerja
Unsur dasar dari system komunikasi adalah source ( sumber ), Message (
pesan ), dan destination ( tujuan ). Sumber itu bias seseorang ( misalnya wira
niaga ) atau organisasi komukasi ( seperti televise, surat kabar, atau majalah
). Jika konsumen yang menerima pesan itu telah memahami arti pesan
tersebut, ia mungkin bereaksi dalam berbagai cara. Artinya, ia mungkin menjadi
pengirim pesan itu selanjutnya. Komunikasi itu adalah diantara seorang
wiraniaga dengan seorang calon pembeli, kita perlu menambahkan unsur umpan
balik ( feed back ) ke dalam konsep kita. Ringkasannya, untuk efektifnya
komunikasi , ia haruslah :
- Mendapatkan perhatian
- Menggunakan isyarat yang mengacu pada pengalaman yang lazim dari pengirim ( sender ) dan tujuan ( destination ) untuk dapat dipahami maknanya.
- Membangkitkan kebutuhan pribadi dalam diri tujuan ( destination ) dan menunjukan beberapa cara unuk memenuhi kebutuhan tersebut.
- Menyarankan suatu cara untuk memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan situasi kelompok, dimana tujuan mendapatkan diri mereka pada waktu ia bergerak untuk memberikan taggapan yang dikehendaki oleh si sumber.
Hal ini menegaskan bahwa pentingnya program penjualan
dalam memberikan metode – metode penyampaian informasi yang tepat dan pesan
yang persuatif kepada calon pembeli. Dan jika tugas ini tidak dilaksanakan
secara efektif, maka seluruh program pemasaran akan gagal.
- Menetapkan Perpaduan Promosi
Untuk menentukan cara terbaik menjual produk,
keputusan pokok adalah tentang sifat perpaduan promosi yang mungkin paling
efektif. Khususnya bagaimana iklan, kewiraniagaan, promosi konsumen (
perlombaan, hadiah, dan penawaran kombinasi ), dan kegiatan promosi dealer
dapat digabungkan menjadi sautu perpaduan penjualan yang efektif.
- Metode Promosi
Daftar mengenai alat – alat promosi yang penting yang
dapat dipakai untuk membangun suatu program penjuaan efektif, adalah :
- Iklan
- Kewiraniagaan ( Personal Selling )
- Promosi Konsumen. ( Hadiah, Perlombaan , Penawaran Kombinasi )
- Metode yang bertujuan merangsang iklan dan promosi dealer.
- Pameran dan eksibisi.
- Resiporitas
- Jaminan dan servis
- Penawaran komperatitif.
- Memilih Metode Promosi
Karena banyaknya metode promosi, maka pengalaman
menunjukan bahwa tipe produk yang berbeda akan membutuhkan campuran bahan
penjualan yag berbedapula Ini dapat digambarksndengan membandingkan strategi
promosi produk industrial dengan barang konsumen. Hal ini memicu variasi dalam
ciri – ciri merek saingan, dan juga perbedaan dalam kebijaksanaan merek,
saluran distribusi, dan kebijakan harga, cenderung membutuhkan perbedaan dalam
perpaduan promosi untuk tercapainya hasil yang menguntungkan.
Pengaruh dari faktor – faktor ini terhadap strategi
dasar promosi akan dilukiskan dalam pasal – pasal berikut :
- Pengaruh Kebijaksanaan Merek. Seorang pengusaha ( manufacture ) mungkin memilih menjual dengan memakai mereknya sendiri, atau dengan merek sendiri dari para perantara, ataupun tanpa memakai merek.
- Pengaruh Saluran Distribusi. Keputusan – keputusan mendasar mengenai kebijaksanaan distribusi juga akan mempengaruhi strtegi penjualan.
- Pengaruh Kebijaksanaan harga. Dalam menetapkan harga bagi suatu produk, banyak perbedaan pratek dapat dijaankan. Pada sutu pihak, seorangpengusaha mungkin memutuskan untuk bersaing terutama berdasarkan harga, dengan akibat hanya margin kecil saja yang dapat diperoleh dari aktivitas penjualan tersebut.
- Pendekatan yang disarankan untuk menentukan strategi promsi.
Periklanan
merupakan salah satu tahap dalam pemasaran. Tanpa periklanan, berbagai produk tidak
akan dapat mengalir ke para distributor atau penjual apalagi ke konsumen.
Perilaku konsumen semakin lama semakin beraneka ragam, dipengaruhi beberapa
faktor. Untuk menciptakan iklan yang efektif diperlukan riset perilaku konsumen
yang didasarkan pada faktor budaya, sosial, pribadi serta psikologis.
Seiring dengan
perkembangan teknologi, mulai bermunculan produk−produk baru.Persaingan semakin
seru, masuknya pendatang baru membawa angin segar dalam kompetisi produk.
Ketika pengiklan dihadapkan dengan kenyataan yang ada, salah satu cara yang
paling tepat adalah melakukan riset perilaku konsumen untuk menciptakan iklan
yang efektif.
Tujuan periklanan
adalah membujuk konsumen untuk melakukan sesuatu, biasanya untuk membeli sebuah
produk. Agar periklanan dapat menarik dan berkomunikasi dengan khalayaknya
dalam cara tertentu sehingga membuahkan hasil yang diinginkan, para pengiklan
pertama-tama harus memahami khalayak mereka. Mereka harus mengakrabkan diri
dengan cara berpikir konsumen dengan faktor-faktor yang memotivasi mereka
dengan lingkungan dimana mereka hidup.
Kebutuhan dan
keinginan para konsumen terus berubah. Agar berhasil, para pemasar perlu
bersungguh-sungguh berupaya untuk menentukan kebutuhan konsumen mereka
sekarang. Perilaku konsumen menjadi dasar yang amat penting dalam pemasaran dan
periklanan. Riset konstan terhadap perilaku konsumen dan faktor−faktor yang
mempengaruhi perilaku pembelian sangatlah penting.
Kegiatan dalam mengembangkan dan
mennerapkan strategi promosi yang efektif antara lain :
§ Menganalisis hubungan konsumen-produk
Cara menganalisis hubungan konsumen-produk
dibutuhkan identifikasi pasar, identifikasi kebutuhan konsumen, tujuan, nilai,
tingkat pengetahuan dan merk serta keterlibatan, sikap, pola perilaku konsumen.
Dengan adanya rantai arti akhir akan mengungkapkan bagaimana cara pandang
konsumen terhadap hubungan antara produk atau merk dengan konsep pribadi
mereka.
