1. Sistem MRP terus mengalami pengembangan untuk mendorong
integrasi data produksi denhgan berbagai aktivitas lain, termasuk rantai
pasokan dan penjualan. Jelaskan bagaimana masing-masing tahap pengambangan MRP
menjadi MRP 2 (Material Resource
Planning) kemudian menjadi ERP (Enterprise
Resource Planning) !
Menurut
Yamit (2003) Material Requirement Planing merupakan suatu system yang dirancang
secara khusus untuk suatu permintaan bergelombang, yang secara tipikal karena
permintaan tersebut dependen. Oleh karena itu tujuan system MRP adalah (1)
menjamin tersedianya material item atau komponen pada saat dibutuhkan untuk
memenuhi skedul produksi, dan menjaminnya tersedia produk jadi bagi konsumen,
(2) menjaga tingkat persediaan pada kondisi minimum, dan (3) merencanakan
aktivitas pengiriman, penjadwalan, dan aktivitas pembelian.
MRP II merupakan suatu sistem
informasi terintegrasi yang mengkoordinasikan pemasaran, manufacturing,
pembelian dan rekayasa melalui pengadopsian rencana produksi serta melalui
penggunaan satu data base terintegrasi guna merencanakan dan memperbaharui
aktivitas dalam sistem industri modern secara keseluruhan.
ERP (Enterprise Resource Planning)
System adalah sistem informasi yang diperuntukkan bagi perusahan manufaktur
maupun jasa yang berperan mengintegrasikan dan mengotomasikan proses bisnis
yang berhubungan dengan aspek operasi, produksi maupun distribusi di perusahaan
bersangkutan. JIT ( Just In Time ) Merupakan falsafah pemecahan masalah yang
berkelanjutan dan memang harus dihadapi yang dapat menyebabkan sesuatu terbuang
percuma. TOC adalah suatu metodologi yang digunakan untuk mengatasi hambatan –
hambatan yang terintegrasi.
Analisa Hubungan :
a)
MRP
dan JIT ala Jepang
MRP dapat
dinyatakan sebagai teknik perencanaan dan penjadwalan, sedangkan JIT dapat
dinyatakan sebagai cara menggerakkan bahan baku secara cepat. Penggabungan MRP
dan JIT menghasilkan jadwal utama yang baik dan gambaran kebutuhan yang akurat
dari system MRP dan penurunan persediaan barang dalam proses. Meski demikian,
penggunaan sistem MRP dengan paket kecil saja sudah bisa sangat efektifdalam
mengurangi persediaan.
Dalam system MRP
mengharuskan adanya konsep pentahapan waktu (time phasing) yang
membutuhkan pembuatan jadwal untuk mengirimkan komponen terhadap suatu produk
dengan menggunakan data waktu pesanan. Dalam system JIT, konsep pentahapan
waktu tidak diperlukan, karena system ini didasarkan pada produksi lancar.
Dalam kasus pelancaran produksi sangat sulit dan proses produksi sangat pendek,
penggunaan MRP lebih tepat.
Jadwal produksi
keseluruhan dalam system JIT ala Jepang, perlu dikirimkan ke seluruh pabrik
sebelum kegiatan produksi dimulai. Jadwal keseluruhan seperti ini dalam system
MRP disebut jadwal produksi induk (MPS). MPS ini sangat penting bagi system MRP
karena merupakan sasaran yang harus dijaga ketat. Dalam system JIT ala Jepang,
MPS tidak menjadi sasaran produksi yang harus dijaga ketat, tetapi hanya
sebagai kerangka kerja untuk menyiapkan pengaturan bahan dan pekerja pada
setiap proses.
Akibatnya, dalam
system MRP harus dilakukan peninjauan pada akhir setiap selang waktu untuk
membandingkan rencana produksi dengan kenyataan. Jika terjadi perbedaan harus
dilakukan perbaikan. Dalam system JIT ala Jepang tidak membutuhkan perbandingan
seperti itu dengan sendirinya muncul dalam hasil produksi harian. Di samping
itu dalam system produksi JIT ala Jepang, dilakukan system terbalik dari lini
paling akhir menuju proses sebelumnya (system tarik), sementara itu system MRP
digolongkan sebagai system dorong dengan dorongan yang berasal dari perencanaan
pusat, system JIT ala Jepang dapat cocok dengan system MRP setelah MRP membuat
MPS, system JIT dapat diterapkan sebagai alat pengiriman produksi pada setiap
unit proses.
(Yamit, 2003)
b)
MRP
dan ERP
ERP adalah
perkembangan dari Manufacturing Resource Planning (MRP II) dimana MRP II
sendiri adalah hasil evolusi dari Material Requirement Planning (MRP) yang
berkembang sebelumnya.
Dari uraian di atas maka dapat
kita simpulkan bahwa keempat kal di atas, yaitu:
Kelima hal
tersebut memiliki suatu hubungan dalam hal meningkatkan produktivitas suatu
perusahan. Jadi keempat hal tersebut adalah suatu langkah-langkah dalam
meningkatkan produktifitas perusahaan sehingga bisa membuat perusahaan tersebut
maju dan bisa lebih bersaing dengan para pesaingnya. Urutan dari metode-metode
di atas adalah MRP – MRP II – ERP – JIT dengan pembatas adalah TOC. Jadi dengan
kata lain dasarnya adalah MRP kemudian dikembangkan menjadi MRP II, setelah itu
MRP II dikembangkan menjadi ERP, kemudian ERP diteruskan ke JIT dari MRP II
sampai JIT dibatasi oleh constrain dalam TOC.
(Anonymousa,2011)
TAHAPAN
EVOLUSI ERP
ü Tahap
I : Material
Requirement Planning (MRP), Merupakan cikal bakal dari ERP, dengan konsep
perencanaan kebutuhan material,
ü
Tahap II: Close-Loop MRP, Merupakan
sederetan fungsi dan tidak hanya terbatas pada MRP, terdiri atas alat bantu penyelesaian masalah
prioritas dan adanya rencana yang dapat diubah atau diganti jika diperlukan,
ü
Tahap III: Manufakturing Resource
Planning (MRP II), Merupakan pengembangan dari close-loop MRP yang ditambahkan
3 elemen yaitu: perencanaan penjualan dan operasi, antarmuka keuangan dan
simulasi analisis dari kebutuhan yang diperlukan
ü
Tahap IV: Enterprise Resource
Planning, Merupakan perluasan dari MRP II yaitu perluasan pada beberapa proses
bisnis diantaranya integrasi keuangan, rantai pasok dan meliputi lintas batas
fungsi organisasi dan juga perusahaan dengan dilakukan secara mudah,
ü Tahap
V: Extended
ERP (ERP II), Merupakan perkembangan dari ERP yang diluncurkan tahun 2000,
serta lebih konflek dari ERP sebelumnya.
(Anonymousb,2011)
2. Kelebihan
dan Kekurangan Sistem ERP.
ü
Kelebihan:
a)
Integrasi
antara area fungsional yang berbeda untuk meyakinkan komunikasi, produktifitas
dan efisiensi yang tepat.
b)
Rancangan
Perekayasaan
c)
Pelacakan
pemesanan dari penerimaan sampai fulfillment
d)
Mengatur
saling ketergantungan dari proses penagihan material yang kompleks
e)
Pelacakan
3 cara yang bersesuaian antara pemesanan pembelian, penerimaan inventori, dan
pembiayaan
f)
Akuntasi
untuk keseluruhan tugas: melacak pemasukan, biaya dan keuntungan pada
ü
Kekurangan:
a)
Sistem
ERP sangat mahal
b)
Perekayasaan
kembali proses bisnis untuk menyesuaikan dengan standar industri yang telah
dideskripsikan oleh sistem ERP dapat menyebabkan hilangnya keuntungan
kompetitif
c)
ERP
sering terlihat terlalu sulit untuk beradaptasi dengan alur kerja dan proses
bisnis tertentu dalam beberapa organisasi
d)
Sistem
dapat terlalu kompleks jika dibandingkan dengan kebutuhan dari pelanggan
e)
Data
dalam sistem ERP berada dalam satu tempat, contohnya : pelanggan, data
keuangan. Hal ini dapat meningkatkan resiko kehilangan informasi sensitif, jika
terdapat pembobolan sistem keamanan.
(A nonymousb,2011)
3. Setiap
kelompok melakukan tugas pengamatan lapang dan pengumpulan data melalui
wawancara ke sentra-sentra agroindustri UKM di sekitar Kota Malang berdasarkan
industry (unit bisnis) acuan masing-masing kelompok.
a. Apakah perusahaan agribisnis acuan yang anda amati
tersebut telah melakukan konsep MRP dan ERP dalam manajemen produksi dan
operasinya ?
Perusahaan
yang kami amati yaitu UD Nusantara, belum melakukan konsep MRP dan ERP dalam
manajemen produksi dan operasinya. Dalam mengatur produksinya, perusahaan ini
mendaftar kebutuhan bahan, persediaan, penerimaan yang diperkirakan, dan jadwal
produksi untuk menentukan kebutuhan
material dengan cara manual. Semua kegiatan manajemen produksi dilakukan dengan
sederhana tanpa adanya sistem komputerisasi
b. Jika
ya, jelaskan bagaimana pelaksanaan MRP
(Material Requirement Planning) II
dan ERP (Enterprise Resource Planning) pada
perusahaan agribisnis acuan anda !
Tidak melaksanakan konsep MRP dan ERP
TUGAS
PEMBELAJARAN 2
1. Penjadwalan pada system jasa biasanya berbeda dengan
system manufaktur. Jelaskan beberapa system penjadwalan yang umumnya digunakan pada
system jasa dan sebutkan sumber referensinya.
Industri dapat dipandang sebagai
kegiatan untuk mengolah suatu input melalui proses produksi sehingga dihasilkan
output yang memiliki nilai tambah. Kegiatan mengolah input tersebut tentunya
tidak lepas dari peran sumber daya manusia yang bertindak sebagai operator
dalam menjalankan dan mengendalikan proses produksi tersebut serta
fasilitas-fasilitas produksi, seperti mesin-mesin produksi.
Dengan demikian aktifitas penjadwalan
produksi yaitu proses pengalokasian beban kerja ke masing-masing bagian atau
departemen dapat mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan, yang
nantinya akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan konsumen / consumer
satisfication. Namun kenyataan menunjukkan banyak perusahaan yang kurang
memperhatikan pentingnya aktifitas penjadwalan produksi. Padahal aktifitas
penjadwalan produksi dapat mempengaruhi tingkat utilisasi fasilitas produksi
perusahaan, kapasitas produksi, dan kelancaran proses produksi.
1) Beberapa metode yang yang
dapat digunakan dalam menyusun jadwal adalah sebagai berikut :
Metode
Jalur Kritis ( critical path method ). Metode
ini lebih cocok untuk penjadwalan pekerjaan proyek yang memiliki kegiatan awal
dan kegiatan akhir.
2) Pendekatan cabang dan batas (
branch and bound approach )
Metode
ini banyak digunakan untuk membuat jadwal produksi kelompok dan disajikan dalam
bentuk pohon dengan cabang – cabangnya.
3) Lini keseimbangan ( line of
balancing )
Metode
ini efektif digunakan untuk pembuatan jadwal proyek atau jadwal produksi untuk
unit tunggal yang menggunakan system rakitan, seperti pembuatan kursi jok.
4) Metode Perencanaan Kebutuhan
Bahan (material requirement planning / MRP )
Metode
ini telah banyak digunakan dalam penyelesaian proyek industri, mulai dari
pembangunan rumah sederhana hingga gedung pencakar langit.
5) Metode Tepat Waktu ( just in
time / JIT )
Metode
ini merupakan system produksi yang dikembangkan oleh Jepang dan terbukti
berhasil untuk pekerjaan produksi massa dan berulang dengan pengendalian yang
lebih ketat.
6) Metode Teknologi yang dioptimalkan
( optimized production technology / OPT )
Metode
ini merupakan metode yang relatif baru dan didukung oleh perangkat lunak
komputer.
2. Jelaskan dua teknik / pendekatan yang digunakan untuk menguji
pembebanan (loading) dalam system pembebanan.
Loading
atau pembebanan terbagi 2 yaitu pembebanan maju (forwad loading) dan pembebanan
mundur (backward loading).
a. Forward
Loading
Asumsi yang digunakan pada forward
loading adalah : Kapasitas berhingga (Definite Capacity). Asumsi Definite
Capacity digunakn untuk menentukan kapasitas yang dibutuhkan pada setiap
periode waktu untuk mencapai penyelesaian paling cepat. Pekerjaan dimulai seawal mungkin sehingga
pekerjaan biasanya selesai sebelum batas waktu yang dijanjikan (due).
Penjadwalan maju banyak digunakan dalm perusahaan dimana opersai dibuat
berdasarkan pesanan dan pengiriman dilakukan segera setelah pekerjaan selesai.
b. Backward
loading
Asumsi yang digunakan pada backward
loading adalah : tanggal jatuh tempo dari pekerjaan selalu diberikan. Bacward
loading dimaksudkan untuk menghitung kapasitass yang dibutuhkan pada tiap pusat
kerja untuk setiap periode waktu. Backward loading membantu menemukan kapasitas
maksimum yang diperlukan untuk memenuhi semua tanggal jatuh tempo. Berlawanan
dengan penjadwalan maju, kegiatan operasi dijadwalakan lebih dulu penjadwalan
mundur.
3. Setiap kelompok melakukan tugas pengamatan lapang dan
pengumpulan data melalui wawancara ke sentra – sentra agroindustry LKM di
sekitar kota Malang berdasarkan Industri (unit bisnis )acuanmasing – masing kelompok.
a. Apakah perusahaan agribisnis acuan yang anda amati tersebut
telah melakukan konsep penjadwalan dalam manajemen produksi dan operasinya?
Menurut
kelompok kami perusahaan UD.NUSANTARA (Perusahaan Acuan, HOME INDUSTRI) tidak
melakukan konsep penjadwalan dalam manajemen produksi dan operasinya. Produksi
dilakukan pada saat ada pemesanan akan tetapi sudah mempunyai pelanggan,
sehingga dalam satu minggu akan melakukan proses produksi. UD. NUSANTARA tidak
menjadwal dalam melakukan proses produksi, jika ada pemesanan atau permintaan
baru melakukan produksi.
Perusahaan
sudah melakukan perencanaan kapasitas dengan menambah fasilitas peralatan,
meskipun rencana tersebut masih dalam jangka waktu yang panjang karena
keterbatasan lahan. Belum ada perubahan personel/ karyawan dalam perusahaan,
karyawan masih dalam lingkup kekeluargaan.
Belum
adanya perencanaan kebutuhan material dan perencanaa jangka pendek bisa
dikatakan perusahaan ini belum melakukan konsep penjadwalan, meskipun
sebenarnya UD. NUSANTARA sudah mempunyai perencanaan dalam memproduksi
produknya.
b. Jika ya, jelaskan bagaimana pelaksanaan penjadwalan pada
perusahaan agribisnis acuan kelompok anda.
Tidak melakukan konsep penjadwalan
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous,2011.http://sangpenyampai.blogspot.com/2010/04/penjadwalan-produksi.
html.
Di unduh tanggal 14
Juni 2011
Anonymous.2011.http://www.google.co.id/search?hl=id&biw=1360&bih=674&q=kelebihan+dan+kelemahan+ERP&aq=f&aqi=g1&aql=&oq=
Di unduh tanggal 14
Juni 2011
Anonymous.2011.http://sidik-jari.com/search/sistem-penjadwalan-yang-umumnya-digunakan-pada-sistem-jasa/
Di unduh tanggal 14
Juni 2011
Dewi,
Dian Retno Sari., 2005, Pengembangan Algoritma Penjadwalan Produksi Job Shop
Untuk Meminimalkan Total Biaya Earliness dan Tardiness, Skripsi di Jurusan
Teknik Industri, Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya.
Zulian Yamit.2003.Manajemen Produksi dan Operasi.Ekonisia.Fakultas
Ekonomi UII.Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar