Sabtu, 02 Juni 2012

ANALISIS BREAK EVEN POINT



MANAJEMEN KEUANGAN

A.   PENGERTIAN BREAK EVEN POINT
Teknik analisis titik impas sudah umum bagi segenap pelaku bisnis. Hal ini sangat berguna di dalam pengaturan bisnis dalam cakupan yang luas, termasuk organisasi yang kecil dan besar. Ada 2 (dua) alasan mengapa para pelaku bisnis menerima alasan ini :
1. Analisis ini berdasarkan pada asumsi yang lugas.
2. Perusahaan-perusahaan telah menemukan bahwa informasi yang didapat   dari metode titik impas ini sangat menguntungkan di dalam       pengambilan   keputusan.
Break Even Point adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi. Hal ini bisa terjadi apabila perusahaan di dalam operasinya menggunakan biaya tetap dan biaya variabel, dan volume penjualannya hanya cukup menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup menutupi biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Sebaliknya, perusahaan akan memperoleh keuntungan, apabila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus dikeluarkan.
Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut, yaitu :
1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendah-rendahnya    dengan mempertahankan tingkat harga, kualitas dan kunatitas.
2. Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang          dikehendaki.
3.   Meningkatkan volume kegitan semaksimal mungkin.
Dari ketiga langkah-langkah tersebut diatas tidak dapat dilakukan secara terpisah-pisah karena tiga faktor tersebut mempunyai hubungan yang erat dan saling berkaitan. Pengaruh salah satu faktor akan membawa akibat terhadap seluruh kegiatan operasi. Oleh karena itu struktur laba dari sebuah perusahaan sering dilukiskan dalam break even point, sehingga mudah untuk memahami hubungan antara biaya, volume kegiatan dan laba.
Namun ada juga yang membuat pengertian break even point sebagai berikut:
1.   Menurut S. Munawir (2002) Titik break even point atau titik pulang pokok   dapat   diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya   perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (total             penghasilan = Total biaya).
2.   Menurut Abdullah (2004) Analisis Break even point disebut juga Cost          Volume Profit Analysis. Arti penting analisis break even point bagi            menejer perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan adalah             sebagai berikut, yaitu :
Ø  Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
Ø  Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba tertentu.
Ø  Penetapan seberapa jauhkan menurunnya penjualan bisa ditolerir agar perusahaan tidak menderita rugi.
3.   Menurut Purba (2002) Titik impas (break even) berlandaskan pada            pernyataan sedarhana, berapa besarnya unit produksi yang harus dijual       untuk menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan             produk tersebut.
4.   Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah suatu keadaan      impas yaitu apabila telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu          periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak          menderita kerugian.
5.   Menurut Harahap (2004) Break even point berarti suatu keadaan dimana   perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya            seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat ditutupi             oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel)     sama   dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi.
6. Menurut Garrison dan Noreen (2004) Break even point adalah tingkat          penjualan yang diperlukan untuk menutupi semua biaya operasional,   dimana break even tersebut laba sebelum bunga dan pajak sama dengan nol (0). Langkah pertama untuk menentukan break even adalah membagi       harga   pokok penjualan (HPP) dan biaya operasi menjadi biaya tetap dan         biaya   variabel. Biaya Tetap merupakan fungsi dari waktu, bukan fungsi   dari jumlah             penjualan dan biasanya ditetapkan berdasarkan kontrak,     misalnya sewa gudang. Sedangkan biaya variabel tergantung       langsung dengan penjualan,   bukan fungsi dari waktu, misalnya biaya       angkut barang.
Apabila perusahaan mempunyai biaya variabel saja, maka tidak akan muncul masalah break even point dalam perusahaan tersebut. Masalah break even point baru akan muncul apabila suatu perusahaan disamping mempunyai biaya variabel juga mempunyai biaya tetap. Besarnya biaya variabel secara totalitas akan berubah-ubah sesuai dengan volume produksi perusahaan, sedangkan besarnya biaya tetap sacara totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada perubahan volume produksi.
Karena adanya unsur biaya variabel disuatu sisi dan unsur biaya tetap disisi lain maka suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu menderita kerugian karena penjualan hanya menutupi biaya tetap. Ini berarti bahwa bagian dari hasil penghasilan penjualan yang tersedia hanya cukup untuk menutupi biaya tetap tetapi tidak cukup menutupi biaya variabelnya.
Volume penjualan dimana penghasilan total sama besarnya dengan biaya totalnya, sehingga perusahaan tidak mencapai laba atau keuntungan dan tidak menderita kerugian disebut Break Even Point.

B.   FUNGSI BREAK EVEN POINT
      Diatas telah dikemukakan bahwa analisa break even point sangat penting bagi pimpinan perusahaan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama dengan jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan mengetahui break even point kita akan mengetahui hubungan antara penjualan, produksi, harga jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil kebijaksanaan.
      Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhui. Asumsi-asumsi tersebut adalah :
      1.   Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokan dalam       biaya variabel dan biaya tetap.
      2.   Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional dengan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah tetap.
      3.   Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahan                         volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya                  berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan.
      4.   Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk yang diproduksi.
      5.   Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu.
      6.   Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari         satu jenis komposisi masing-masing jenis produk dianggap konstan    (tetap).
      Analisa break even point juga dapat digunakan oleh pihak menejemen perusahaan dalam berbagai pengambilan keputusan, antara lain mengenai :
      1.   Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak   mengalami kerugian.
      2.   Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
      3.   Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang terjual              agar perusahaan tidak menderita kerugian.
      4. Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan terhadap laba yang diperoleh.
      Break even point juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara terpisah, namun ketiganya saling berhubungan, yaitu untuk :
      1.   Menganalisa program otomatisasi dimana suatu perusahaan akan beroperasi secara lebih mekanis dan otomatis dan mengganti biaya variabel dengan biaya tetap.
      2.   Menelaah impak dari perluasan tingkat operasi secara umum.
      3.   Untuk membuat keputusan tentang produk baru yang harus dicapai jika perusahaan menginginkan break even point dalam suatu proyek yang diusulkan.
      Menurut Harahap (2004) Dalam analisa laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus break even point untuk mengetahui :
1.   Hubungan antara penjualan biaya dan laba.
2.   Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan biaya variabel.
3.   Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan     batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi.
      4.   Untuk mengetahui hubungan antara cost, volume, harga dan laba.
      Analisa break even point memberikan penerapan yang luas untuk menguji tindakan-tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan alternatif-alternatif atau tujuan pengambilan keputusan yang lain. Analisa break even point tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja, akan tetapi analisa break even point mampu memeberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungan dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.

C.   KELEMAHAN ANALISA BREAK EVEN POINT
Sekalipun Analisa break even ini banyak digunakan oleh perusahaan, tetapi tidak dapat dilupakan bahwa analisa ini mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan utama dari analisa break even point ini antara lain : asumsi tentang linearity, kliasifikasi cost dan penggunaannya terbatas untuk jangka waktu yang pendek. (Soehardi,2004).
1    Asumsi tentang linearity
      Pada umumnya baik harga jual per unit maupun variabel cost per unit, tidaklah berdiri sendiri terlepas dari volume penjualan. Dengan perkataan lain, tingkat penjualan yang melewati suatu titik tertentu hanya akan dicapai dengan jalan menurunkan harga jual per unit. Hal ini tentu saja akan menyebabkan garis renevue tidak akan lurus, melainkan melengkung. Disamping itu variabel operating cost per unit juga akan bertambah besar dengan meningkatkan volume penjualan mendekati kapasitas penuh. Hal ini bisa saja disebabkan karena menurunnya efesiensi tenaga kerja atau bertambah besarnya upah lembur.
2    Klasifikasi biaya
      Kelemahan kedua dari analisa break even point adalah kesulitan di dalam mengklasifikasikan biaya karena adanya semi variabel cost dimana biaya ini tetap sampai dengan tingkat tertentu dan kemudian berubah-ubah setelah melewati titik tersebut.
3    Jangka waktu penggunaan
      Kelemahan lain dari analisa break even point adalah jangka waktu penerapanya yang terbatas, biasanya hanya digunakan di dalam pembuatan proyeksi operasi selama setahun. Apabila perusahaan mengeluarkan biaya-biaya untuk advertensi ataupun biaya lainnya yang cukup besar dimana hasil dari pengeluaran tersebut (tambahan investasi) tidak akan terlihat dalam waktu yang dekat sedangkan operating cost sudah meningkat, maka sebagai akibatnya jumlah pendapatan yang harus dicapai menurut analisa break even point agar dapat menutup semua biaya-biaya operasi yang bertambah besar juga.

D.   PENDEKATAN DALAM MENGHITUNG BEP
1.    Pendekatan Persamaan
Y = cx – bx – a
 
                       

      Keterangan :
Y = laba
c = harga jual per unit
x = jumlah produk
b = biaya variabel satuan
a = biaya tetap total
cx = hasil penjualan
bx = biaya variabel total




X(BEP dalam unit) =
 


CX(BEP dalam unit) =  =
 
 






Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Dalam hubungannya dengan volume produksi :
Ø  Biaya Variabel
Karakteristik
a.Biaya berubah total sebanding perubahan tingkat aktivitas
b.Biaya satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan (biaya satuan konstan)
      Contoh dalam perusahan furniture :
     Biaya perlengkapan
     Biaya bahan baker
     Biaya sumber tenaga
     Biaya perkakas kecil
     Asuransi aktiva tetap dan kewajiban
     Gaji satpam dan pesuruh pabrik
Ø  Biaya Tetap
Karakteristik :
a.    Totalitas tidak berubah terhadap perubahan tingkat aktivitas
b.    Biaya satuan berbanding terbalik terhadap perubahan volume
      kegiatan
      Contoh dalam perusahan furniture
    Biaya penyusutan
    Gaji eksekutif
    Pajak bumi dan bangunan
    Amortisasi paten
    Biaya penerimaan barang
    Biaya komunikasi
    Upah lembur
2.    Pendekatan Marjin Kontribus
Ø  Mengurangkan nilai penjualan total (total revenue =TR) dengan biaya variabel total (total Variabel cost = TVC)
Ø  Mengurangkan harga jual per unit dengan biaya variabel per unit guna menghitung margin kontribusi per unit.
3.    Pendekatan Grafik
      Dalam pendekatan grafis, BEP digambarkan sebagai titik potong antara garis penjualan dengan garis biaya total (Biaya total = Biaya tetap + Biaya variabel)

Y (Rupiah)


 





                X (unit)





E.    RUMUS ANALISIS BREAK EVEN POINT
1.    BEP dalam Unit


BEP unit =
 
 



2.    BEP dalam Rupiah


BEP rupiah =  =
 
 



Keterangan:
FC : Biaya Tetap
P : Harga jual per unit
VC : Biaya Variabel per unit

Biaya tetap adalah total biaya yang tidak akan mengalami perubahan apabila terjadi perubahan volume produksi. Biaya tetap secara total akan selalu konstan sampai tingkat kapasitas penuh. Biaya tetap merupakan biaya yang akan selalu terjadi walaupun perusahaan tidak berproduksi.
Biaya variable adalah total biaya yang berubah-ubah tergantung dengan perubahan volume penjualan/produksi. Biaya variable akan berubah secara proposional dengan perubahan volume produksi














Tidak ada komentar:

Posting Komentar