§ menentukan
tujuan dan anggaran promosi
anggaran promosi didesign bersamaan dengan
tujuan perusahaan yang kadangkala bisa multi tujuan, apakah untuk mempengaruhi
perilaku, apakah untuk memberi informasi, untuk membujuk, untuk
mentransformasikan tanggapan afeksi atau hanya untuk mengingatkan konsumen.
§ Mendesain dan menerapakan sebuah strategi
promosi
Ada 3 hal yang penting dilakukan dalam
mendesain strategi promosi yaitu:
1. promosi yang tepat tergantung pada jenis
hubungan yang dimiliki konsumen dengan produk atau merk khususnya relevansi
pribadi instrinsiknya
2. berbagai motode promosi memiliki tingkat
keefektifitasan yang berbeda pada saat digunakan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
3. tujuan promosi akan berubah disepanjang
siklus hidup produk sejalan dengan
perubahan yang terjadi dalam hubungan konsumen dengan produk dan pada
lingkungan bersaing
§ Mengevalusi dampak dari strategi promosi
mengevalusi dampak sebuah strategi promosi
adalah melakukan perbandingan hasil yang didapat dengan tujuan yang ditetapkan.
Evaluasi dampak promosi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara antara lain: secara langsung dengan perangkat promosi
penjualan atau mengukur dampak sebuah iklan. Tiga criteria yang digunakan untuk
indicator iklan adalah penjualan, pengingatan dan persuasi.
Keinginan dan kebutuhan para konsumen
terus-menerus berubah. Seandainya para pengiklan berharap dapat menarik dan
berkomunikasi dengan khalayak, mereka harus mengakrabkan diri dengan cara
berpikir para konsumen dengan faktor-faktor yang memotivasi mereka, dan dengan
lingkungan dimana mereka hidup. Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh
berbagai faktor pribadi dan psikologis yang mempengaruhi keputusan pembelian..
Dalam menciptakan iklan yang efektif perlu memperhatikan perilaku konsumen yang
hendak dituju. Pengiklan harus mengetahui karakterisik konsumen, karena tujuan
dari periklanan itu sendiri untuk membujuk konsumen untuk melakukan pembelian
suatu produk atau jasa.
3.
Perilaku
Konsumen dan Strategi Penetapan Harga
Strategi
Penetapan Harga
Harga merupakan elemen penting dalam
strategi pemasaran dan harus senantiasa dilihat dalam hubungannya dengan
strategi pemasaran. Harga berinteraksi dengan seluruh elemen lainnya dalam
bauran pemasaran untuk menentukan efektivitas dari setiap elemen dan
keseluruhan elemen. Tujuan yang menuntun strategi penetapan harga haruslah
merupakan bagian dari tujuan yang menuntun strategi pemasaran secara
keseluruhan. Oleh karena itu tidaklah benar bila harga dipandang sebagai elemen
yang mandiri dari bauran pemasaran, karena harga itu sendiri adalah elemen
sentral dalam bauran pemasaran.
Harga merupakan satu-satunya unsur
bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan.
Dari sudut pandang pemasaran, harga merupakan satuan moneter atau ukuran
lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak
kepemilikian atas penggunaan suatu barang atau jasa.
Pengertian ini sejalan dengan konsep pertukaran
(exchange) dalam pemasaran.Harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung
terhadap laba perusahaan. Tingkat harga yang ditetapkan mempengaruhi kuantitas
barang yang dijual. Selain itu secara tidak langsung harga juga mempengaruhi
biaya, karena kuantitas yang terjual berpengaruh pada biaya yang ditimbulkan
dalam kaitannya dengan efisiensi produksi. Oleh karena itu penetapan harga
mempengaruhi pendapatan total dan biaya total, maka keputusan dan strategi
penetapan harga memegang peranan penting dalam setiap perusahaan.
Sementara itu dari sudut pandang
konsumen, harga seringkali digunakan sebagai indikator nilai bilamana harga
tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa.
Nilai (value) dapat didefinisikan sebagai rasio antara manfaat yang dirasakan
dengan harga. Dengan demikian pada tingkat harga tertentu, bila manfaat yang
dirasakan konsumen meningkat, maka nilainya akan meningkat pula. Seringkali
pula dalam penentuan nilai suatu barang atau jasa, konsumen membandingkan
kemampuan suatu barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhannya dengan kemampuan
barang atau jasa substitusi.
Harga memiliki dua peranan utama dalam
proses pengambilan keputusan para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan
informasi. Peranan alokasi dari harga adalah fungsi harga dalam membantu para
pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang
diharapkan berdasarkan kekuatan membelinya. Dengan demikian adanya harga dapat
membantu para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan kekuatan membelinya
pada berbagai jenis barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai
alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki.
Peranan informasi dari harga adalah fungsi harga dalam “mendidik” konsumen
mengenai faktor produk, misalnya kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam
situasi di mana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau
manfaatnya secara objektif. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga
yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi.
Tujuan Penetapan
Harga
Pada
dasarnya ada empat jenis tujuan penetapan harga, yaitu :
1.
Tujuan Berorientasi pada Laba
Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan
bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba paling
tinggi. Tujuan ini dikenal dengan istilah maksimisasi laba. Dalam era
persaingan global, kondisi yang dihadapi semakin kompleks dan semakin banyak
variabel yang berpengaruh terhadap daya saing setiap perusahaan, sehingga tidak
mungkin suatu perusahaan dapat mengetahui secara pasti tingkat harga yang dapat
menghasilkan laba maksimum.
Oleh karena itu ada pula perusahaan yang
menggunakan pendekatan target laba, yakni tingkat laba yang sesuai atau pantas
sebagai sasaran laba. Ada dua jenis target laba yang biasa digunakan, yaitu
target marjin dan target ROI (Return On Investment)
2.
Tujuan Berorientasi pada Volume
Selain tujuan berorientasi pada laba,
ada pula perusahaan yang menetapkan harganya berdasarkan tujuan yang
berorientasi pada volume tertentu atau yang biasa dikenal dengan istilah volume
pricing objective. Harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target
volume penjualan atau pangsa pasar. Tujuan ini banyak diterapkan oleh
perusahaan-perusahaan penerbangan.
3.
Tujuan Berorientasi pada Citra
Citra (image) suatu perusahaan dapat
dibentuk melalui strategi penetapan harga. Perusahaan dapat menetapkan harga
tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra prestisius. Sementara itu
harga rendah dapat digunakan untuk membentuk citra nilai tertentu (image of
value), misalnya dengan memberikan jaminan bahwa harganya merupakan harga yang
terendah di suatu wilayah tertentu. Pada hakekatnya baik penetapan harga tinggi
maupun rendah bertujuan untuk meningkatkan persepsi konsumen terhadap keseluruhan
bauran produk yang ditawarkan perusahaan.
4.
Tujuan Stabilisasi Harga
Dalam pasar yang konsumennya sangat
sensitif terhadap harga, bila suatu perusahaan menurunkan harganya, maka para
pesaingnya harus menurunkan pula harga mereka. Kondisi seperti ini yang
mendasari terbentuknya tujuan stabilisasi harga dalam industri-industri
tertentu (misalnya minyak bumi). Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan
menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu
perusahaan dan harga pemimpin industri (industry leader).
5.
Tujuan-tujuan lainnya
Harga dapat pula ditetapkan dengan
tujuan mencegah masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung
penjualan ulang, atau menghindari campur tangan pemerintah.
Tujuan-tujuan penetapan harga di atas
memiliki implikasi penting terhadap strategi bersaing perusahaan. Tujuan yang
ditetapkan harus konsisten dengan cara yang ditempuh perusahaan dalam
menetapkan posisi relatifnya dalam persaingan. Misalnya, pemilihan tujuan laba
mengandung makna bahwa perusahaan akan mengabaikan harga para pesaing.
Pengaruh
dan Kendala dalam Penentuan Harga
Terdapat banyak cara untuk menghitung
harga, namun cara apapun yang digunakan, satu hal yang tetap harus
diperhitungkan adalah faktor situasional, baik yang bersifat internal maupun
eksternal. Analisis internal lebih menekankan pada penilaian atau identifikasi
kekuatan dan kelemahan dari tiap-tiap divisi dalam upaya untuk mencari
keunggulan-keunggulan yang akan dapat dipakai untuk membedakan diri dari
pesaing, sehingga harus dilakukan melalui kacamata (sudut pandang) konsumen.
Analisis eksternal adalah penilaian terhadap kekuatan yang berada di luar
perusahaan, di mana perusahaan tidak mempunyai pengaruh sama sekali untuk
mengendalikannya, sehingga perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan ini
akan mempengaruhi kinerja semua perusahan dalam industri tersebut. Lingkungan
eksternal mencakup situasi perekonomian umum, pelanggan, dan pesaing. Cara yang
umumnya dilakukan dalam analisis situasional antara lain adalah analisis
produk, analisis pasar, analisis pelanggan, dan analisis lingkungan.
Semua faktor ini diperkirakan dapat
mempengaruhi atau menjadi kendala dalam usaha mencapai tujuan perusahaan.
Adapun faktor situasional yang dianalisa dalam model penetapan harga ini adalah
:
1.
Strategi Perusahaan dan Strategi Pemasaran
Pertanyaan
yang mendasar dari strategi perusahaan adalah : ” Bagaimana kita akan bersaing
dalam industri ini?” Jadi strategi perusahaan terutama memperhatikan
pendistribusian sumber daya yang ada pada daerah-daerah fungsional dan pasar
produk dalam upaya untuk memperoleh sustainable advantage terhadap
kompetitornya. Porter (1980) mengemukakan tiga strategi generik, yaitu
diferensiasi, fokus, dan kepemimpinan harga. Strategi pemasaran, yang termasuk
dalam strategi fungsional, umumnya lebih terinci dan mempunyai jangka waktu
yang lebih pendek dibandingkan strategi perusahaan. Tujuan pengembangan
strategi fungsional adalah untuk mengkomunikasi tujuan jangka pendek,
menentukan tindakan-tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan jangka
pendek, dan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pencapaian tujuan
tersebut. Strategi fungsional perlu dikoordinasikan satu sama lain untuk
menghindari terjadinya konflik kepentingan dalam organisasi.
2.
Karakteristik Pasar Sasaran
Segmentasi
pasar adalah proses membagi pasar menjadi kelompok-kelompok pelanggan yang
berbeda, sedangkan proses memutuskan pasar mana yang akan dituju disebut target
marketing yang menghasilkan target market (pasar sasaran). Pemahaman terhadap
pasar sasaran dibutuhkan untuk mengetahui variabel apa saja yang mempengaruhi
keinginan pelanggan dan menetukan keputusan membelinya. Baik pada pasar
konsumen maupun pada pasar industrial, perlu diketahui apa saja yang menjadi
kebutuhan pelanggan atau benefit yang mereka cari, seberapa jauh dibutuhkan
inovasi dalam memperkenalkan produk tersebut, bagaimana lokasi geografis dari
pasar sasaran, dan apa saja yang menjadi kebiasaan hidup mereka.
3.
Karakteristik Produk
Produk
merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan,
diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan
kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk dapat didefinisikan
sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil
produksinya. Secara lebih terinci konsep produk total meliputi barang, kemasan,
mereka, label, pelayanan, dan jaminan, yang mempunyai tujuan akhir untuk
mencapai kepuasan pelanggan.
4.
Karakteristik Kompetitor
Menurut
Porter (1985, h. 4), ada lima kekuatan pokok yang berpengaruh dalam persaingan
suatu industri, yaitu persaingan dalam industri yang bersangkutan, produk
substitusi, pemasok, pelanggan, dan ancaman pendatang baru. Informasi-informasi
yang dibutuhkan untuk menganalisis karakteristik persaingan yang dihadapi
antara lain meliputi :
a.
Jumlah Perusahaan dalam Industri
Bila
hanya ada satu perusahaan dalam industri, maka secara teoritis perusahaan yang
bersangkutan bebas menetapkan harganya seberapapun. Akan tetapi sebaliknya,
bila industri terdiri atas banyak perusahaan, maka persaingan harga akan
terjadi. Bila produk yang dihasilkan tidak terdiferensiasi, maka hanya pemimpin
industri yang leluasa menetuka perubahan harga.
b.
Ukuran Relatif Setiap Anggota dalam Industri
Bila
perusahaan memiliki pangsa pasar yang besar, maka perusahaan yang bersangkutan
dapat memegang inisiatif perubahan harga. Bila pangsa pasarnya kecil, maka
perusahaan tersebut hanya menjadi pengikut.
c.
Diferensiasi Produk
Bila
perusahaan berpeluang melakukan diferensiasi dalam industrinya, maka perusahaan
tersebut dapat mengendalikan aspek penetapan harganya, bahkan sekalipun
perusahaan itu kecil dan banyak pesaing dalam industri.
d.
Kemudahan untuk Memasuki Industri yang Bersangkutan
Bila
suatu industri mudah untuk dimasuki, maka perusahaan yang ada sulit
mempengaruhi atau mengendalikan harga. Sedangkan bila ada hambatan yang masuk
ke pasar (barrier to market entry), maka perusahaan-perusahaan yang sudah ada
dalam industri tersebut dapat mengendalikan harga.Hambatan masuk ke pasar dapat
berupa persyaratan teknologi, investasi modal yang besar, ketidaktersediaan
bahan baku pokok/utama, skala ekonomis yang sudah dicapai perusahaan-perusahaan
yang telah ada dan sulit diraih oleh para pendatang baru, ataupun keahlian dalam
pemasaran.
Langkah-langkah
Penetapan Harga
1.
Tujuan Penetapan Harga
Faktor
utama yang menentukan dalam penetapan harga adalah tujuan pemasaran perusahaan.
Tujuan tersebut bisa berupa maksimisasi laba, mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan, meraih pangsa pasar yang besar, menciptakan kepemimpinan dalam hal
kualitas, mengatasi persaingan, melaksanakan tanggung jawab sosial, dan
lain-lain. Masalah tujuan penetapan harga telah dibahas terdahulu.
2.
Estimasi Permintaan dan Elastisitas Harga
Setiap
perusahaan perlu memahami sifat pasar dan permintaan yang dihadapinya, apakah
termasuk pasar persaingan sempurna, persaingan monopolistik, oligopoli, atau
monopoli. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah elastisitas
permintaan, yakni “how responsive demand will be to a change in price” (Kotler
& Armstrong, 1996, h. 350). Permintaan menentukan batas atas dari rentang
harga yang dimungkinkan bagi suatu produk. Permintaan akan menurun drastis bila
harga terlalu tinggi. Biasanya terjadi hubungan yang terbalik antara harga dan
jumlah permintaan, sehingga kurva permintaan bersifat negatif atau slope
menurun. Namun produk tertentu yang dipandang bergengsi atau produk yang sulit
dinilai kualitasnya secara objektif, bisa menghasilkan kurva permintaan yang positif.
Ada pula pelanggan yang menggunakan harga sebagai indikator dari status atau
kualitas produk tersebut, sehingga terdorong untuk membeli lebih banyak pada
saat harga meningkat.
3.
Biaya dan Hubungannya dengan Volume Penjualan
Permintaan
menentukan batas atas dari kisaran harga yang layak dan dapat ditawarkan oleh
perusahaan atas produknya, sedangkan biaya menentukan batas bawahnya. Biaya
merupakan faktor yang menentukan harga minimal yang harus ditetapkan agar
perusahaan tidak mengalami kerugian. Harga suatu produk haruslah menutupi biaya
untuk produksi dan pemasaran barang tersebut, paling tidak untuk jangka
panjang, sebagaimana halnya pendapatan yang layak dterima oleh perusahaan atas
investasi yang telah dilakukan dan resiko yang harus ditanggungnya.
Ada
dua jenis biaya yang umumnya digunakan di perusahaan, yakni :
Biaya tetap
(fixed costs) yang sifatnya tetap untuk jangka
pendek, tanpa dipengaruhi oleh volume produksi atau pendapatan dari penjualan.
Tercakup di dalamnya adalah bunga, sewa, gaji eksekutif, dan departemen
fungsional (seperti pembelian dan R & D) yang dibutuhkan untuk mendukung
produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Karena biaya tetap secara keseluruhan
tetap jumlahnya tanpa tergantung pada volumen, maka biaya tetap per unit produk
akan menurun apabila perusahaan memproduksi dan menjual lebih banyak produk
tersebut dalam suatu periode tertentu.
Biaya variabel
(variable costs) bervariasi secara keseluruhan
terkait dengan taraf produksi, namun biaya per unit tetap sama tanpa tergantung
pada jumlah produksi. Tercakup di dalamnya adalah biaya bahan baku, kemasan,
dan tenaga buruh yang diperlukan untuk memproduksi setiap unit produk.
Dalam hubungannya dengan volume
penjualan, ada dua hal yang harus diperhitungkan untuk penetapan harga, yakni
skala ekonomis (economies of scale) dan kurva belajar (learning/experience
curve). Dalam jangka pendek, skala ekonomis diperoleh dari penggunaan kapasitas
yang ada secara maksimal, sedangkan dalam jangka panjang perusahaan
mendapatkannya dengan membangun fasilitas yang lebih besar dan lebih efisien.
Kurva belajar menghasilkan penurunan biaya produksi dan biaya pemasaran per
unit sejalan dengan semakin banyaknya pengalaman yang diperoleh. Cara kerja
yang lebih efisien dan akumulasi usaha pemasaran telah dapat dirasakan
hasilnya, yang terkait dengan daur hidup produk.
1.
Harga dan Biaya Kompetitor
Guna
memperoleh posisi bersaing yang diharapkan untuk suatu produk atau jasa dalam
pasar sasarannya, manajemen harus memperhitungkan biaya dan harga dari
kompetitor. Misalnya, supaya sukses menerapkan strategi harga rendah, maka
manajemen harus yakin bahwa biaya produk memang lebih rendah daripada biaya
pesaing, dan rendahnya biaya tersebut akan tercermin pada harga produk yang
ditawarkan.
2.
Metode Penetapan Harga
Secara
garis besar metode penetapan harga dapat dikelompokkan menjadi empat kategori
utama, yaitu metode penetapan harga berbasis permintaan (customer-oriented
methods), berbasis biaya (cost-oriented methods), berbasis laba
(profit-oriented methods) dan berbasis persaingan (competiton-oriented
methods).
3.
Penyesuaian Struktur Harga dengan Kondisi Pasar
Apabila
taraf harga telah ditetapkan berdasarkan semua pertimbangan di atas, untuk
selanjutnya dapat terjadi fleksibilitas harga, di mana struktur harga divariasikan
sesuai dengan permintaan dan biaya berdasarkan wilayah, segmen pasar, dan
lain-lain. Penyesuaian khusus terhadap harga dpt dilakukan dalam bentuk diskon,
allowance, dan penyesuaian geografis.
Di samping semua faktor di atas, Kotler
dan Armstrong (1994) menambahkan satu faktor internal yang perlu juga
dipertimbangkan dalam strategi penetapan harga, yakni organisasi. Manajemen
perlu memutuskan siapa di dalam organisasi yang harus menetapkan harga. Setiap
perusahaan menangani masalah penetapan harga menurut caranya masing-masing.
Pada perusahaan kecil, umumnya harga ditetapkan oleh manajemen puncak. Pada
perusahaan besar, seringkali masalah penetapan harga ditangani oleh divisi atau
manajer suatu lini produk. Dalam pasar industri, sales people diperkenankan
untuk bernegosiasi dengan pelanggannya guna menetapkan kisaran harga tertentu.
Dalam industri di mana penetapan harga merupakan faktor kunci (misalnya
perusahaan minyak, penerbangan luar angkasa), biasanya setiap perusahaan
memiliki departemen penetapan harga tersendiri yang bertanggung jawab terhadap
departemen pemasaran /manajemen puncak. Pihak-pihak lain yg mempunyai pengaruh
terhadap penetapan harga adalah manajer penjualan, manajer produksi, manajer
keuangan, & akuntan.
Kebijakan Penetapan
Harga Produk
Kebijaksanaan penentuan harga jual
barang yang dihasilkan itu, sesungguhnya erat sekali hubungannya dengan usaha
pemasaran barang (marketing) yang sedang dilaksanakan pimpinan suatu Badan
Usaha. (Jika Anda ingin mendapatkan slide powerpoint presentasi yang bagus
mengenai marketing management dan strategi.
Dalam pemasaran barang, untuk dapat
mencapai tujuan yang diharapkan sangat diperlukan adanya berbagai informasi.
Demikian pula dalam menentukan salah satu kebijaksanaan harga jual barang yang
diproduksi oleh suatu Badan Usaha.
Sebenarnya masalah penjualan dan
penetapan harga itu merupakan salah satu bagian dari rencana kerja dalam rangka
persiapan penjualan barang. Tugas bagian penjualan itu meliputi pekerjaan
persiapan penjualan dan pelaksanaannya. Justru dalam persiapan penjualan inilah
sebenarnya lebih banyak pekerjaan yang harus di-lakukan yang antara lain
mengadakan penelitian tentang:
•
Keadaan pembeli (tempat tinggalnya, kesukaannya dan tingkatan daya belinya)
•
kemungkinan-kemungkinan yang menyangkut pengangkutan dan biayanya.
•
usaha-usaha yang berhubungan dengan peningkatan penjualan
•
Analisa pasar.
Khusus mengenai kebijaksanaan yang akan
dilakukan dalam rangka menetapkan harga barang/jasa, harus pula diperhatikan
adanya keseimbangan di antara faktor-faktor yang satu sama lain saling
mempengaruhi (interde-pendency), yaitu antara lain:
•
faktor permintaan di pasar.
•
faktor biaya pembuatan bar-rang/jasa.
•
faktor keuntungan yang diharapkan, dan lain sebagainya.
Pada dasarnya kita harus berusaha untuk
dapat mencapai suatu usaha imbangan antara harga, biaya dan faktor permintaan
(Price, cost, volume equation).
Pangkal pikiran dari pembahasan masalah
penjualan dan kebijaksanaan penetapan harga ini, terletak pada penilaian kita
di lapangan yang berarti berusaha untuk mengetahui keadaan para pembeli, baik
yang menyangkut kesukaan/kebiasaan-kebiasaan-nya, maupun alasan-alasan untuk
membeli. Akan tetapi dalam kenyataannya justru penilaian dalam masalah
permintaan itulah yang amat sulit dilakukan. Lebih-lebih lagi terhadap barang
yang baru (produk baru) teru¬tama yang belum dikenal di pasaran.
Apabila telah terdapat tingkat harga
tertentu di pasaran, memang adakalanya manajer suatu Badan Usaha dengan mudah
dapat menetapkan harga jual yang lebih rendah. Akan tetapi dapat juga dilakukan
kebijaksanaan yang sebaliknya. Dalam hubungan ini titik berat siasatnya
disalurkan dalam persaingan kualitas, macam bentuk barang serta cara-cara
penjualan dan usahanya di bidang reklame. Selain kemungkinan-kemungkinan siasat
atas kebijaksanaan penetapan harga tersebut, masih terdapat pula berbagai cara
pene¬tapan harga yang segala sesuatu-nya itu antara lain tergantung kepada:
•
Penilaian terhadap kekuatan/kedudukan barang di pasaran.
•
Kemampuan modal dan keuangan.
•
Sikap lembaga-lembaga pemasaran terhadap barang itu dan lain sebagainya.
Jadi kebijaksanaan harga jual barang
(pricing policy) itu, adalah suatu kebijaksanaan yang di-rencanakan oleh
seorang manajer pelaksana dalam suatu perusahaan terhadap harga, dalam kekuasaannya
menetapkan harga penjualan barang yang sesuai dengan kenyataan. (Jika Anda
ingin mendapatkan slide powerpoint presentasi yang bagus mengenai marketing
management dan strategi.
Pada dasarnya kita dapat men-jalankan
tiga cara kebijaksanaan dalam menetapkan harga sebagai berikut:
- Penetapan Harga di atas Harga Saingan.
Dalam
hal ini, harus terjamin terlebih dulu bahwa terhadap barang ini terdapat
suatu’”Consumer’s Surplus” di pasaran. Pengusaha harus selalu menjamin suatu
barang yang lebih tinggi mutunya dan macam/bentuknya lebih menarik dari pada
barang-barang lain yang sejenis yang beredar di pasaran. Penetapan Harga di
bawah Harga Saingan.
Kebijaksanaan
ini biasanya dilakukan oleh kebanyakan para pedagang eceran, terutama yang
tergabung dalam suatu Toko Serba Ragam (Departemen Store). Memang adakalanya
suatu barang dijual di bawah harga pokok. Kesanggupan menderita rugi untuk
barang yang dijual di bawah harga pokok itu, dengan maksud untuk menarik para
konsumen, agar mereka membeli barang-barang lain yang tersedia di tokonya itu.
- Penetapan Harga Mengikuti Harga Saingan.
Dengan
kebijaksanaan ini pengusaha bermaksud dapat mempertahankan jumlah pelanggan,
dengan maksud agar mereka tidak pindah sebagai pembeli ke toko-toko yang lain.
Dengan kebijaksanaan penetapan harga mengikuti/sesuai dengan harga pasaran
umum, diharapkan para pelanggan tidak akan kecewa, dan akan tetap menjadi
pelanggannya.
- One Price Policy
Kebijaksanaan
harga ini ditentukan untuk barang-barang sejenis dan sekualitas yang dijual
dengan harga yang sama kepada setiap pembeli atau golongan pembeli.
- Variable Price Policy
Kebijaksanaan
dalam menetapkan perbedaan harga jual ini ter¬utama diadakan terhadap berbagai
golongan konsumen tertentu, tergantung pula misalnya pada perbedaan kedudukan
sosial konsumen, tingkat kehidupan-nya, perbedaan daerah konsumen dan lain
sebagainya.
- Discount Price Policy
Kebijaksanaan
harga yang di-tetapkan di sini mempunyai maksud memberikan potongan harga
kepada para pelanggan. Terutama untuk barang-barang tertentu yang masih
memerlukan dorongan dalam penjualannya.
- Odd Price Policy
Penetapan
harga ini maksud-nya dengan mengadakan selisih harga sedikit di bawah angka
(harga) yang bulat. Umpamanya harga salah satu jenis sepatu BATA Rp 50,000
diubah menjadi Rp 49,950. Memang kebi-jaksanaan ini biasanya dilakukan oleh
Perusahaan sepatu Bate, dengan memasang harga produk sepatunya Rp 2.499,00
untuk jenis tertentu Rp 9.950,00 untuk jenis yang lain dan sebagainya.
Pertimbangan psikologis dalam penentuan harga di sini maksudnya tiada lain
untuk menarik perhatian dan mengikuti dalam pikiran para konsumen, seakan-akan
dengan selisih harga yang sedikit itu terasa lebih murah.
- Resale Price Policy
Dalam
hubungan ini produsen menetapkan harga eceran tertinggi bagi barang yang
diproduksinya dan tidak boleh diubah oleh para pedagang eceran. Dengan demikian
diharapkan para pelanggan akan mentaati harga pasti itu. Kebijaksanaan yang
diambil seperti ini serupa dengan suatu kebijaksanaan harga yang ditentukan
oleh Pemerintah dalam menetapkan harga barang tertentu dengan Harga Eceran
Tertinggi (HET).
4.
Perilaku
Konsumen dan Strategi Saluran Distribusi
Distribusi adalah juga merupakan bagian yang vital dari bagian strategi
pemasaran itu sendiri. Pemilihan strategi dengan tepat akan dapat membantu
produk sampai ke konsumen dengan harga yang sesuai dengan yang telah ditentukan
oleh perusahaan. Karena tak jarang suatu produk yang telah dibandrol dengan
harga sekian, namun karena kesalahan ditribusi ketika sampai ke tangan
konsumen, harga yang terjadi ketika transaksi jual beli adalah lebih mahal dari
harga yang telah ditetapkan oleh perusahaan yang sebelumnya.
Salah satu strategi pemasaran yang sebaiknya harus diperhatikan agar
aktivitas jalannya distribusi dapat berjalan dengan lancer, adalah dengan memperhatikan
perihal channel of ditribusi atau jika diterjemahkan mengandung arti saluran
distribusi. Saluran ditribusi dapat membantu perusahaan dalam proses pemasaran
terutama untuk menganalisis berbagai kendala yang terjadi di lapangan, sehingga
dapat diambil kebijakan strategi yang tepat untuk memecahkan masalah yang
dihadapi dan distibusi kembali akan dapat berjalan dengan normal dan baik demi
tercapainya kepuasan konsumen.
Salah satu unit yang sangat membantu dalam jalannya proses distribusi
adalah unit distributor. Distributor sangat dibutuhkan oleh perusahaan dalam
membantu pemasaran objek produksi. Dalam menunjuk distributor yang tepat dan
juga menetapkan kebijkan yang benar tentang saluran distribusi dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Melakukan riset dan analisis yang lebih mendalam terhadap pihak-pihak lembaga yang terkait dalam menunjang proses pemasaran, terutama seabagai contoh adalah pihak-pihak terkait seperti pedagang perantara antara pihak perusahaan dengan konsumen di daerah tertentu.
- Mempertimbangkan karakteristisk dari segmen pasar yang telah dibidik, dan secara geografis bagaimana lokasi pembali, apakah mudah dijangkau atau keadaan yang terjadi adalah sebaliknya.
- Memperhitungkan seberapa besar persediaan produk yang dipasok yang disesuaikan dengan seberapa besar dengan kebutuhan konsumen. Hal ini bertujuan untuk menganailisis efektifitas proses distribusi yang akan dilakukan dalam jangka panjang.
- Memikirkan dengan segala jaringan pemasaran yang dimiliki agar dapat didaya upayakan secara maksimal sehingga hasil pemasaran yang disokong dari proses distribusi dapat memberikan hasil yang optimal.
Pola distribusi yang harus dipertimbangkan dan selalu diamati adalah
dengan melakukan penyesuaian dengan perkembangan pola dinamika gaya hidup
masyarakat. Jika hal ini dapat dilakukan dengan baik, maka proses distibusi
dapat berjalan dengan baik dan akan mensuport untuk menghasilkan nilai
penjualan yang memuaskan.
Setelah perusahaan berhasil menciptakan barang atau jasa yang dibutuhkan
dan menetapkan harga yang layak, tahap berikutnya menentukan metode penyampaian
produk/jasa ke pasar melalui rute-rute yang efektif hingga tiba pada tempat
yang tepat, dengan harapan produk/jasa tersebut berada ditengah-tengah
kebutuhan dan keinginan konsumen yang haus akan produk/jasa tersebut.
Yang tidak boleh diabaikan dalam langkah kegiatan memperlancar arus barang/jasa
adalah memilih saluran distribusi (Channel Of Distribution). Masalah pemilihan
saluran distribusi adalah masalah yang berpengaruh bagi marketing, karena
kesalahan dalam memilih dapat menghambat bahkan memacetkan usaha penyaluran
produk/jasa dari produsen ke konsumen.
Distributor-distributor atau penyalur ini bekerja aktif untuk
mengusahakan perpindahan bukan hanya secara fisik tapi dalam arti agar
jasa-jasa tersebut dapat diterima oleh konsumen. Dalam memilih saluran
distribusi ini ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu sebagai
berikut:
a. Sifat pasar dan lokasi pembeli
b. Lembaga-lembaga pemasaran
terutama pedagang-pedagang perantara
c. Pengendalian persediaan, yaitu
menetapkan tingkat persediaan yang ekonomis.
d. Jaringan pengangkutan.
Peranan
Perantara Dalam Pemasaran
Perantara adalah orang atau perusahaan
yang menghubungkan aliran barang dari produsen ke konsumen industri (Stanton,
et al.,1990). Secara umum perantara terbagi atas merchant mindleman dan agen
mindleman. Merchant mindleman adalah perantara yang memiliki barang (dengan
membeli dari produsen) untuk kemudian dijual kembali. Sedangkan yang dimaksud
dengan agent mindleman adalah perantara yang hanya mencarikan pembeli,
menegosiasikan dan melakukan transaksi atas nama produsen. Perantara dibutuhkan
karena adanya beberapa kesenjangan diantara produsen dan konsumen.
Kesenjangan tersebut antara lain:
• Geographical gap, yaitu gap yang
disebabkan oleh tempat tempat pemusatan produksi dan lokasi
konsumen yang tersebar dimana-mana.
• Time gap, yaitu kesenjangan yang
terjadi karena adanya bahwa pembelian atau konsumsi dilakukan hanya pada
waktu-waktu tertentu sementara produksi berlangsung terus-menerus sepanjang
waktu.
• Quantity gap, yaitu kesenjangan yang
terjadi karena jumlah barang yang diproduksikan secara ekonomis oleh produsen
berbeda dengan kuantitas normal yang diinginkan konsumen.
• Assortment gap, yaitu situasi dimana
produsen umumnya berspesialisasi pada produk tertentu, sedangkan konsumen
menginginkan produk yang beraneka ragam.
• Communication and information gap,
yaitu kesenjangan yang timbul karena konsumen tidak tahu dimana sumber-sumber
produksi yang menghasilkan produk yang diinginkan atau dibutuhkannya, sementara
dilain pihak produsen tidak tahu siapa dan dimana pembeli potensial setara.
Adapun tujuan dari penggunaan perantara
adalah perantara memanfaatkan tingkat kontak atau hubungan, pengalaman,
spesialisasi, dan skala operasi mereka dalam menyebar luaskan produk sehingga
dapat mencapai pasar sasaran secara efektif dan efisien.
Ketika memilih saluran distribusi,
perusahaan harus mengikuti kriteria 3C, yaitu channel market, market converage,
dan cost. Hal-hal yang perlu diperhatikan meliputi pertimbangan pasar, produk,
perantara, dan perusahaan.
Pertimbangan
Pasar
1.
Jenis pasar
Pasar
yang akan dituju misal untuk mencapai pasar produksi perusahaan tidak akan memerlukan
pengeceran
2.
Jumlah Pelanggan Potensial
Jika
pelanggan potensial relative sedikit, maka akan lebih baik bila perusahaan memakai tenaga penjual
sendiri.
3.
Konsentrasi geografis pasar
Pemasar
cenderung mendirikan cabang-cabang penjualan di pasar yang berpenduduk padat
dan menggunakan perantara yang berpenduduk jarang.
4.
Jumlah dan ukuran pesanan
Perusahaan
akan menjual secara langsung pada jaringan grosir yang lebih besar.
Pertimbangan Produk
1.
Nilai Unit (Unit Value)
Semakin rendah nilai unit maka saluran
distribusi semakin panjang.
2. Perishability
2. Perishability
Untuk produk yang fisiknya mudah rusak
saluran distribusinya lebih baik pendek
3. Sifat Teknis Produk
3. Sifat Teknis Produk
Produk
yang bersifat sangat teknis harus didistribusikan secara langsung.
Pertimbangan tentang Perantara
1
Jasa yang diberikan perantara
Produsen
memilih perantara yang memberi jasa pemasaran yang tidak biasa dilakukan perusahaan
secara teknis maupun ekonomis.
2.
Keberadaan perantara yang diinginkan
3.
Sikap perantara terhadap kebijakan perusahaan
Pertimbangan Perusahaan
1.
Sumber-sumber financial
Perusahaan
yang kuat keuangannya cenderung lebih tertarik untuk mengorganisasikan armada
penjualannya sendiri sehinnga mereka relative kurang membutuhkan perantara.
2.
Kemampuan manajemen
Kurangnya
pengalaman dan kemampuan pemasaran akan menyebabkan perusahaan lebih suka
memanfaatkan perantara untuk mendistribusikan barangnya.
3.
Tingkat pengendalian yang diinginkan
Apabila
perusahan dapat mengendalikan saluran distribusi, maka perusahaan dapat
melakukan promosi yang agresif dan dapat mengawasi kondisi persediaan barang
dan harga eceran produknya.
4.
Jasa yang diberikan penjual
5.
Lingkungan
Pada situasi perekonomian yang lesu
perusahaan cenderung menyalurkan barang kepasar dengan cara yang paling
ekonomis, yaitu menggunakan saluran distribusi yang pendek
Adapun jenis-jenis perantara dalam
saluran distribusi antara lain :
1) Pedagang Besar (wholesaler)
1) Pedagang Besar (wholesaler)
Adalah
perantara pedagang yang terikat dengan kegiatan perdagangan dalam jumlah yang
besar untuk dijual lagi dan biasanya tidak melayani penjualan eceran kepada
konsumen akhir.
2)
Pengecer (Retailer)
Adalah
usaha bisnis yang menjual barang-barang atau jasa kepada konsumen akhir untuk keperluan pribadi
(bukan untuk keperluan bisnis).
3)
Agen
Adalah
perantara yang mewakili penjual atau pembeli dalam transaksi dan dalam hal ini
hubungan kerja dengan kliennya bersifat permanent.
Distribusi Fisik
Segala
kegiatan untuk memindahkan barang dalam kuantitas tertentu , ke suatu tempat tertentu,
dan dalam jangka waktu tertentu.
Fungsi-fungsi
dalam distribusi
fisik meliputi :
- Transportation
Memilih cara yang tepat untuk memindahkan barang ketempat yang jauh jaraknya. Alternatif angkutan bisa meliputi rel (kereta api), air (kapal), truk, udara (pesawat), maupun menggunakan pipa khusus.
- Storage dan warehousing
Yaitu
menyimpan barang untuk sementara, menunggu untuk dijual lagi atau dikirim lebih lanjut
- Inventory central
Yaitu
pemilihan alternative apakah penyimpanan harus dilakukan terpusat atau tersebar
- Material handling
Yaitu
pemilihan alat yang tepat untuk memindahkan barang ke tempat yang dekat,
seperti ke gudang, ke kendaraan, ke retailer store, dan sebagainya.
- Border Processing
Yaitu
kegiatan-kegiatan seperti penentuan syarat-syarat pengiriman,
mempersiapkan
dokumen, dan lain-lain.
- Protective Packaging
Yaitu
penentuan wadah barang agar terhindar dari berbagai kerugian yang timbul selama
pengiriman.
Strategi Distribusi
Merupakan
penentuan manajemen saluran distribusi yang dipergunakan oleh produsen untuk
memasarkan barang dan jasanya, sehingga produk tersebut dapat sampai di tangan
konsumen sasaran dalam jumlah dan jenis yang dibutuhkan, pada waktu yang
dibutuhkan, pada waktu yang diperlukan, dan ditempat yang tepat. Secara garis
besar terdapat enam macam strategi distribusi yang dapat digunakan, yaitu :
1. Strategi Struktur
Saluran Distribusi
Strategi
ini berkaitan dengan penentuan jumlah perantara yang digunakan untuk
mendistribusikan barang dari produsen ke konsumen. Alternatif yang dipilih
dapat berupa distribusi langsung atau distribusi tidak langsung. Tujuannya
untuk mencapai jumlah pelanggan yang optimal pada waktu yang tepat dan dengan
biaya yang rendah namun dapat meraih dan menjaga tingkat pengendalian
distribusi tertentu.
Ada
beberapa metode yang yang digunakan untuk memilih alternative strategi struktur
saluran distribusi, yaitu :
1)
Postponement-Speculation Theory
Mendasarkan
pemilihan saluran distribusi pada resiko, ketidakpastian, dan biaya yang dapat
timbul dalam transaksi. Penundaan (postponement) berarti berupaya mengurangi
risiko dengan mencocokkan produksi dengan permintaan actual pelanggan.
2)
Goods Approach
Menyatakan
bahwa karakteeristik produk yang menentukan metode distribusi yang tepat dan
ekonomis
3)
Financial Approach
Keinginan
produsen untuk dapat memutuskan harga eceran, outlet distribusi, pelayanan
kepada pelanggan, fasilitas penyimpanan, dan iklan.
4)
Pertimbangan lain
ü Perkembangan
teknologi
ü Faktor
social dan standar etika
ü Regulasi
pemerintah
ü Tipologi,
pola populasi, dan luasnya daerah geografis
ü Kebudayaan
2. Strategi
Cakupan Distribusi
Strategi
ini berkaitan dengan jumlah perantara sesuatu wilayah. Tujuannya untuk melayani
pasar dengan biaya yang minimal namun bisa menciptakan citra produk yang
diinginkan. Strategi ini ada tiga macam dan pemilihan masing-masing strategi
mensyaratkan pemahaman pemasar mengenai kebiasaan pembeliaan pelanggan, tingkat
gross margin dan turnovel, kemampuan retailer dalam memberi jasa dan menjual
seluruh lini produk perusahaan serta kelas produk.
1.
Distribusi eksklusif yaitu produsen hanya menuntut satu orang perantaara khusus
untuk menyalurkan barangnya di wilayah tertentu, dengan syarat perantara
tersebut tidak boleh menjual produk produsen lain.
2.
Distribusi Intensif yaitu produsen berusaha menyediakan produknya disemua
retail outlet yang mungkin memasarkannya.
3.
Distribusi Selektif yaitu strategi menempatkan produk perusahaan dibeberapa
retail outlet saja dalam suatu daerah tertentu.
3. Strategi
Distribusi Berganda
Yaitu
pengguanaan lebih dari satu saluran yang berbeda untuk melayani segmen
pelanggan. Tujuannya untuk memperoleh akses yang optimal pada setiap segmen.
Penggunaan saluran distribusi ganda ini ada dua jenis yaitu :
1. Saluran komplementer yaitu jika masing-masing saluran menjual produk yang tidak saling berhubungan atau melayani segmen pasar yang tidak saling berhubungan tujuannya untuk mencapai segmen pasar yang tidak dapat dicapai oleh saluran distribusi perusahaan yang sekarang.
1. Saluran komplementer yaitu jika masing-masing saluran menjual produk yang tidak saling berhubungan atau melayani segmen pasar yang tidak saling berhubungan tujuannya untuk mencapai segmen pasar yang tidak dapat dicapai oleh saluran distribusi perusahaan yang sekarang.
2.
Saluran kompetitif yaitu jika produk yang sama dijual melalui dua saluran yang
berbeda tapi bersaing satu sama lain. Tujuannya untuk meningklatkan penjualan.
4. Strategi
Modifikasi Saluran Distribusi
Adalah
strategi mengubah susunan saluran distribusi yang ada berdasarkan evaluasi dan
peninjauan ulang. Dengan mengubah susunan saluran distribusi diharapkan
perusahaan dapat menjaga system distribusi yang optimal pada perubahan-perubahan
lingkungan tertentu
5. Strategi
pengendalian Saluran Distribusi
Adalah
menguasai semua anggota dalam saluran distribusi agar dapat mengendalikan
kegiatan mereka secara terpusat kearah pencapaian tujuan bersama.
Adapun Tujuan dari strategi ini adalah :
Adapun Tujuan dari strategi ini adalah :
1. Untuk meningkatkan
pengendalian
2.
Memperbaki ketidakefisienan
3.
Mengetahui efektifitas biaya melalui kurva pengalaman
4.
Mencapai skala ekonomis
Jenis-jenis
strategi pengendalian saluran yang biasa digunakan antara lain :
1. Vertical marketing system (VMS), yaitu jaringan yang dikelola secara terpusat dan professional, yang sejak awal didesain untuk mencapai penghematan dalam operasi dan hasil pemasaran yang optimal
1. Vertical marketing system (VMS), yaitu jaringan yang dikelola secara terpusat dan professional, yang sejak awal didesain untuk mencapai penghematan dalam operasi dan hasil pemasaran yang optimal
2.
Horizontal Marketing Sistem (HMS), merupakan jaringan yang berbentuk apabila
beberapa perusahaan perantara yang tidak berkaitan menggabungkan sumber daya
dan program pemasarannya guna memanfaatkan peluang pasar yang ada, yang dalamnhal ini mereka berada
dibawah satu manajemen
6. Strategi
Manajemen Konflik dalam Saluran Distribusi
Konsep
sistem pada distribusi mensyaratkan adanya kerja sama antar saluran. Meskipun
demikian didalam saluran selalu timbul struktur kekuatan sehingga diantara
anggota saluran sering terjadi perselisihan. Konflik juga dapat timbul antara
saluran yang satu dengan saluran yang lain yang menjual produk yang sama dan ke
pasar yang samapula.
DAFTAR PUSTAKA
Peter dan Olson. 1996. Perilaku Konsumen
dan Strategi Pemasaran. D.Sihombing
(penerjemah).Consumer Behavior. Jakarta : Gelora
Aksara Pratama.
Sumarwan, U. 2004. Perilaku Konsumen. Jakarata : Ghalia Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar