MANAJEMEN KEUANGAN
A.
PENGERTIAN BREAK EVEN POINT
Teknik
analisis titik impas sudah umum bagi segenap pelaku bisnis. Hal ini sangat
berguna di dalam pengaturan bisnis dalam cakupan yang luas, termasuk organisasi
yang kecil dan besar. Ada 2 (dua) alasan mengapa para pelaku bisnis menerima
alasan ini :
1.
Analisis ini berdasarkan pada asumsi yang lugas.
2.
Perusahaan-perusahaan telah menemukan bahwa informasi yang didapat dari metode titik impas ini sangat
menguntungkan di dalam pengambilan keputusan.
Break
Even Point adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak
memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan kata lain total
biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi.
Hal ini bisa terjadi apabila perusahaan di dalam operasinya menggunakan biaya
tetap dan biaya variabel, dan volume penjualannya hanya cukup menutupi biaya
tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup menutupi biaya variabel
dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Sebaliknya,
perusahaan akan memperoleh keuntungan, apabila penjualan melebihi biaya
variabel dan biaya tetap yang harus dikeluarkan.
Salah
satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan
pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat
dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut, yaitu :
1.
Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendah-rendahnya dengan mempertahankan tingkat harga, kualitas
dan kunatitas.
2.
Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki.
3. Meningkatkan volume kegitan semaksimal
mungkin.
Dari
ketiga langkah-langkah tersebut diatas tidak dapat dilakukan secara
terpisah-pisah karena tiga faktor tersebut mempunyai hubungan yang erat dan
saling berkaitan. Pengaruh salah satu faktor akan membawa akibat terhadap
seluruh kegiatan operasi. Oleh karena itu struktur laba dari sebuah perusahaan
sering dilukiskan dalam break even point, sehingga mudah untuk memahami
hubungan antara biaya, volume kegiatan dan laba.
Namun
ada juga yang membuat pengertian break even point sebagai berikut:
1.
Menurut S. Munawir (2002) Titik break
even point atau titik pulang pokok dapat
diartikan sebagai suatu keadaan dimana
dalam operasinya perusahaan tidak
memperoleh laba dan tidak menderita rugi (total penghasilan = Total biaya).
2.
Menurut Abdullah (2004) Analisis Break
even point disebut juga Cost Volume
Profit Analysis. Arti penting analisis break even point bagi menejer perusahaan dalam pengambilan
keputusan keuangan adalah sebagai
berikut, yaitu :
Ø Guna
menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak mengalami
kerugian.
Ø Penetapan
jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba tertentu.
Ø Penetapan
seberapa jauhkan menurunnya penjualan bisa ditolerir agar perusahaan tidak
menderita rugi.
3.
Menurut Purba (2002) Titik impas (break
even) berlandaskan pada pernyataan
sedarhana, berapa besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan
untuk menghasilkan produk
tersebut.
4.
Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even
point adalah suatu keadaan impas yaitu apabila telah disusun perhitungan laba
dan rugi suatu periode tertentu,
perusahaan tersebut tidak mendapat keuntungan dan
sebaliknya tidak menderita
kerugian.
5. Menurut Harahap (2004) Break even point
berarti suatu keadaan dimana perusahaan
tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh
penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan
total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi.
6. Menurut
Garrison dan Noreen (2004) Break even point adalah tingkat penjualan yang diperlukan untuk
menutupi semua biaya operasional, dimana
break even tersebut laba sebelum bunga dan pajak sama dengan nol (0). Langkah pertama untuk menentukan break
even adalah membagi harga pokok penjualan (HPP) dan biaya operasi
menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya Tetap merupakan fungsi dari
waktu, bukan fungsi dari jumlah penjualan dan biasanya ditetapkan
berdasarkan kontrak, misalnya sewa
gudang. Sedangkan biaya variabel tergantung langsung
dengan penjualan, bukan fungsi dari
waktu, misalnya biaya angkut barang.
Apabila
perusahaan mempunyai biaya variabel saja, maka tidak akan muncul masalah break
even point dalam perusahaan tersebut. Masalah break even point baru akan muncul
apabila suatu perusahaan disamping mempunyai biaya variabel juga mempunyai
biaya tetap. Besarnya biaya variabel secara totalitas akan berubah-ubah sesuai
dengan volume produksi perusahaan, sedangkan besarnya biaya tetap sacara
totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada perubahan volume produksi.
Karena
adanya unsur biaya variabel disuatu sisi dan unsur biaya tetap disisi lain maka
suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu menderita kerugian karena
penjualan hanya menutupi biaya tetap. Ini berarti bahwa bagian dari hasil
penghasilan penjualan yang tersedia hanya cukup untuk menutupi biaya tetap
tetapi tidak cukup menutupi biaya variabelnya.
Volume
penjualan dimana penghasilan total sama besarnya dengan biaya totalnya,
sehingga perusahaan tidak mencapai laba atau keuntungan dan tidak menderita
kerugian disebut Break Even Point.
B.
FUNGSI BREAK EVEN POINT
Diatas
telah dikemukakan bahwa analisa break even point sangat penting bagi pimpinan
perusahaan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama
dengan jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan mengetahui break even
point kita akan mengetahui hubungan antara penjualan, produksi, harga jual,
biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil
kebijaksanaan.
Analisis
Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhui. Asumsi-asumsi
tersebut adalah :
1. Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat
dikelompokan dalam biaya variabel
dan biaya tetap.
2. Besarnya biaya variabel secara total
berubah-ubah secara proporsional dengan volume produksi atau penjualan. Ini
berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah tetap.
3. Besarnya
biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi atau
penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan.
4. Jumlah unit produk yang terjual sama dengan
jumlah per unit produk yang diproduksi.
5. Harga
jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu.
6. Perusahaan hanya memproduksi satu jenis
produk, apabila lebih dari satu
jenis komposisi masing-masing jenis produk dianggap konstan (tetap).
Analisa
break even point juga dapat digunakan oleh pihak menejemen perusahaan dalam
berbagai pengambilan keputusan, antara lain mengenai :
1. Jumlah minimal produk yang harus terjual agar
perusahaan tidak mengalami kerugian.
2. Jumlah penjualan yang harus dipertahankan
agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
3. Besarnya
penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang terjual agar perusahaan tidak menderita
kerugian.
4. Untuk
mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan terhadap
laba yang diperoleh.
Break even
point juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara terpisah, namun ketiganya
saling berhubungan, yaitu untuk :
1. Menganalisa
program otomatisasi dimana suatu perusahaan akan beroperasi secara lebih
mekanis dan otomatis dan mengganti biaya variabel dengan biaya tetap.
2. Menelaah impak dari perluasan tingkat operasi
secara umum.
3. Untuk
membuat keputusan tentang produk baru yang harus dicapai jika perusahaan
menginginkan break even point dalam suatu proyek yang diusulkan.
Menurut
Harahap (2004) Dalam analisa laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus
break even point untuk mengetahui :
1. Hubungan antara penjualan biaya dan laba.
2. Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan
biaya variabel.
3. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
menekan biaya dan batas dimana
perusahaan tidak mengalami laba dan rugi.
4. Untuk mengetahui hubungan antara cost, volume,
harga dan laba.
Analisa break
even point memberikan penerapan yang luas untuk menguji tindakan-tindakan yang
diusulkan dalam mempertimbangkan alternatif-alternatif atau tujuan pengambilan
keputusan yang lain. Analisa break even point tidak hanya semata-mata untuk
mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja, akan tetapi analisa break
even point mampu memeberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai
berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungan dengan kemungkinan memperoleh
laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
C.
KELEMAHAN ANALISA BREAK EVEN POINT
Sekalipun Analisa
break even ini banyak digunakan oleh perusahaan, tetapi tidak dapat dilupakan
bahwa analisa ini mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan utama dari analisa
break even point ini antara lain : asumsi tentang linearity, kliasifikasi cost
dan penggunaannya terbatas untuk jangka waktu yang pendek. (Soehardi,2004).
1 Asumsi
tentang linearity
Pada
umumnya baik harga jual per unit maupun variabel cost per unit, tidaklah
berdiri sendiri terlepas dari volume penjualan. Dengan perkataan lain, tingkat
penjualan yang melewati suatu titik tertentu hanya akan dicapai dengan jalan
menurunkan harga jual per unit. Hal ini tentu saja akan menyebabkan garis
renevue tidak akan lurus, melainkan melengkung. Disamping itu variabel
operating cost per unit juga akan bertambah besar dengan meningkatkan volume
penjualan mendekati kapasitas penuh. Hal ini bisa saja disebabkan karena
menurunnya efesiensi tenaga kerja atau bertambah besarnya upah lembur.
2 Klasifikasi
biaya
Kelemahan
kedua dari analisa break even point adalah kesulitan di dalam
mengklasifikasikan biaya karena adanya semi variabel cost dimana biaya ini
tetap sampai dengan tingkat tertentu dan kemudian berubah-ubah setelah melewati
titik tersebut.
3 Jangka waktu
penggunaan
Kelemahan
lain dari analisa break even point adalah jangka waktu penerapanya yang
terbatas, biasanya hanya digunakan di dalam pembuatan proyeksi operasi selama
setahun. Apabila perusahaan mengeluarkan biaya-biaya untuk advertensi ataupun
biaya lainnya yang cukup besar dimana hasil dari pengeluaran tersebut (tambahan
investasi) tidak akan terlihat dalam waktu yang dekat sedangkan operating cost
sudah meningkat, maka sebagai akibatnya jumlah pendapatan yang harus dicapai
menurut analisa break even point agar dapat menutup semua biaya-biaya operasi
yang bertambah besar juga.
D.
PENDEKATAN DALAM MENGHITUNG BEP
1. Pendekatan Persamaan
|
Keterangan :
Y = laba
c = harga jual per unit
x = jumlah produk
b = biaya variabel satuan
a = biaya tetap total
cx = hasil penjualan
bx = biaya variabel total
|
|||
|
Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Dalam hubungannya dengan volume produksi :
Ø
Biaya Variabel
Karakteristik
a.Biaya berubah total sebanding perubahan tingkat aktivitas
b.Biaya satuan tidak dipengaruhi
oleh perubahan volume kegiatan (biaya satuan konstan)
Contoh dalam perusahan
furniture :
◦ Biaya perlengkapan
◦ Biaya bahan baker
◦ Biaya sumber tenaga
◦ Biaya perkakas kecil
◦ Asuransi aktiva tetap dan kewajiban
◦ Gaji satpam dan pesuruh pabrik
Ø Biaya Tetap
Karakteristik :
a. Totalitas tidak berubah terhadap perubahan tingkat aktivitas
b. Biaya satuan berbanding terbalik terhadap perubahan volume
kegiatan
Contoh dalam perusahan
furniture
◦ Biaya penyusutan
◦ Gaji eksekutif
◦ Pajak bumi dan bangunan
◦ Amortisasi paten
◦ Biaya penerimaan barang
◦ Biaya komunikasi
◦ Upah lembur
2. Pendekatan Marjin Kontribus
Ø
Mengurangkan nilai penjualan
total (total revenue =TR) dengan biaya variabel total (total Variabel cost =
TVC)
Ø
Mengurangkan harga jual per unit
dengan biaya variabel per unit guna menghitung margin kontribusi per unit.
3. Pendekatan Grafik
Dalam
pendekatan grafis, BEP digambarkan sebagai titik potong antara garis penjualan
dengan garis biaya total (Biaya total = Biaya tetap + Biaya variabel)
Y (Rupiah)
X (unit)
E.
RUMUS
ANALISIS BREAK EVEN POINT
1. BEP dalam
Unit
|
2. BEP dalam Rupiah
|
Keterangan:
FC : Biaya Tetap
P : Harga jual per unit
VC : Biaya Variabel per unit
Biaya tetap adalah total biaya yang tidak akan mengalami
perubahan apabila terjadi perubahan volume produksi. Biaya tetap secara total
akan selalu konstan sampai tingkat kapasitas penuh. Biaya tetap merupakan biaya
yang akan selalu terjadi walaupun perusahaan tidak berproduksi.
Biaya variable adalah total biaya yang berubah-ubah tergantung
dengan perubahan volume penjualan/produksi. Biaya variable akan berubah secara
proposional dengan perubahan volume produksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar